Helicobacter Pylori
I. Definisi Helicobacter Pylori
Helicobacter pylori (H. pylori) adalah suatu bakteri yang
menyebabkan peradangan lapisan lambung yang kronis (gastritis) pada manusia.
Bakteri ini juga adalah penyebab yang paling umum dari borok-borok (ulcers)
diseluruh dunia.
H.
pylori adalah
bakteri Gram negatif, berbentuk spiral dengan
panjang 2,5-5,O pm dan lebar 0,5-1,O pm, mempunyai 4-6 flagela pada ujung selnya dan pada setiap ujung
flagela terdapat bulb,
bergerak aktif
seperti pembuka tutup botol, dan tidak membentuk spora. Bakteri ini mengalami
adaptasi untuk dapat hidup dalam mukus lambung yang bersuasana asam kuat
(pH asam lambung berhsar antara 1,7-2,O) dengan cara menghasilkan enzim urease
yang sangat kuat dan akan memecahkan urea yang ada dalam mukus lambung menjadi
amonia dan bikarbonat yang bersifat busa2. Sel bakteri H. pylori akan diliputi awan amonia yang
terbentuk sehingga dapat bertahan hidup dalam suasana asam.Bakteri ini juga menghasilkan
protease yang mempengaruhi mukosa lambung yang mengakibatkan menurunnya
kemampuan asam lambung berdifusi melewati lendir.
H.
pylori berbentuk
pleomorfik, yaitu dapat ditemui dalam beberapa bentuk. Dalam lambung keadaan
normal akan berbentuk spiral atau batang bengkok
II. Mendiagnosis Infeksi Helicobacter Pylori
Tes-tes yang akurat dan mudah untuk mendeteksi
infeksi H. pylori :
- Tes-tes darah untuk kehadiran antibodi-antibodi dari H. Pylori. . Bagaimanapun, antibodi-antibodi darah dapat bertahan bertahun-tahun setelah pembasmian H. pylori dengan antibiotik-antibiotik. Oleh karenanya, tes-tes antibodi darah mungkin baik untuk mendiagnosis infeksi, namun mereka tidak baik untuk menentukan apakah antibiotik-antibiotik telah membasmi secara sukses bakteri-bakterinya.
- Tes napas urea [urea breath test (UBT)] adalah suatu tes yang aman, mudah dan akurat untuk kehadiran dari H. pylori didalam perut/lambung. Tes napas bersandar pada kemampuan dari H. pylori mengurai kimia yang terjadi secara alami, urea, kedalam karbondioksida yang diserap dari perut dan dieliminasi dari tubuh dalam napas. Sepuluh sampai 20 menit setelah menelan sebuah kapsul yang mengandung suatu jumlah yang sangat kecil dari urea yang beradioaktif, suatu contoh napas diambil dan dianalisa untuk karbondioksida yang beradioaktif. Kehadiran dari karbondioksida yang beradioaktif dalam napas (sebuah tes yang positif) berarti bahwa ada infeksi yang aktif. Tes menjadi negatif (tidak ada karbondioksida beradioaktif dalam napas) tidak lama sesudah pembasmian bakteri dari perut dengan antibiotik-antibiotik
- Endoskopi adalah suatu tes yang akurat untuk mendiagnosis H. pylori begitu juga peradangan dan borok-borok yang disebabkan olehnya. Untuk endoskopi, dokter memasukkan suatu tabung peneropong yang lentur (endoscope) melalui mulut turun ke kerongkongan (esophagus), dan kedalam lambung dan duodenum. Sewaktu endoskopi contoh-contoh jaringan yang kecil (biopsies) dari lapisan lambung dapat diangkat/diambil. Sebuah contoh biopsi diletakkan diatas sebuah kaca mikroskop khusus yang mengandung urea (contoh, CLO test slides). Jika ureanya diurai oleh H. pylori didalam biopsi, ada suatu perubahan warna sekeliling biopsi pada kaca mikroskop. Ini berarti ada suatu infeksi dengan H. pylori didalam perut/lambung.
