Terpenoid dan minyak esensial Harum atau bau dari
tanaman disebabkan oleh fraksi minyak esensial. Minyak tersebut merupakan
metabolit sekunder yang kaya akan senyawa dengan struktur isopren. Mereka disebut
terpen dan terdapat dalam bentuk diterpen, triterpen, tetraterpen, hemiterpen,
dan sesquiterpen. Bila senyawa tersebut mengandung elemen tambahan biasanya
oksigen, mereka disebut dengan terpenoid. Contoh umum terpenoid adalah metanol
dan camphor (monoterpen), dan famesol dan artemisin (sesquiterpenoid).
Artemisin dan derivatifnya alpha-arteether juga dikenal dengan nama qinghaosu,
digunakan sebagai antimalaria. Tahun 1985, WHO telah memutuskan untuk
mengembangkannya sebagai suatu obat untuk menangani malaria serebral. Terpen
atau terpenoid aktif terhadap bakteri, fungi, virus, dan protozoa. Triterpenoid
betulinic acid yang merupakan salah satu dari terpenoid telah memperlihatkan
efek menghambat HIV. Mekanisme kerja terpen belum diketahui dengan baik dan
dispekulasi terlibat dalam perusakan membran sel oleh senyawa lipofilik.
Terpenoid yang terdapat dalam minyak esensial tanaman telah bermanfaat untuk
mengontrol Listeria monocytogenes pada makanan. Suatu kandungan terpenoid pada
cabai yang dikenal dengan capsaicin memiliki sejumlah aktivitas biologik pada
manusia yang dapat memengaruhi sistem syaraf, cardiovaskuler, dan degestif.
Capsaicin bersifat bakterisida terhadap Helicobacter pylori. Terpenoid yang
disebut dengan petalostemumol memperlihatkan aktivitas terhadap Bacillus
subtilis, Staphylococcus aureus, bakteri gram negatif, dan Candida albicans.
Tinjauan Umum
Triterpenoid
Triterpenoid yaitu senyawa
yang kerangka karbonnya berasal dari 6 satuan isopren secara biosintesa
diturunkan dari hidrokarbon C30 asiklik
yaitu skualen yang merupakan golongan terbesar dari senyawa triterpenoid.
Sebagian besar triterpenoid mempunyai 4 atau 5 cincin yang bergabung dengan
pola yang sama.
Definisi
Terpenoid adalah senyawa alam yang
struktur molekulnya dibangun dari satuan isoprene ( 2-metil butadiene). Pada
senyawa ini berlaku peraturan isoprene, dimana kondensasi isoprene pembangun
dapat melalui kepala-ekor, ekor-ekor, kepala-kepala, juga ekor-badan.
Penyimpangan aturan pembentukan aturan dasar ini dapat terjadi terutama pada
diterpen dan steroid, yakni melalui reaksi tambahan seperti pemendekan rantai
dan reaksi penataan ulang (misalnya pemindahan –CH3 grup atau reaksi
penutupan cincin yang tidak lazim).
Klasifikasi Terpenoid
Berdasarkan
jumlah satuan isoprene yang dikandung dalam molekul, terpenoid dapat dibagi
atas 7 kelompok utama :
1.
Hepiterpen (C5),
terdiri dari satu unit isoprene yang terdapat pada percabangan rantai asam
beratom C (asam lisergat).
2.
Monoterpen (C10),
terdiri dari dua unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri, iridoid.
3.
Seskuiterpen (C15 ),
terdiri dari 3 unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri.
4.
Diterpen (C20),
terdiri dari empat unit isoprene, terdapat kandungan minyak atsiri, harsa,
vitamin A, phytol, giberelin.
5.
Triterpen (C30),
terdiri dari enam unit isoprene, terdapat squalene, triterpen pentasiklik,
steroid, glikosida jantung.
6.
Tetraterpen (C40 ),
terdiri dari 8 unit isoprene, terdapat karotenoid, xanthophylle.
7.
Politerpen ( Cn ), terdiri dari
n unit isoprene, terdapat cautchous (semuanya cis), dan gutta-percha ( semua
trans ).
