PERATURAN PRAKTIKUM BIOKIMIA
1.
Tata
Tertib
1. Berpakaian
dan berlaku sopan
2. Memakai
jas pratikum dan membawa alat-alat keperluan praktek yang sudah ditentukan oleh
DPP (tabung reaksi kecil 10, besar 10, pipet, lap bersih, penjepit kayu, dan
spatula)
3. Masuk
laboratorium minimal tepat waktunya. Terlambat lebih dari 15 menit tidak
diijinkan masuk.
2. Kehadiran
1. Bagi mahasiswa baru, syarat kehadiran 75% dari
seluruh acara praktikum.
2. Bagi mahasiswa lama, syarat kehadiran 50% dari
acara praktikum tertentu
3. Bagi mahasiswa yang persentase kehadirannya kurang
dari yang persyaratan yang , ditentukan, maka tidak diperkenankan mengikuti
ujian.
4. Bagi mahasiswa yang berhalangan hadir harus
memberikan ijin tertulis.
5. Tidak
diperkenankan mengubah-ubah jadwal praktikum.
3.
Laporan
1. Laporan
resmi diserahkan pada seminggu berikut sebelum praktikum dimulai
2. Terlambat
menyerahkan laporan berarti tidak mempunyai nilai laporan praktek.
3. Laporan
ditulis tangan rapi, singkat, dan padat (kertas boleh ditulis bolak-balik)
sesuai yang dipraktekkan.
4. Format
Laporan :
·
Judul pratikum
·
Pendahuluan (uraian
latar belakang teori secara ringkas)
·
Tujuan percobaan
·
Bahan dan cara kerja
·
Hasil dan pembahasan
·
Kesimpulan
·
Kepustakaan
IV. Tes Tertulis
Sewaktu-waktu akan
diadakan post-test untuk materi yang sudah dipraktekkan. Nilai tes tertulis
berpengaruh pada nilai akhir.
V.
Penilaian
Kompenen
Penilaian:
·
Kehadiran = 10 %
·
Laporan, tugas, dan tes
= 20 %
·
Ujian I (midtes) = 30 %
·
Ujian II (UAS) = 40 %
VI. Ujian
1. Ujian
I dan II dapat bersifat tertuis maupun praktek. Untuk itu, diskusi saat
praktikum & penulisan laporan harus diperhatikan.
2. Syarat
untuk mengikuti ujian :
a. Inventaris
wajib dilakukan sebelum praktek dimulai dan dianggap sah bila ak ib
waditandatangani oleh DPP atau Asisten maksimal setelah 30 menit berlangsung.
b. Alat
yang hilang, pecah, rusak wajib diganti oleh kelompok yang bersangkutan
c. Setelah
praktikum selesai, buku inventaris dan kunci lemari alat dikembalikan ke ruang
DPP
PRAKTIKUM
URINALISIS
DASAR TEORI
Kompenen urin terdiri dari
sebagian besar air dan produk akhir dari deaminasi asam amino dalam bentuk urea,
metabolisme purine dalam bentuk asam urat, muscle breakdown dalam bentuk
kreatinin, sintesis heme forfirin, katabolisme hotmon, obat dan bahan kimia.
Konsentrasi zat-zat tersebut dipengaruhi oleh beberapa faktor seperti makanan,
aktivitad sehari-hari, metabolisme tubuh fungsi endokrin dan sebagainya.
Urin terbentuk sebagai hasil
dari 3 tahapan proses yaitu filtrasi di glomerulus, reasorbsi dan sekresi di
tubulus guinjal. Untuk mengetahui gambaran fungsi ginjal atau metabolisme
terkait lainnya maka perlu dilakukan analisis urin. Agar hasilnya representatif
maka diperlukan langkah-langkah yang benar mulai dari pengumpulan sampel
sampai, penyimpanan sampel dan pengujian serta pelaporan hasil.
Sampel urin ada beberapa
macam yaitu urin sewaktu,m urin 24 jam, urin postprandial, urin pagi, dll. Urin 24 jam biasanya digunakan untuk
mendapatkan gambaran metabolisme suatu zat tertentu selama 24 jam, urin
postprandial adalah urin yang diambil 2-3 jam setelah makan. Urin jenis ini
digunakan untuk melihat pola metabolisme glukosa. Urin pagi bersifat lebih
pekat sehingga lebih disenangi untuk pemeriksaan zat-zat yang kadarnya rendah
misalnya hormon hCG untuk deteksi kehamilan.