- Tes yang paling akhir dikembangkan untuk H. pylori adalah suatu tes dimana kehadiran bakteri dapat didiagnosis dengan sebuah contoh dari feces/tinja. Tes menggunakan suatu antibodi dari H. pylori untuk memastikan jika H. pylori hadir dalam feces/tinja. Jika ya, itu berarti H. pylori menginfeksi perut. Seperti tes napas urea, sebagai tambahan pada diagnosis infeksi dengan H. pylori, feces dapat digunakan untuk menentukan apakah pembasmian telah efektif tidak lama kemudian setelah perawatan.
III. Patogenesis
H. Pylori & Komplikasi
Patogenesis infeksi H.pylori adalah melalui :
- Kolonisasi bakteri pada mukosa lambung yang diperantarai oleh flagella, urease dan adesin- adesin.
- Respon inflamasi yang menginduksi kerusakan jaringan dimana diperantarai oleh H. pylori neutrophil-activating protein (HP-NAP), H. pylori Vacuolating Toxin (VacA) dan Cytotoxin associated gene A (CagA).Berikut adalah faktor-faktor virulensi
Infeksi H. Pylori menyebabkan berbagai penyakit yang berhubungan dengan
saluran pencernaan (penyakit gastroduodenal), antara lain:
•
gastritis kronik atrofi
•
ulkus duodeni
•
ulkus lambung
•
keganasan lambung
Penularan infeksi berlangsung akibat cairan lambung seperti
muntah atau air liur yang mengandung kuman yang berada di carvum oris
(rongga mulut) berpindah ke carvum oris orang sehat.
Selain itu dapat melalui alat makan atau alat minum yang
dipakai bersama, Bisa juga akibat pemakaian air yang telah tercemar kuman yang
ketika diminum tanpa dimasak terlebih dahulu."
Masa Inkubasi
Data yang dikumpulkan dari 2
orang sukarelawan yang menelan 106 – 109 organisme menunjukkan
bahwa gejala gastritis terjadi dalam waktu 5-10 hari. Tidak ada informasi lain
tentang ukuran inoculum yang dapat menyebabkan sakit atau lamanya masa
inkubasi.
Masa Penularan
Tidak diketahui. Karena
infeksi bisa terjadi dalam waktu yang lama, maka orang yang terinfeksi secara
potensial dapat menularkan penyakit ini seumur hidupnya. Tidak diketahui apakah
pasien yang terinfeksi akut akan lebih infeksius dibandingkan dengan orang yang
terinfeksi dalam jangka waktu lama. Ada beberapa bukti yang menunjukkan
bahwa penderita dengan kadar asam lambung rendah mungkin akan lebih infeksius.
Kerentanan dan Kekebalan
Semua orang diperkirakan rentan terinfeksi. Walaupun bertambahnya usia dan
tingkat sosial-ekonomi yang lemah merupakan dua faktor risiko terpenting untuk
terkena infeksi, ada sedikit data yang tidak bisa diabaikan begitu saja tentang
kerentanan atau kekebalan seseorang. Diperkirakan bahwa ada berbagai faktor
pendukung (cofactor) penting untuk dapat terjadinya penyakit tersebut. Tidak
timbul imunitas sesudah infeksi.
Terinfeksi bakteri H pylori tidak
berarti otomatis menderita tukak lambung. Hanya 10 persen yang terinfeksi
menjadi sakit semasa hidupnya. Infeksi banyak terjadi pada anak balita,
khususnya di negara-negara berkembang dan ekonomi lemah serta padat
penduduknya.
Bukan mustahil H pylori bisa
"bersembunyi" pada karang gigi. Namun, pada umumnya infeksi bakteri
ini prevalensinya tinggi pada daerah di mana kebersihan tidak diindahkan
sehingga banyak ditemukan di daerah-daerah ekonomi lemah dan rawan gizi,
khususnya di negara berkembang.
