ANTRAQUINON YANG MENGANDUNG OBAT
LAKSATIF GLIKOSIDA
HIDROKSIANTRAQUINON
Senyawa
obat yang berbeda dari kelompok ini dikarakterisasi dengan adanya
senyawanfenolik dan glikosida, turunna dari anthracene dan mempunyai berbagai
macam tingkat oksidasi( anthron, anthranols, anthraquinon ): mereka adalah
glikosida anthraquinon. Tidak masalah dnegan derajat oksidasi mereka , molekul
ini umumnya mempunyai hidroksilasi dobel pada .C-1 dan C-8.
Distribusi dari spesies tumbuhan ini
mengandung glikosida
1,8-dihidroksiantharquinon yang sangat terbatas: Liliaceae ( aloe),
Polygonaceae (rhubarb), Rhamnaceae (buckthorn, cascara), dan Caesalpiniaceae
(sennas ).
A. SRTUKTUR
GLIKOSIDA ANTHRAQUINON
- Aglikon . berbagai macam derajat oksidasi. Pada Antihron ( e.x
10-H-anthracen-9-ones ), carbon 10 adalah karbon metilen. Tergantung pada pH,
anthron ini dapat terbentuk melalui bentuk
tautomeriknya. Yaitu anthranol. Secara praktek, anthron dan anthranol sering
dicirikan dengan bentuk tereduksinya dan anthraquinon dari bentuk teroksidasi.
Pada beberapa kondisi ( contohnya selama pengeringan senna
), anthron mungkin tergabung dengan dianthron. Ini mengacu pada pembentukan
homo atau heterodianthron, yang tergantung pada suasana lingkungan senyawa anthron dalam dimer yang identik atau
berbeda secara respektif.
Variasi srtuktur yang ditemui untuk aglikon ini sangat
terbatas. Disamping adanya fakta bahwa dua gugus fenolik selalu ditemukan pada
posisi 1 dan 8, hanya karbon 3 dan 6 yang mungkin dapat disubstitusi : bentuknya
selalu karbon tersubstitusi dalam berbagai tingkat oksidasi ( metil,
hidroksimetil, karboksil ), dan akhir-akhir ini beberapa disubstitusi oleh
gugus hidroksi, dimana dalam bentuk bebas atau teresterifikasi dengan metanol.
Skema substitusi umum menunjukkan bahwa senyawa ini dicaapai melalui kondensasi
pada octa-asetat secara biogenetik.
-
Glikosida . karena anthron tidak stabil,
aglikon bebas yang terbentuk pada senyawa adalah selalu anthraquinon. Bentuk
tereduksi, pada sisi lain, terdapat hanya dalam keadaan terkombinasi, dengan
kata lain dalam bentuk glikosida.
sakarida yang umum dijumpai dalam glikosida adalah :
glukosa, rhmanosa, dan pada kasus yang jarang apiosa. Ikatan dengan aglikon
normalnya pada gugus hidrosksi pada C-8
( dengan glukosa), atau pada C-6 ( dengan rhamnosa atau apiosa). Aglikon
mungkin juga daalm bentuk rantai dua , contohnya glukofrangulin A adalah emodin
6-O-α- rhamnosyl-8-O-β-D-glikosida.
Tidak jarang
1,8-dihidroksianthron terdapat dalam bentuk C-glikosida, dengan ikatan yang
terbentuk antara C-1 Glukosa dengan C-10 dari aglikon, yang dikenalai dengan sebuah
pusat khiral dalam molekul ( liahat pada aloin A [10R] dan B[10S]. Lebih lanjut
C-glikosida mungkin seperti O-glikosida. Untuk memisahkannya salam smapel,
aloinasiada adalah 11-O-α-L-Rhamnosida ( atom karbon pada gugus hidroksimetil
pada posisi 3 dinomori 11 pada kasus ini ).
Komentar. Ada Perbedaan komposisi yang
substansial antara tanaman segar dan simplisia kering. Dalam tanaman segar , senyawa tipe anthracen
merupakan komponen utama sebagai glikosida dari nathron monomerik. Selam proses
pengeringan, dua proses transformasi berlangsung : oksidasi, yang membentuk
anthraquionon glikosida (e.x oksidasi pada buckthorn, bentuk anthron menjadi
frangulin dan glukofrangulin ) dan dimerisasi oleh reaksi enzimatk yang terjadi
jika pengeringan dilakukan pada suhu 40oC. Para ahli lain
berpendapat bahwa dimer ini tidak hanya artefak yang terbentuk selama proses
pengeringan tetapi mereka mungkin bagian yang mungkin akan muncul dan menjadi
bagian oksidoreduksi dengan potensi fisiologi yang signifikan.