Urin ditampung pada botol
bermulut lebar yang kering. Cara menampung yang benar agar meminimalisasi
kontaminasi dari organ pengeluarannya adalah sebagai berikut : bilas organ
pengeluarannya dengan air bersih kemudian urin yang keluar pertama kali
dibuang. Urin yang keluar berikutnya ditampung secukupnya. Botol penampung
kemudian diberi nama, jenis kelamin dan tanggal, jam serta nomor agar tidak
tertukar.
Bila pemeriksaan tidak segera
dilakukan maka urin dapat disimpan paling lama 24 jam pada suhu 4ºC. Lebih dari
24 jam maka urin harus diberi pengawet. Pengawet bertujuan yntyk menghambat
peruraian urea urin oleh bakteri. Peruraian urea oleh bakteri dapat menyebabkan
terbentuknya amoniak yang meningkatkan pH urin. pH urin yang berubah
menyebabkan terjadinya perubahan kandungan urin, beberapa molekul dapat
mengendap karena hal tersebut.
Pengawetan urin dapat
dilakukan dengan cara :
1. Disimpan
pada suhu 4ºC.
2. Formalin
40% : 1 tetes formalin 40% untuk 10 ml urine, atau 10 ml formalin 40% untuk
urin 24 jam.
3. Tablet
formalin : 1 tablet untuk 60 ml urin.
4. HCl
pekat : 10 ml HCl pekat untuk urin 24 jam
5. Thimol
L : satu kristal ukuiran 5 mm untuk 100 ml urin
6. Na2
CO3 : 5-10 gram untuk urin 24 jam
7. Klorheksidin
glokonat 2 g/l : 5 ml, untuk urin 24 jam
8. 1
atau 2 tetes toluene.
Pemeriksaan urin terdiri dari
pemeriksaan makroskopik meliputi pemeriksaan sifat fisik (volume, berat jenis,
bau, warna, kejernihan dan pH) dan sifat kimia (glukosa, benda keton, zat warna
urin dan protein) serta pemeriksaan sediment.
Urin normal berwarna kuning
karena merupakan campuran pigmen-pigmen seperti uroetrin, urokron dan porfirin.
Warna bervariasi dari berat jenis, pengaruh adanya matabolit, makanan,
obat-obatan dan pigmen.
pH normal urin : 5,0 – 8,0
(rata – rata 5,5 – 6,5). pH dapat urin
yang terlalu asam dapat disebabkan oleh : kelaparan, diet tinggi protein,
metabolisme lemak obat – obatan untuk mencegah batu CaPO4, asidosis
dan adanya bakteri yang memproduksi asam. pH urin yang terlalu basa disebabkan
oleh : diet buah – buahan, alkalosis, obat – obatan yang digunakan untuk
mencegah pembentukana asam urat dan oksalat, amonia, dan bakteri.
Berat jenis urin normal
berkisar antara 1,016 – 1,022. Berat jenis dapat meningkatkan bila urin
mengandung lebih banyak zat – zat terlarut didalamnya. Urin penderita diabetes
misalnya, mempunyai berat jenis yang lebih besar dibanding orang sehat.
Urin terbentuk setelah plasma
darah mengalami ultrafiltrasi, reabsorbsi dan sekresi di ginjal. Faal ginjal
normal mampu membuat urin menjadi bebas dari protein, glukosa dan partikel atau
zat terlarut lain. Bila zat – zat ini ditemukan dalam jumlah yang berlebih dari
batas normal maka kemungkinan faal ginjal tidak berfungsi dengan baik.