Penyebarannya sulit diduga, dan saat ini para peneliti sedang berupaya
menemukan vaksin untuk mencegah infeksi ini.
Sebaliknya, di Amerika infeksi bakteri ini jarang dijumpai pada anak-anak,
umumnya pada orang dewasa berusia di bawah 40 tahun mencapai 20 persen,
sedangkan di atas 60 tahun sekitar 50 persen. Jepang termasuk negara maju yang
penduduknya banyak terinfeksi H pylori
dan mencapai lebih dari 80 persen populasi. Di Indonesia sendiri masih belum
ada data mengenai infeksi bakteri H
pylori.
Sistem kekebalan tubuh akan merespons infeksi H pylori dengan mengirimkan
butir darah putih, sel T killer, dan pelawan infeksi lainnya. Namun demikian,
semuanya tidak dapat melawan infeksi sebab tidak dapat mencapai lapisan
lambung, tetapi juga tidak bisa dibuang sehingga respons kekebalan tumbuh dan
tumbuh.
Polymorph mati dan mengeluarkan senyawa perusak radikal superoksida pada
sel lapisan lambung. Nutrisi ekstra dikirim untuk menguatkan sel butir darah
putih dan merupakan sumber nutrisi juga bagi H pylori.
Dalam beberapa hari, gastritis dan bahkan tukak lambung akan terbentuk.
Dengan demikian, bisa saja tidak hanya H
pylori sendiri penyebab tukak lambung, tetapi inflamasi/peradangan lapisan
lambung terjadi sebagai respons terhadap infeksi H pylori.
Para peneliti di Inggris telah menemukan "benang merah" antara
infeksi H pylori dan berkembangnya
kanker lambung. Usia di atas 45 tahun bagi yang terinfeksi bakteri ini rentan
terkena kanker lambung. Alarm seperti perdarahan di dubur, kehilangan berat
badan, menderita anemia, sakit kuning, berlatar belakang keluarga penderita
kanker lambung, pernah menderita tukak lambung, dan anoreksia patut diwaspadai.
Pada tahun 1994, H pylori disebut
sebagai grade 1 carcinogen, karsinogen kelas I oleh WHO, dan hasil riset
mutakhir membenarkan peranan H pylori sebagai patogen bagi kanker lambung pada
hewan percobaan.
Pada kondisi H pylori mencapai
1.010 sel dalam lambung bisa mengakibatkan hipochlorhidria, yaitu berkurangnya
asam lambung yang akan mengundang Escherichia coli dari usus untuk berkoloni di
lambung dan berpeluang bagi terjadinya diare
Komplikasi
Komplikasi yang paling serius adalah meningkatnya
risiko terjadinya kanker lambung, terutama jika terjadi penipisan terus menerus
dan perubahan dari sel-sel lambung. Kanker ini berkembang perlahan pada
jaringan sistem kekebalan di dinding lambung. Jika diketahui pada tahap awal,
kanker ini dapat disembuhkan.
Selain
itu, Helicobacter pylori (H. pylori)
juga diduga terlibat dalam perkembangan aterotrombosis. Berbagai mekanisme
patogenik telah diteliti untuk menjelaskan kaitan infeksi H. pylori dengan
penyakit kardiovaskular, salah satunya adalah melalui modifikasi lipid dan
lipoprotein darah. Infeksi dan inflamasi menginduksi respon fase akut
menyebabkan berbagai perubahan pada metabolisme lipid dan lipoprotein.
Perubahan yang diinduksi oleh respon fase akut pada awalnya melindungi sel host
dari efek-efek bakteri, virus, parasit yang merugikan. Namun jika berlangsung
lama, perubahan dalam fungsi dan struktur lipoprotein tersebut akan berkontribusi
terhadap aterogenesis.