Biosintesa Terpenoid
Terpenoid diperoleh dari isopentenil piriphospat atau isomernya, dimetil
alilpirophospat yang terbentuk dari asetat melalui asam mevalonat. Pada
biosintesis, satu molekul isopentenil pirophospat disambung dengan satu molekul
dimetil alil pirophospat membentuk geraniol pirophospat, yaitu suatu senyawa
antara yang merupakan kunci pembentukan monoterpen dan disambung lagi dengan
isopentenil pirophospat hingga membentuk sesquiterpen. Berbagai kombinasi
satuan C5,C10,C15, dapat membentuk terpenoid
tinggi misalnya terpenoid yang terbentuk dari satuan famesil dan karotenoid
yang terbentuk dari penyambungan dua satuan geranil.
Fungsi Terpenoid
Seskuiterpenoid
absisin dan giberelin yang memiliki kerangka dasar diterpenoid berfungsi
sebagai hormon pengatur pertumbuhan. Karotenoid merupakan pigmen yang membantu
dalam proses fotosintesis dan peristiwa penyembukan, hormon kelamin pada
fungus, dan sebagai agent of communication antara tumbuhan tersebut dengan
serangga, mikroba, hewan dan manusia.
Sumber Triterpenoid
Triterpenoid tersebar luas pada tumbuh-tumbuhan dan
beberapa jenis hewan. Triterpenoid yang berasal dari tumbuhan, umumnya
mempunyai kerangka struktur pentasiklik, sedangkan triterpenoid yang berasal
dari hewan mempunyai kerangka struktur tetrasiklik.
Triterpenoid
saponin atau glikosida triterpenoid adalah suatu senyawa yang apabila
dihidrolisa akan menghasilkan sapogenin berupa triterpenoid dan molekul gula.
Triterpenoid saponin banyak dijumpai pada tumbuhan tingkat tinggi, terutama
famili Cariophyllaceae dan Sapindaceae.
Sifat
Kimia Triterpenoid
Triterpenoid tidak berwarna,
berbentuk kristal, sering mempunyai titik lebur tinggi. Triterpenoid kurang
reaktif terhadap reaksi kimia. Sifat kimia triterpenoid pada dasarnya harus
dipandang sebagai reaksi-reaksi dari gugus fungsi yang dikandungnya, misalnya
gugus 3-b-hidroksil
menunjukan semua sifat dari alkohol sekunder.
Uji
Terpenoid dan Steroid dengan Metoda Simes
4 gram sampel dirajang halus, masukkan kedalam botol infus, tambahkan
metanol hingga terendam. lalu didihkan diatas waterbath sambil diaduk-aduk
hingga sampel kental. Setelah mendidih, saring dengan menggunakan kapas dan
masukkan kedalam tabung reaksi. Lalu panaskan lagi dan biarkan seluruh etanol
menguap sampai kering. Tambahkan Aquadest dan Kloroform amoniak (perbandingan
1;1), kocok perlahan dan biarkan sejenak hingga memisah. Akan terbentuk 2
lapisan, yaitu lapisan air pada bagian atas dan lapisan kloroform pada bagian
bawah.
Untuk uji terpenoid dan steroid, ambil lapisan kloroform (lapisan bawah)
lalu saring dengan kapas yang diberi norit pada pipet tetes dan masukkan
filtrat pada plat tetes. Uji filtrat dengan 2 tetes pereaksi Lieberman
Burchard. Sebagai pembanding, tetesi sampel masing-masing dengan 1 tetes
larutan asam sulfat dan 1 tetes larutan asam asetat anhidrat. Amati !
Hasil positif bila: Terbentuk
warna Merah, menandakan adanya Terpenoid, dan terbentuk warna Biru-ungu, menandakan adanya Steroid.
CONTOH TANAMAN
Tinjauan Umum
Centella asiatica (L.) Urban
Tanaman pegagan (Cantella
asiatica (L.) Urban) merupakan tumbuhan herba yang tumbuh liar, menyukai
daerah yang agak lembab dengan ketinggian yang sangat bervariasi yaitu mulai
dari ketinggian 1 m sampai dengan 2500 m dari permukaan laut. Merupakan tanaman
menahun dengan batang merayap, cabang dapat membentuk tumbuhan baru yang menutupi
tanah. Daun bundar berbentuk seperti ginjal. Bunga berwarna putih atau agak
kemerahan. Buah bundar, berwarna kuning kecoklatan, berbau sedikit wangi dan rasa agak pahit.