Sedimen dalam urin dapat
dibagi menjadi 2 jenis yaitu unsur organik dan anorganik
A. Unsur
organik
- Sel epitel
- Benang lendir
- Leukosit
- spermatozoa
- Eritrosit
- silindroid
- Silinder
- Potongan jaringan
- Oval fat bodies
- Bakteri, yeast
B. Unsur
anorganik
-
Bahan amorf : urat
(dalam urin asam), fosfat dalam urin basa)
-
Kristal-kristal :
1. Dalam
urin asam : asam urat, Na urat, Ca Oksalat
2. Dalam
urin alkali : amm.mgnesium fosfat (triple fosfat), Ca karbonat, ammoniumbiurat
Kristal-kristal
kebanyakan tidak terlalu memberikan arti klinis penting kecuali : kristal
cystine, asam urat, leucine dan tirosin.
PERSIAPAN
Sampel
urin normal diperoleh dari mahasiswa peserta praktikum, untuk itu sebelum
praktikum dimulai mahasiswa diharap meminta wadah penampung dan mengisi label
(nama, tanggal pengambilan sampel urin, jenis kelamin)
PROSEDUR KERJA :
A.
PEMERIKSAAN
MAKROSKOPIK
A.
SIFAT
FISIK (WARNA, KEJERNIHAN, VOLUME, BAU, BERAT JENIS, PH)
a.
Volume dan bau urin
Buka
tutup wadah penampung dan amati bau urin yang tercium segera setelah tutup
penampung urin dibuka. Catat hasilnya tidak berbau, bau ammonia, bau
buah-buahan,dsb. Bila pmeriksaan volume diperlukan, pindahkanlah isi urin ke
dalam gelas ukur danb catatlah volumenya.
b. Warna
dan kejernihan
Tuang
urin secukupnya pada tabung reaksi bersih dan kering. Amati warna urin dengan
menggunakan latar belakang terang.cara warnanya dan kejernihannya. Bila ada
kekeruhan laporkan kekeruhan dalam bentuk positif 1,2,3
c. pH.
Celupkan
pH indikator pada urin. Catatlah hasilnya.
d. Berat
Jenis
Metode
pengukuran yang digunakan adalah dengan alat urinometer. Bila urin keruh, maka
kekeruhannya harus dihilangkan dahulu.
Syarat – syarat pada
penentuan BJ urine :
Bila
urine keruh harus dijernihkan terlebih dahulu. Kekeruhan biasanya disebabkan
oleh adanya protein asam butirat, fosfat, sedimen, kuman atau bakteri.
Cara menghilangkan
kekeruhan :
·
Protein : Tambahkan
asam cuka 5% kemudian panaskan selama 5 menit.
·
Fosfat : Tambahkan asam
cuka pekat.
·
Asam Butirat : Urine
dipanaskan
·
Sedimen : Urine
disentrifuge
·
Kuman / bakteri
biasanya sukar dihilangkan
·
Bila terdapat banyak
busa harus dihilangkan dengan cara disaring dengan kertas saring diberikan
beberapa tetes eter.
Cara penentuan berat
jenis urin :
Urinometer
dimasukan dalam urine yang ditampung dalam labu takar volume 100 ml sebnayak
100 ml. Urinometer harus dapat melayangkan bebas dalam gelas ukur tersebut dan
tidak boleh menempel pada dinding gelas.
Contoh perhitungan :
Suhu
kamar :
28º C
Suhu
tera urinometer : 16º
C
Selisih
:
12º C
Tiap
perbedaan suhu sebesar 3º C = 0,001
Jadi
untuk selisih 12 0 = 12/3 X 0,001 = 0,004
Misalnya
pembacaan BJ urine dengan urinometer = 1,018
Perbedaan
suhu 12º C = 0,004
BJ
urine yang sebenarnya = 1,018 + 0,004 = 1,022
Suhu
yang tercantum pada urinometer biasanya ada yang dinyatakan dalam ºF, sehingga
harus diubah menjadi ºC, ºF = 5/9 (º F -32)
Cara melaporkan :
BJ
urine dinyatakan dengan tiga angka dibelakang koma, sedangkan koma biasanya
tidak ditulis. Misalnya urin dengan BJ 1017 adalah urin yang BJ nya 1,017 / mol.
A.
SIFAT
KIMIA (ZAT PEREDUKSI, PROTEIN, BENDA KETON, ZAT WARNA URIN
a.
Zat
Pereduksi
Pemeriksaan
yang bisa dilakukan terhadap adanya zat pereduksi adalah glukosa. Pemeriksaan
darah dalam urin dapat digunakan pereaksi : Benedict, Fehling dan Tromer.