Perubahan metabolisme lipid dan lipoprotein
yang awal dan konsisten adalah peningkatan trigliserida serum, yang ditandai
dengan meningkatnya kadar Very
Low
Density Lipoprotein (VLDL). Peningkatan trigliserida ini diinduksi oleh
sitokinsitokintermasuk Tumor Necrosis Factor-α (TNF-α) dan Interleukin-1(IL-1). Walaupun kadar
kolesterol total dan Low Density Lipoprotein (LDL) menurun selama infeksi,namun
ada penurunan dalam ukuran partikel LDL menghasilkan small dense LDL. Peningkatan
small dense LDL tampaknya sebagai akibat hipertrigliseridemia yang
diinduksi
oleh sitokin-sitokin tadi. Small dense LDL lebih proaterogenik dan lebih
rentan
terhadap modifikasi oksidatif menghasilkan LDL teroksidasi (oxidized LDL).
Berbagai
penelitian telah membuktikan bahwa LDL teroksidasi ini berperan sangat
penting pada perkembangan aterosklerosis.
Selama
infeksi dan inflamasi juga terjadi penurunan protein-protein yang terkait
dengan HDL, yang terlibat dalam jalur Reverse Cholesterol Transport (RCT). Protein-protein
tersebut adalah apoA-1, Lecithin Cholesterol Acyltransferase (LCAT),
Cholesteryl Ester
Transfer Protein (CETP), Hepatic Lipase (HL) dan
Scavenger Receptor Class B type 1 (SR-B1). Respon fase akut yang berlangsung
lama dan terus menerus, pada
akhirnya akan mengganggu RCT sehingga menyebabkan
deposisi kolesterol di dalam makrofag dan mendukung proses aterogenesis. Selama
infeksi dan inflamasi, HDL
juga kehilangan sifat antioksidannya dan menjadi prooksidan.
Outcome infeksi sangat dipengaruhi oleh faktor host
dan mikroba. Ada banyak kofaktor yang berkontribusi terhadap outcome penyakit
misalnya blood group antigen, Human Leucocyte Antigen type (HLA), umur,dan
paparan dari lingkungan.
Bakteri Helicobacter pylori menyebabkan inflamasi gastrik dan esophageal,
juga inflamasi sistemik dan vaskuler. Inflamasi lokal dan sistemik ini diduga
akan meningkatkan risiko fibrilasi atrial. Bunch dan kawan-kawan dalam American
Journal of Cardiology tahun 2008 ini melaporkan bahwa ada peningkatan ambang
seropotif Helicobacter pylori dan kadar CRP pada pasien fibrilasi atrial yang
menjalani angiografik koroner. Dalam penelitian ini Bunch dan kawan-kawan
mengikutsertakan pasien yang menjalani pemeriksaan angiografik yang diduga
mengidap penyakit arteri koroner. Status pasien AF ditentukan dengan cara
mencari data pasien yang keluar dari rumah sakit berdasarkan kesimpulan untuk
diagnostik International Classification of Disease, Ninth Revision codes for
AF, yang dinilai berdasarkan indeks EKG setelah dan sebelum masuk rumah sakit
di Salt Lake City Utah, AS.
Data laboratorium pemeriksaan serum juga
dianalisis rutin untuk menentukan serostatus H. pylori dan indeks kadar.
Sebanyak 943 pasien yang diketahui mengidap AF diteliti pada pasien dengan AF
usianya cenderung lebih tua (70,9 9,5 vs 63,9 10,7 tahun; p < 0,001) dan
menunjukkan prevalensi gagal jantung kongestif yang lebih tinggi (28 % vs 11 %
; p < 0,001). Buch dkk melaporkan bahwa pasien dengan AF nampaknya lebih
seropositif untuk H. pylori bila
dibandingkan dengan kelompok seronegatif (65% vs 55%; p = 0,049).
Kadar CRP sama antara pasien dengan AF
dan yang tidak (2,2 2,7 vs 3 2,4 mg/dl; p = 0,79). Buch dkk menyimpulkan bahwa
ada hubungan H. pylori dan AF pada pasien
dengan faktor risiko kardiovaskuler yang berganda.
