Skrining klinik dibagi ke dalam 3 fase sebelum dipasarkan.
Fase I adalah penggunaan pertama obat baru pada manusia.Ini
studi tujuan utama untuk mencapai keamanan.pada umumnya dilakukan pada
sukarelawan yang dalam keadaan,sehat.walaupun beberapa kategori pada obat(
contoh: agen kemoterapi kanker) studi ini sangat dibutuhkan pasien yang real
atau yang mempunyai penyakit itu.
Fase II mengarahkan dalam menetapkan
farmakodinamik dan farmakokinetik pada obat baru dalam penggunaannya pada
manusia tujuan utama untuk menetapkan range/jarak dosis .Itu akan digunakan
pada studi fase ke III dan dalam praktek clinical biasanya.dalam hal ini
diperlihatkan pada sukarelawan yang sehat atau dalam pasien,bergantung atas
obat dan indikasinya.
Fase III mengarahkan dalam
menentukan nilai terapetik pada obat baru, perbandingan ini dengan sebuah
placebo atau dengan penggunaan obat-obatan alternative untuk indikasi yang
potensial.Ini adalah mengangkat keluar secara umum itu artinya percobaan
klinikal control secara randomisasi. Pokok persoalan dalam penilitian klinikal
adalah penempatan random pada satu terapi
dibawah perbandingan.hasil kelompok oleh randomisasi kecenderungan untuk
mempunyai garis dasar ekivalen untuk mengetahui karakteristik prognosis.
Ini berpura-pura tidak mengetahui factor
prognosis itu akan juga akan sama dengan
menyebarkan melewati kelompok yang berbeda.oleh karena itu perbedaan apa saja.Oleh
karena itu,setiap perbedaan apa saja di antara kelompok pada periode akhir akan
menunjukkan perbedaan treatment yang di berikan pada setiap kelompok.Karena
randomisasi menghindari berbagai sumber pada potensial confounding.Controlle
clinical trial ( RCT ) adalah mempertimbangkan “ gold Standard” untuk evaluasi
dari efikasi dan berbagai terapetik atau
diagnostic intervensi, dan ini merupakan sebuah kepentingan dan langkah
utama pada proses perkembangan obat.Suatu kejadian RCTs dengan suatu obat baru
sudah komplit, Aplikasi untuk membuat
registrasi obat oleh pabrik.
Meskipun kompleks setiap langkah
pada perkembangan obat,suatu penyelesaian,pengetahuan atas efek potensial yang
akan datang dalam sebagian praktek
tunggal. Pengumpulan Informasi oleh RCTs mengenai efikasi.Kemampuan obat
untuk memberikan efek yang diinginkan
dibawah kondisi ideal (ex: clinical trial). Bagaimanapun , sedikit diketahui
tentang keefektifan ( contoh mengenai
kemampuan obat untuk memberikan efek yang di inginkan dalam keadaaan klinis biasa), karena keadaan
sekitar pada penggunaan klinis sangat nyata berbeda dari percobaan klinis
tersebut, dalam beberapa hal.
Jumlah pasien
Pelaksanaan percobaan klinis dalam jumlah
pasien yang terbatas.Jumlah individu yang menerima suatu obat baru pada waktu
pemasaran yang sangat terbatas, dari pemesanan beberapa ratus sampai beberapa
ribu. Hal ini menghindari identifikasi
efek yang merugikan dengan suatu insiden kurang dari 1/100 atau 1/1000. Di lain
sisi, pada saat obat baru di pasarkan , ini mungkin didapatkan pada jutaan orang dan
sedikit efek yang merugikan terlihat
sebelum di ketahui atau dikenal. Efek samping serius mungkin didapatkan dengan inciden 1 dalam
10.000 atau 1 dalam 100.000 pasien.
Lama waktu paparan (exposure)
Percobaan
klinis pada umunya ada durasi batasan relative dan pada banyak obat, biasanya
lebih pendek dari lama waktu paparan treatment yang diharapkan dalam praktek
klinis normal
Target Populasi Yang Mewakili
Partisipan
dalam percobaan klinis sangat jarang
mewakilkan populasi secara umum. Studi fase I dan Fase II biasanya menggunakan
relawan dalam keadaan sehat dan pasien ini kemungkinan tidak mewakilkan pengunaan
nyata pada yang akan datang, dengan kelemahan mengenai efek obat dan penempatan
obat. Percobaan fase III pada
umumya menggunakan pasien dengan seleksi
tinggi. Pasien yang sangat muda dan sangat tua dan lemah biasanya tidak
digunakan. Peraturannya, pemilihan partisipan mempunyai diagnosis tunggal;
dperbeividudaannya, prevalensi dari satu
atau banyak penyakit tambahan dintara partisipan dewasa dalam primarly health
care adalah hampir 40%. Pasien dengan kontraindikasi potensial untuk obat baru
dan resiko tinggi individu lainnya
seringkali ditiadakan.
Kondisi
Penyakit Dalam studi
Dalam
perkembangan Negara, 40% kekacauan dalam primarly health care tidak berkembang
dam kondisi criteria yang diterima untuk suatu diagnosis.
Interaksi Obat
Studi
dalam fase, jumlah obat yang di berikan
pada partisipan untuk mendapatkan
batas umum obat dalam studi atau range kecil pada obat lainnya,dengan
demikian,menghindari identifikasi obat-interaksi obat.
Dosis
Pasien
dalam perawatan percobaan klinis mengikuti protol yang tepat- rekomendasi
dosis,saat dalam praktek komuniti yang nyata dosis obat pemeliharaan untuk
berubah sangat luas, dengan demikian inefikasi obat dan type A (dose dependent)
reaksi yang merugikan akan besar.
Penilaian Pasien VS Clinical
Research Endpoint
Percobaan
pemeliharaan obat dengan adanya gerakan suatu obat baru atau indikasi potensial
baru, lebih baik dari pada memerlukan jawaban dari pertanyaan klinik yang
relevan yang timbul dalam praktek. Mayoritas RCTs adalah mempromosikan dengan menghasilkan
obat, peranan investasi dapat
menghasilkan suatu keuntungan pada pemasaran obat baru. Oleh karena itu, sasaran
utama pada suatu produk memerlukan keterangan pengaturan tersendiri, dalam
penggunaan pesanan untuk registrasi obat dan lisensi.
Evaluasi Klinis dan evaluasi pasien
selanjutnya
Dalam
percobaan klinis, kelanjutan kemajuan pasien kemungkinan besar akan lebih
sering dan teliti dibandingkan praktek klinis rutin., dimana keadaan klinis dan
pertimbangan agak berbeda dari praktek dan pasien kemungkinan besar kekurangan untuk melakukan tindakan lanjutan
pembagian dosis atau untuk alas an lainnya, kemungkinan besar kekurangan untuk
menerima terapi optimum.
No comments:
Post a Comment