Prinsip
reaksi ini adalah terjadi reduksi larutan kupri dalam suasana basa oleh glukosa
menjadi endapan merah bata kupro oksdia (Cu2O) dan glukosa yang
teroksidasi. Namun pada pratikum ini hanya dilakukan uji dengan reaksi
Benedict.
Syarat pemeriksaan zat
pereduksi :
Urin
harus jernih bila perlu harus disaring, bila urin tersebut mengandunng protein
maka protein tersebut harus dihilangkan dengan penambahan asam trikloro 20%
(TCA 20%) sebanyak 1/10 volume, kemudian disaring.
Pereaksi Benedict :
17,3
g CuSO4. 5H2O / 100 ml
173
g Na. Sitrat dan 100 g Na2CO3 anhidrat dilakukan dalam
700 ml, dipanaskan, campur kedua tersebut dan diadakan sampai 1 liter.
Cara :
5
tetes urin + 5 ml pereaksi benedict, kemudian dipanaskan, amati endapan yang
terbentuk.
Pelaporan :
1+ ---- Warna endapan hijau kekuningan, kadar glukosa < 0,25%
2+ ---- Warna endapan kuning, kadar
glukosa kurang lebih 0,25%
3+ ---- Warna endapan jingga, kadar glukosa kurang lebih 2%
4+ ---- Warna endapan merah, kadar glukosa kurang lebih 3%
b.
Benda
Keton
Adanya 2 macam reaksi
yang digunakan pada praktikum ini yaitu reaksi Rothera dan Gerhardt. Keduanya
tidak sensitif terhadap asam ß-OH butirat. Dibanding gerhardt, rothera lebih sensitif
karena sensitif terhadap aseton.
Reaksi
Rothe :
Pereaksi rithera : 200 g (NH4)2
SO4 + 5 g natrium nitroprusit, campur baik-baik dalam
mortir. Buat r.p (recenter paratus :
selalu dibuat baru). Cara : 5 ml urin + satu sendok kecil pereaksi rothera + ml
NH4OH pekat. Bila terjadi warna ungu berarti dalam urine mengandung
aseton atau asam diasetat. Gunakan urin yang segar, karena jika tidak,asam
diasetat sudah berubah menjadi aseton.
Reaksi
Gerhardt
Cara : 10 ml + 10% FeCl3
setetes samapi didih (sampai tidak terjadi endapan lagi).
Penilaian : Positif
bila berwarna merah coklat
Negatif bila
berwarna merah
c.
Protein
Metode Uji terhadap
adanya protein yang digunakan disini hanya terdapat mendeteksi protein yang
umum saja. Protein seperti Bence Jones tidak dapat dideteksi dengan cara biasa
ini. 2 metode umum adalah metode pemanasan asam asetat dan dengan asam
sulfosalisilat.
Reaksi
pemanasan :
5 ml urin dipanaskan.
Bila terjadi kekeruhan, kekeruhan ini dapat disebabkan adanya protein, CaCO3,
Ca3 (PO4)2 bila kekeruhan ini ditambahkan
beberapa tetes asam cuka 5% menjadi jernih, maka kekeruhan ini disebabkan oleh
CaCO3 atau Ca3 (PO4)2. Jika
ditambah asam cuka 5% tetap keruh, maka protein positif.
Reaksi
Asam Sufosalisilat 20%
5 ml Urin + 5 tetes
asam sufosalisilat 20%. Jika protein positif maka terjadi kekeruhan atau
endapan.
Penilaian Hasil
1+ --- Keruh sedikit
(keloid)
2+ --- Keruh dengan
butir-butir
3+ --- Keruh dengan
berkeping-keping
4+ --- Keruh dengan
bergumpal
d.
Zat
Warna Urin (Bilirubin, Urobilin, Urobilinogen)
Pemeriksaan Bilirubin
Dengan Reaksi Harrison (Fouhet)
Reaksi
ini merupakan modifikasi reaksi Gemelin
Pereaksi
:
-
25 g asam trikloro
asetat (TCA)
-
10 ml FeCl3 10%
-
Aquades ad 100 ml
Cara :
10 ml urin + 5 ml BaCl2
10% kocok dan saring. Kertas saring yang ada endapannya ditambahkan 2-3
tetes pereaksi Fouchet, tunggu 5 menit. Bila ada bilirubin akan terjadi warna
hijau.