IV. Manifestasi Klinis
Pada gastritis akut manifestasi klinisnya sindrom
dispepsia berupa nyeri epigastrium, mual, kembung, muntah. Ditemukan pula
pendarahan saluran cerna berupa hematemesis dan melena kemudian disusul dengan
tanda-tanda anemia pasca pendarahan.
Pada gastritis kronik kebanyakan pasien tidak mmpunyai keluhan. Hanya
sebagian kecil mengeluh nyeri ulu hati, anoreksia, nausea, dan pada pemeriksaan
fisik tidak dijumpai kelainan.
V. Mekanisme
kerja Helycobacter pylori
Bakteri ini mampu menyebabkan luka pada dinding
lambung karena terdapat pada enzim urease yang dihasilkan oleh bakteri ini.
Enzim ini akan menghasilkan amonia yang bersifat toksik dan merusak pertahanan
mukosa lambung. Kerusakan mukosa diperparah dengan hadirnya asam lambung
berlebih yang juga ikut ambil bagian untuk menyerang pertahanan di daerah ini.
Sel-sel mukosa tak mampu menahan serangan dari asam lambung dan akhirnya
sel-sel ini pun mati. Regenerasi sel mukosa tak mampu mengimbangi perlawanan
asam lambung dan invasi bakteri H.pylori sehingga semakin lama dinding
lambung dan usus akan terus menerus terkikis, dan menipis. Luka menjadi semakin
melebar dan dalam, sehingga suatu saat akan terjadi pendarahan pada dinding
lambung dan usus (bleeding). Selain pendarahan, jika semakin parah akan
terbentuk lubang (dinding lambung mengalami perforasi) sehingga makanan di
dalam lambung dapat tumpah ke rongga perut.
Lambung
memiliki elemen preepetelial sebagai sistem pertahanan awal, berupa lapisan mucus bicarbornat dan berfungsi sebagai
penghalang fisikokimiawi terhadap berbagai bahan kimia termasuk ion hidrogen,
menghalangi difusi ion, dan molekul. Bikarbonat membentuk gradasi pH di lapisan
mukosa, yaitu 1-2 pada permukaan terluar, dan 6-7 pada lapisan dasar yang
bersinggunggan dengan lapisan epitel. H.
pylori dengan bantuan flagelnya mampu melakukan penetrasi ke dalam lapisan
mukosa pencernaan pejamu dan menempel pada permukaan sel epitelial mukosa
lambung. Oleh H.pylori tumbuh secara optimal pada pH
6-7, maka dengan bantuan enzim urease, H.pylori menetralkan asam lambung
sehingga pH naik. H. pylori melakukan
ploriferasi, migrasi, dan pada akhirnya membentuk focus infeksi. Ulkus
lambung terbentuk akibat adanya perusakan mukosa . Inflamasi, dan kematian.
VI. Pengobatan
Berikut ini adalah
obat-obat yang digunakan untuk eradikasi bakteri H.pylori dan mengobati
tukak :
6.1 ANTIBIOTIK.
H.pylori sensitif dengan antibiotik tertentu
misalnya amoxicillin (Amoxillin(R)-Pharos, kapsul 500 mg) dan
antibiotik golongan makrolida misalnya clarithromycin (Comtro(R)-Combiphar,
tablet salut selaput 250 mg).
Antibiotik lini
kedua yang digunakan yaitu tetrasiklin (Tetrin(R)-Interbat, kapsul
250 mg dan 500 mg), metronidazole (Farizol(R)-Ifars, kaplet
250 mg dan 500 mg), dan ciprofloxacin (Cetafloxo(R)-Soho,
kapsul 250 mg dan kaplet 500 mg) .
Salah satu indikasi semua obat golongan ini adalah
untuk mengeradikasi bakteri H.pylori di saluran cerna.