B. SIFAT FISIKO KIMIA
DAN KARAKTERISASI
Anthraquinon
memiliki warna, senyawa orange-kemerahan, sedikit larut dalam air dingin, dan
larut dalam pelarut oraganik dan alkohol. Aglikon karbosiklik dapat diekstraksi
dengan larutan sodium bikarbonat dalm air. Glikosidanya larut dalam air dan
pelarut hidroalkohol. Perlakuan O-glikosida dalam medium asam akan
mengakibatkan terjadinya hidrolisis, tetapi pemecahan ikatan karbon-karbon pada C-glikosida hanya dapat
terjadi karena adanya Ferri klorida, yang diasamkan dengan asam klorida dan
direfluks kembali.
Karakterisasi . karakterisasi dari turunan hidroksi anthraquinon dilakukan dengan
reaksi Borntager : dengan melarutkan quinon dalam larutan alkalis (KOH), akan
membentuk warna merah atau keunguan. Reaksi ini hanya positif untuk
anthraquinon dalam bentuk bebas : untuk mengkarakterisasi glikosidanya dengan
reaksi ini maka harus dilakukan hidrolisis terlebih dahulu, dan jika aglikonnya
adalah anthron maka senyawa tersebut harus dioksidasi terlebih dahulu mnejadi
anthraquinon. Reaksi warna lain, spesifik untuk 1,8-dihidroksianthraquinon,
menggunakan magnesium asetat dalam metanol. Hasil warna merahnya harus lebih
tajam dan lebih stabil daripada warna dari hasil reaksi sederhana dengan KOH.
Sebagai akibatnya data ini juga daapt digunakan sebagai data quantitatif.
Seperti reaksi Borntrager, reaksi ini hanya positif untuk bentuk bebas dan
bnetuk teroksidasi.
Ada
reaksi spesifik untuk anthron, reaksi ini berdasarkan kemampuan senyawa untuk
bereaksi dengan nitrotetrazolium biru atau p-nitrosodimetilalanin
yang akan membentuk azomethin yang bewarna. Bentuk tereduksi dari C-glikosida
dapat dikarakterisasi dengan fluoresensi dari bentuk anthranol dengan adanya
sodium borak ( reaksi Schouteten ).
Identifikasi
glikosida dan aglikon dilakukan dengan KLT: dan dilihat dibawah sinar UV dan
dengan reaksi Borntrager, secara langsung atau setelah oksidasi, pada plat KLT,
untuk melihat anthron mnejadi anthraquinon.
Penetapan
kadar. Penetapan kadar dengan
spektrofotometer dapat dilakukan dengan adanya reaksi dengan magnesium asetat
atau mungkih dengan KOH. Karena bentuk
anthraquinon bebas tidak mempunyai aktivitas farmakologi, maka senyawa ini
tidak termasuk dalam penetapan kadar ( sebagai pedoman, Farmakope hanya
mewajibkan menghitung bentuk campurannya ).
Penetaapn
kadar dari bentuk campuran remasuk dalam ekstraksi,bentuk oksidasi hidrolisis,
reaksi warna dan penentuan secara spektrofotometrik. Simplisia berupa serbuk
yang dapat diekstraksi dengan pelarut organik apolar, yang menghialngkan bentuk
bebas dari anthraquinon yang mungkin ada. Selanjutnya larutan daalm air
dioksidasi ( dengan Ferri klorida ) dan dihidrolisis ( asam hidroklorida ).
Pelarutnya diuapkan dan residunya dialrutkan kembali dengan magnesium asetat
dalam metanol, dan absorbannya diukur pada 515 nm ( untuk variasi daapt diliaht
dalm Monografi dalm Farmakope Prancis ).
B.EFEK FARMAKOLOGIS
Beradsarkan dosis yang tercatat,
turunan 1,8-antharquinon memberiakn aktivitas sebagai laksatif atau purgatif.