Pemerikasaan
Urobilin dengan reaksi Schlesinger.
Pada urin segar
pereaksi tidak ada Urobilin. Zat Urobilin timbul apabila terjadi proses
oksidasi urobilinogen. Pada pemeriksaan urobilin + larutan Iodium (lugol)
sedikit gunanya untuk mempercepat oksidasi urobilinogen menjadi urobilin.
Pereaksi
Schlesinger.
Larutan Zn asetat
jernih dalam alkohol 90% atau 10 g ZnCL2 dalam 100 ml alkohol 90%.
Larutan Lugol : 5 g Iodium + 10 g KI + aquades 100 ml
Cara :
5 ml Urin ditambahkan
beberapa tetes NH4OH + 2-3 tetes larutan Lugol + 5 ml pereaksi
Schlesinger, kemudian dikocok dan disaring. Filtratnya diperiksa dengan latar
belakang gelap.
Fluoresensi hijau
menunjukkan urobilin positif, penilaian :
1+ --- Fluoresensi
hanya dapat dilihat dari samping
1+ --- Fluoresensi
hijau merah
1+ --- Fluoresensi
hijau kuat dan mengandung warna merah muda
1+ --- Fluoresensi
hijau merah
Pemeriksaan
urobilinogen dengan reaksi Wallace Diamond (Erlich)
Syarat : Urin harus
segar, bila tidak segar maka urobilinogen akan dioksidasi menjadi urobilin.
Sebaiknya untuk pemeriksaan urobilinogen diambil urin sore sebab eksresi
urobilinogen yang paling tinggi pada hari
Pereaksi
wallace Diaomond :
-
2 g para diametil amino
benzaldehid
-
20 ml HCl pekat
-
60 ml aquades – simpan
dalam botol coklat.
Cara :
i.
1 ml urin + 9 ml
aquades + 1 ml pereksi Wallace Diamond, bila merah berarti positif.
ii.
Kemudian diambil 5 ml
dari larutan tersebut diatas (i) + 5 aquades + 1 ml perekasi, bila merah bearti
positif (penegnceran 1/20 X)
iii.
Kemudian diambil 5 ml
dari larutan (ii) + 5 aquades + 1 ml perekasi, bila merah bearti positif
(penegnceran 1/40 X)
iv.
Kemudian diambil 6 ml
larutan (iii) + 5 ml aquades + 1 ml pereaksi, bila merah berarti positif
Catatan : Bila masih
memberikan warna merah, terus dilakukan pengenceran sampai tidak memberikan
warna merah.
B.
PEMERIKSAAN
MIKROSKOPIK (SEDIMEN)
Urin
yang digunakan harus urin segar, jika pemeriksaan tidak dapat dilakukan maka
urin harus disimpan dalam freezer atau beri pengawet. Sedimen urin diperoleh
dengan memutar 15 ml urin dengan kecepatan 2500 rpm selama 3 menit. Cairan
diatasnya dibuang, sedimen yang terbentuk dilihat dengan mikroskopik
pemebesaran 100 X dan 40 X.
C.
LAPORAN
HASIL
NAMA
|
LABORATORIUM
Biokimia Klinis
Prodi Farmasi
Poltekkes Provinsi Bengkulu
|
|
JENIS KELAMIN
|
||
UMUR
|
||
HASIL ANALISIS URIN
|
Nilai rujukan
(referensi......)
|
|
Volume (cc)
|
||
PH
|
||
KEKERUHAN
|
||
WARNA
|
||
BAU
|
||
BJ
|
||
REDUKSI
|
Benedict :
|
|
PROTEIN
|
A.
Pemanasan
:
B.
Asam
Sulfosalisilat :
|
|
BENDA KETON
|
A.
Rothera
:
B.
Gerhardt
:
|
|
BILIRUBIN
|
Fouchet :
|
|
UROBILIN
|
Selesinger :
|
|
UROBILINOGEN
|
Wallace Diamond :
|
|
SEDIMEN
|
No comments:
Post a Comment