Kontraindikasi : pasien yang mengalami hipersensitivitas
terhadap antibiotik, ibu hamil dan menyusui (tetrasikiln).
Efek samping yang paling umum terjadi dari penggunaan
antibiotik adalah permasalahan di saluran pencernaan misalnya mual, muntah dan
diare. Reaksi alergi dapat terjadi dengan semua antibiotik tetapi yang paling
sering terjadi adalah alergi antibiotik golongan penisilin atau sulfa. Reaksi
alergi yang terjadi mulai dari bercak merah pada kulit, biasanya jarang, namun
parah dan mengancam jiwa karena menyebabkan shock anafilaksis.
6.2 OBAT
PENEKAN JUMLAH ASAM LAMBUNG.
Beberapa golongan
obat penekan jumlah asam lambung adalah :
1.
PPI (Proton Pump Inhibitor) à bekerja dengan cara menghambat atau memblok langsung tempat yang
menghasilkan asam. Beberapa macam obat ini yaitu omeprazole (OMZ(R)-Ferron,
kapsul 20 mg), esomeprazole (Nexium(R)-AstraZeneca, tablet salut
selaput 20 dan 40 mg), lansoprazole (Nufaprazol(R)-Nufarindo, kapsul
30 mg)(1), rabeprazole (Pariet(R)-Eisai, tablet salut
enterik 10 mg dan 20 mg)(1), dan pantoprazole (Pantozol(R)-Pharos,
tablet 20 dan 40 mg). Efek samping obat golongan ini jarang, meliputi sakit
kepala, diare, konstipasi, muntah, dan ruam merah pada kulit. Ibu hamil dan
menyusui sebaiknya menghindari penggunaan PPI.
2.
Antagonis Reseptor H2 à mengurangi sekresi asam lambung dengan cara berkompetisi dengan histamin
untuk berikatan dengan reseptor H2 pada sel parietal lambung. Bila
histamin berikatan dengan reseptor H2, maka akan dihasilkan asam.
Dengan diblokirnya tempat ikatan antara histamin dan reseptor, digantikan
dengan obat-obat ini, maka asam tidak akan dihasilkan. Beberapa macam obat ini
yaitu cimetidine (Corsamet(R)-Corsa, tablet 200 mg dan 400 mg) ,
famotidine (Ifamul(R)-Guardian Pharmatama, tablet 20 mg), ranitidine
(Tricker(R)-Meprofarm, tablet salut selaput 150 mg), dan nizatidine
(Axid(R)-Eli Lily, kapsul 150 mg). Efek samping obat golongan ini
yaitu diare, sakit kepala, kantuk, lesu, sakit pada otot, dan konstipasi.
3.
Bismut. Bismut biasanya dikombinasikan
dengan obat penekan jumlah asam pada terapi tukak yang disertai infeksi bakteri
H.pylori. Bismut aktif melawan H.pylori dengan konsentrasi hambat
minimal yaitu 16 mg/ml. Beberapa macam obat yang mengandung bismut yaitu
Diotame(R) dan Pepto-Bismol(R), keduanya dalam bentuk
tablet kunyah 262 mg. Bismut dikontraindikasikan untuk pasien yang
hipersensitif terhadap bismut.
Berikut ini adalah
terapi kombinasi beserta dosis obat yang direkomendasikan dan telah disetujui
oleh Food And Drugs Association (FDA) untuk melawan bakteri H.pylori
dan menjaga agar tidak terjadi sekresi asam berlebih yang dapat memperparah
tukak:
1.
PPIAC. Kombinasi ini
terdiri dari PPI, amoksisilin, dan clarithromycin yang
mempunyai keefektifan 90-95% dalam eradikasi H.pylori. Ketika
menggunakan terapi ini, PPI diminum dua kali sehari sebelum makan selama 14
hari; amoksisilin 1000 mg dua kali sehari bersama dengan makanan selama 14
hari; dan clarithromycin 500 mg dua kali sehari diminum bersama dengan makanan
selama 14 hari. FDA sudah membuktikan bahwa terapi selama 10 hari juga sudah
efektif. Terapi 7 hari tidak disarankan oleh FDA karena kurang efektif
dibandingkan terapi selama 10-14 hari. Antagonis reseptor H2
sebaiknya tidak ditambahkan pada kombinasi yang menggunakan PPI.