Klasifikasi
Klasifikasi
tumbuhan Cantella asiatica (L.) Urban adalah sebagai berikut:
Divisio : Spermatophyta
Kelas : Dicotyledoneae
Ordo : Umbellales
Famili : Apiaceae/Umbelliferae
Genus : Centella
Spesies : Centella asiatica
Morfologi
Merupakan
tumbuhan herba, berbatang semu, akar merayapnya panjang, yakni 0,1-0,8 m. Daun
berupa daun tunggal yang tersusun rossete berjumlah 2-10, berbentuk ginjal
dengan pangkal melekuk kedalam, beringgit bergigi, lebar, panjang sampai 9 cm
sedang lebarnya mencapai 7 cm, berwarna hijau, umumnya dengan tulang daun
menjari, ujung daun membundar, permukaan
daun umumnya licin. Perbungaan berupa payung tunggal atau 3 sampai 5
bersama-sama keluar dari ketiak daun kelopak, gagang perbungaan 5 mm sampai 50
mm, lebih pendek dari tangkai daun.
Bunga umumnya 3, yang ditengah duduk,
yang disamping bergagang pendek; daun pelindung 2, panjang 3 mm sampai 4 mm,
bentuk bundar telur; tajuk berwarna merah lembayung, panjang 1 mm sampai 1,5
mm, lebar sampai 0,75 mm. Buah pipih, lebar lebih kurang 7 mm dan tinggi lebih
kurang 3 mm, berlekuk dua, jelas berusuk, berwarna kuning kecoklatan, dan
berdinding agak tebal.
Nama
Daerah
Di Indonesia Cantella asiatica (L.) Urban tersebar hampir
diseluruh Indonesia,
sehingga memiliki nama daerah yang berbeda-beda. Misalnya saja di Sumatera,
tanaman ini mempunyai nama daerah pegaga (Aceh), daun kaki kuda, daun penggaga,
penggaga, rumput kaku kuda, pegagan, kaki kuda (Melayu), pegago, dan pugago
(Minangkabau).
Sedangkan
di pulau Jawa, tanaman ini lebih dikenal dengan nama cowet gompeng, antanan,
antanan bener, antanan gede (Sunda), gagan-gagan, ganggagan, kerok batok, panegowang, rendeng, calingan
rambat, pacul gowang (Jawa), gangagan (Madura).
Adapun
nama daerah tanaman ini di Nusa Tenggara adalah Bebele
(Sasak), paiduh, panggaga (Bali), kelai lere
(Sawo). Sedangkan di Maluku, tanaman ini mempunyai nama daerahnya yaitu sarowati
(Halmahera), kolotidi manora (Ternate). Di
Sulawesi tanaman ini lebih dikenal dengan nama pegaga, wisu-wisu (Makassar),
cipubalawo (Bugis), hisu-hisu (Salayar). Dan di Irian mempunyai nama
daerah dogauke, gogauke, sandanan.
Kandungan Kimia Pagagan
Kandungan kimia pegagan adalah
glikosida triterpenoid, terpenoid, alkaloid, asam amino, asam lemak,
thankuniside, isothankuniside, mesoinositol, centellose, caretenoids,
garam-garam mineral seperti garam kalium, natrium magnesium, kalsium, besi, zat
semak dan tannin. Komponen minyak atsiri pegagan adalah citronelol, linalool,
neral, mentol, vellarine (campuran antara damar dan minyak terbang). Mengandung
tiga macam triterpenoid utama, yaitu asiatikosida, asam asiatat, asam madekasat.
I.
Asam asiatikat
II. Asam Madekasat
III. Asiatikosida
Gambar Struktur Triterpenoid dari Pegagan
Senyawa glikosida triterpenoid yang disebut asiaticoside
dan senyawa sejenis, berkhasiat sebagai antilepra, sebagai penyembuh luka,
radang tenggorokan. Tanaman ini juga mengandung tanin yang kemungkinan dapat
membantu mengatasi radang usus dan sakit perut. Selain itu pegagan bersifat
manis, mendinginkan, membersihkan darah, dan melancarkan peredaran darah.
Kegunaan Pegagan
Daunnya merupakan obat yang resmi di berbagai
Farmakope. Di Indonesia tumbuhan ini lebih dikenal sebagai obat untuk menyembuhkan
sariawan mulut atau afthae. Tanaman ini juga bisa dipakai sebagai obat kusta,
sebagai anti infeksi, antitoksik, penurun panas dan peluruh air seni. Selain
itu juga dapat dibuat sebagai bahan injeksi dimana bahan aktif ini dapat
menghancurkan pertahanan kusta, borok berforasi dan luka pada jari tangan serta
luka awal pada mata. Aktivitasnya dimungkinkan oleh larutnya bahan lilin yang
menyembunyikan bacil kusta sehingga menjadi getas dan akibatnya badan
dengan mudah dapat membunuh penyakit bersama obat. Kegunaan lainnya adalah
untuk mengobati keracunan Gelsemium
elegans, arsenik, hipertensi, ambeien, mata merah, bengkak, sakit kepala,
muntah darah, batuk darah, infeksi hepatitis, campak (measles), batuk, mimisan,
dan menambah nafsu makan.