Pada dosis teurapetik mereka digunakan sebagai stimulan laksatif, dan dahulu
digunakan untuk mengatasi iritasi pada mukosa, dan meskipun sekarang ini hal
tersebut tidak diakui lagi tetapi iatu tanpaknya tidak disalahkan.
.aktivitasnya berhubungan dengan
struktur senyawanya, yang paling menarik adalah turunan O-glikosida dari
dianthron dan anthraquinon seperti halnya juga C-glikosida dari anthron,
kelompok senyawa ini tidak mempunyai CH2 pada posisi 10-nya.
Aktivitas dari glikosida monomerik anthron sangat berlebihan, yang menjelaskan
mengapa simplisia yang mengandung senyawa ini ( contohnya bucktorn bark ) hanay
digunakan dalam waktu yang tidak terlalu lama dari penyimpanan atau setelah
pengambilan tanaman karena selama proses
tersebut ia teroksidasi menjadi anthraquinon glikosida. Bentuk aglikon bebas (
anthraquinon ) bersifat inaktif.
Bentuk aglikon dapat ditemukan dalam
simplisia atau terbentuk melalui hidrolisiis pada saluran cerna, selama
mencapai usus halus, ia diabsorbsi dalam usus halus dan teglukokonjugasi di
hati, dan hampir seluruhnya dieksresikan melalui urin. Siklus enterohepatiknya
diperlukan. Glikosida dari anthraquinon dan dianthron adalah molekul polar yang
larut dalam air, dan mempunyai berat molekul yang tinggi, sehingga mereka tidak
diresorbsi maupun terhidrolis dalam usus halus. Pada usus besar, mereka
terhirolisis oleh beta-glukosidase dari flora usus dan dibebaskan anthraquinon
tereduksi, bentuk aktif dari dianthron dibentuk secara in situ, yang menjelaskan hubungan antara senyawa yang diserap dan
efef laksatif. Pada beberapa pengarang lain, anthraquinon glikosida digolongkan
sebagai prodrug : molekul gula akan berperan sebagai transporter dengan
mencegah perubahan menjadi bnetuk aktif selama proses absorpsi samapi
dibebaskannya pada kolon dibawah pengaruh enzim bakterial.
Turunan hidroksianthraquinon
mmepengaruhi motilitas saluran cerna, yang telah dibuktikan secara in vivo ,
bahwa anthron berkontak langsung dengan sel epitel pada mukosa dalam saluran
cerna. Senyawa ini juga diketahui bersifat sitotoksik dan kemampuannya dalam
meninduksi alterasi seluler seperti formasi
deposit yang tidak larut daalm sel. Fragmen atau deposit ini diabsorpsi
oleh makrofag ( secara klinis, manifestasi ini
sendiri oleh pigmentasi melanotik pada mukosa kolon [= melanosis coli ]
karakteristik dari penyalahgunaan laksatif anthraquinon ). Senyawa ini dapat
menyebaabkan ulcer pada kolon.
Glikosoda
Anthraquinon diperkirakan mempengaruhi absorbsi air dan elektrolit. Dengan cara
menghambat aktivitas Na-K ATPase pada
enterosite, ia menyebabkan penghambatan resorbsi air, natrium dan klorida, dan
meningkatkan sekresi kalium pada mukosa saluran cerna. Mekanisme lain juga
diperkirakan untuk menjelaskan aktivitas dari derivatnya : aktivitas pada
sintesis prostaglandin ( ia diperlukan dalam transport air dan elektrolit ),
atau mekanisme yang melibatkan kalsium.
Glikosida
anthraquinon dieksresikan melalui air susu, tetapi resiko diare pada bayi
tampaknya dapat diabaikan. Pemberian sennosida pda tikus ( 25 mg/kg/hr ) selama
lebih dari dua tahun tidak menunjukkan efek karsinogenik dan penelitian pada
kerlinci menunjukkan tidak adanya efek pada keturunannya. Observasi pada
manusia belum dapat dijelaskan, yang menyebabkan beberapa pengarang mengira
adanya hubungan antara penyalahgunaan anhtraquinon sebagai laksatif dengan
meningkatnya resiko kanker usus. Teratogenitas dari anthraqunon telah banyak
diteliti tetapi hasilnya masih diperdebatkan.