2.
PPIMC. Kombinasi ini
terdiri dari PPI, metronidazole, dan clarithromycin.
Metronidazole 500 mg dapat digunakan sebagai pengganti amoksisilin karena
memiliki daya eradikasi yang sama. Efektivitas kombinasi ini yaitu antara 88-95% untuk memeberantas bakteri H.pylori.
3.
BMT-H2. Kombinasi
ini terdiri dari bismut, metronidazole, dan terasiklin,
ditambah dengan antagonis reseptor H2. Terapi ini agak rumit
karena menggunakan empat macam obat yang diberikan empat kali sehari selama dua
minggu dan masih dilanjutkan terapi dengan obat antagonis reseptor H2
selama 16 hari. Bismut yang diberikan adalah bismuth salisilat 262 mg, dua
tablet empat kali sehari dengan cara dikunyah selama 14 hari diminum bersama
makanan dan sebelum tidur. Metronidazole 250 mg diminum empat kali sehari
selama dua minggu diminum bersama makanan dan sebelum tidur. Tetrasiklin 500 mg
diberikan empat kali sehari selama 14 hari diminum bersama makanan dan sebelum
tidur. Antagonis reseptor H2 diberikan selama 30 hari untuk
meningkatkan kesembuhan. PPI yang diminum dua kali sehari dapat digunakan untuk
mengganti antagonis reseptor H2.
4.
RBC-C. Kombinasi ini
terdiri dari ranitidine, bismut citrat, dan clarithromycin.
Ranitidine 150 mg ditambah bismut sitrat 240 mg diminum dua kali sehari selama
empat minggu dikombinasikan dengan clarithromycin 500 mg diminum tiga kali
sehari untuk dua minggu pertama. Kombinasi ini kurang efektif dibanding
kombinasi lainnya di atas. Selain itu, waktu pemberiannya juga agak merepotkan,
durasinya lama (empat minggu), ditambah lagi hanya satu antibiotik yang
digunakan. RBC merupakan pilihan untuk pasien yang alergi terhadap penisilin.
VII. Pencegahan
Cara-cara Pemberantasan
A Upaya Pencegahan
1)
Orang yang tinggal di lingkungan yang tidak padat
penduduk dan lingkungan yang bersih akan mempunyai risiko lebih kecil untuk
terkena H. pylori
2)
Lakukan disinfeksi lengkap terhada alat-alat gastroskopi,
elektroda pH dan alat-alat medis lain yang pengoperasiannya dimasukkan kedalam
perut.
B Pengawasan
Penderita, Kontak dan Lingkungan Sekitar
1)
Laporan kepada petugas kesehatan setempat
2)
Isolasi: Tidak diperlukan.
3)
Disinfeksi serentak:
Disinfeksi dilakukan pada alat-alat medis yang dimasukkan kedalam
lambung.
4)
Karantina:
Penderita yang terinfeksi H.
pylori tidak perlu ditempatkan pada ruang karantina yang terpisah.
5)
Imunisasi kontak:
Tidak ada vaksin yang tersedia pada saat ini.
Mantaaappp.. Sangat membantu saya dalam membuat artikel tentang penyakit MAG.. Terimakasih.. Sayajuga sedang mencari konsentrasi dari kadar HCL di dalam lambung. Ternyata nilainya sekitar 1,7 - 2 Molal. Memang cukup besar... Mengerikan sekali ya :D
ReplyDeleteTerimakasih mas gan.. Kunjungi juga blog saya tentang kesehatan mulut. Solusi Bau Mulut akibat bakteri H pylori