PRAKTIKUM
Alat
Alat-alat yang digunakan pada praktikum ini
adalah labu
destilasi, rotary evaporator, pendingin/kondensor, waterbath, penyaring vakum, botol infus, vial, pipet
tetes, corong, kertas saring, spatel, timbangan, plat KLT, chamber dan lampu UV.
Bahan
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum ini adalah simplisia daun
pegagan yang telah dikeringkan, metanol, aquadest, norit, dan kloroform.
Cara Kerja
Sortir simplisia pegagan yang
telah kering dari pengotor, lalu dihaluskan dengan grinder. Timbang sebanyak
100 gram dan masukkan ke dalam botol infus. Maserasi dengan metanol sampai
sampel terendam seluruhnya selama 3x3 hari. Sambil dikocok setiap harinya.
Kemudian saring maserasi pegagan tadi, dan filtratnya dirotary sampai kental,
kemudian tambahkan air panas sampai larut, masukkan ke botol infus. Biarkan
semalam sampai endapannya turun mengendap ke bawah. Kemudian saring dengan
kertas saring secara in vacuo. Lalu larutkan
eksudat pada kertas saring dengan metanol sampai larut, masukkan ke btol infus.
Tambahkan norit aktif yang telah dipanaskan dalam oven, aduk dan diamkan sampai
larutan menjadi bening dan jernih. Jika belum jenih, saring dan tambahkan
kembali norit yang baru. Diamkan sampai jernih dan bening. Jika larutan telah
jernih, saring larutan, dan filtratnya dirotary sampai kering dan bebrbentuk
serbuk putih. Hitung berat rendemen yang didapatkan. Kemudian lakukan KLT
dengan eluen kloroform : metanol = 4 : 1. Hitung nilai Rf.
Pembahasan
Pada pemeriksaan triterpenoid dari pegagan (Centella
asiatica (L) Urban) yang digunakan adalah bagian daunnya yang telah
disortir terlebih dahulu. Daun pegagan (Centella asiatica (L) Urban)
yang digunakan merupakan daun yang telah kering. Tujuan digunakan daun yang
telah kering agar simplisia bertahan lama dan tidak berjamur.
Untuk pemeriksaan triterpenoid ini kami
menggunakan metode maserasi. Dipilihnya metode ini karena metode ini lebih
sederhana, hanya dengan perendaman beberapa hari. Selain itu sampel yang
digunakan dalam jumlah yang banyak.
Pelarut yang digunakan adalah metanol, karena metanol ini merupakan pelarut
yang universal yang bisa melarutkan semua senyawa yang terkandung dalam
simplisia. Selain itu harganya juga relatif
lebih murah dibandingkan dengan pelarut-pelarut lainnya.
Daun pegagan (Centella asiatica (L)
Urban) dimaserasi dengan metanol selama empat hari. Setelah empat hari
disaring dan filtratnya ditempatkan pada
wadah yang lain. Kemudian daun pegagan tersebut dimaserasi lagi selama empat
hari. Maserasi ini dilakukan sebanyak tiga kali berturut-turut. Hasil
penyaringan berupa filtrat digabungkan seluruhnya. Kemudian divakum sampai
kental menggunakan rotary evaporator.
Hasil vakum ini ditambahkan air panas, didiamkan sampai dingin dan disaring
kembali. Sisa yang tinggal pada kertas saring dilarutkan dengan metanol,
dipanaskan dan disaring. Hasil saringan ditambahkan dengan norit sampai warna
filtrat tersebut menjadi bening dan tidak berwarna. Tujuan ditambahkan norit
ini adalah untuk menarik klorofil dan pengotor-pengotor yang terdapat pada
filtrat. Selain itu juga untuk menarik senyawa-senyawa yang mempunyai gugus
polar dan aromatis seperti alkaloid, flavonoid dan fenol. Kemudian disaring dan
divakumkan dengan rotary evaporator
sampai menjadi bentuk serbuk berwarna putih.
Pada percobaan kali ini didapatkan
nilai rendemennya sebanyak 0,0036%, sedangkan Rfnya yaitu 0,63.
daftar pustakanya dari mana?
ReplyDelete