D. Penggunaan anthraquinon yang mengandung senyawa obat
Berbagai
macam obat dari kelompok ini, seperti laksatif sangat banyak beredar di
pasaran. Mereka digunakan dalam bentuk kasar ( sebagai the herbal ), atau
sebagai sediaan galenika ( serbuk, ekstrak, dan ekstrak tertitrasi ) dengan
berbagai komponne lain yang mempunyai efek sinergis.
Penggunaan
simplisia ini dan preparatnya dapat diyakini mempunyai dasar kebenaran yang
adekuat ( penyaiapan untuk radilogi dan coloscopy, alat-alat yang lembut untuk
prosedur pembedahan anorektal, pengobatan konstipasi yang disebabkan oleh
penggunaan obat atau perubahan gaya
hidup ) tetapi itu harus selalu termasuk penyebab, dan itu harus dibatasi pada
periode waktu yang pendek.
Penggunaan
setiap hari dan berkepanjangan dari stimulant laksatif ini dapat menyebabakb
masalh yang cukup berarti: ketergantungan dan pada beberapa kasus dapat
menimbulakan “ catartik usus “ ( colitis spastis disertai diare dan sakit
perut, nausea, mual, dan pigmentasi melanotik pada mukosa usus [=melanosis coli
], dan penyakit lainnya pada mukosa usus, ketidakseimbangan aircdan elektrolit
disertai hipokalemia yang dapat menyebabakn gangguan kesehatan secara
menyeluruh, dan resiko interaksi obat dengan glikosida jantung, diuretic yang
menyebabkan hipokalemia dan sebagainya )
Konsumsi
obat ini sering menjadi resep yang tidak sesuai pada individu, seperti tidak
adanya efek, kadang-kadang menjadi berbahaya dan sering menyebaabkan perubahan
tingkah laku yang bersumber dari sebuah miskonsepsi bahwa sering buang air
adalah pola yang sehat. Depresi dan anoreksia juga sering menjadi dampak akibat
penyalahgunaan obat ini.
Kekurangan
yang ada pada tipe senyawa ini menyebabkan dikeluarkannya pernyataan yang
menjadi peraturan khusus untuk
penggunaan obat ini oleh pemerintah dalm pemasaran obat-obatan yang berasal
dari tumbuhan. Pernyataan utama dari peraturan tersebut adalah sebagai berikut
:
1.
pengemasan anthraquinon sebagai laksatif dalam bentuk sernuk teh herbal adalah
dilarang
2.
jumlah maksimun dari obat laksatif dalam bentuk kombinasi dibatasi sampai lima
dengan jumlah maksimum anthraquinon yang ada hanya dua jenis.
3.
konbinasi obat yang mengandung anthraquinon yang hanya diizinkan dengan gum,
mucilago, pektin, dan serat. Namun demikian informasi untuk dokter, farmasis
dan konsumen harus difokuskan hanya kepada anthraquinon saja. Mekanisme aksi
dari obat yang berbeda atau penyaiapannya dalam bentuk kombinasi harus sesuai.
4.
penggunaan anthraquinon sebagai obat harus dibatasi hanya untuk penggunaan
dalam waktu yang singkat, tidak boleh lebih dari 8 sampai 9 hari, ukuran
kemasan hanya untuk penggunaan dalm waktu yang singkat.
5.
dosis untuk orang dewasa yang diperbolehkan untuk penggunaan anhtraquinon
glikosida adalah 25 mg ( barabaloin, glukofrangulin A, cascaroside A, sennosida
B ) atau 50 mg ( rhein ), posologi tipa hari untuk orang dewasa dihitung dalam
bentuk tingkatan glikosida anthraquinon
maksimum sebagai obat tertera dalam farmakope Prancis dan Eropa. Untuk
penyesuaian posologi individual harian, setiap unit dosis tidak boleh
mengandung lebih dari setengah dosis harian biasa. Jika dalam bentuk kombinasi,
efek kumulatif harus ditentukan dan kuantitas dari setiap obat harus
diturunkan.
6.
penyuntikan anthraquinon sebagai laksatif untuk anak dibawah 10 tahun adalah
kontraindikasi. Dan harus dipertimbangkan untuk anak umur antara 10-15 tahun,
atau untuk wanita yang sedang hamil atau menyusui ( penyuntikan senna pada
wanita hamil harus dengan pengawasan dokter )
7.
informasi yang disediakan untuk dokter dan farmasis harus diertai
kontraindikasi ( colopathi inflamasi [ rectocolitis ulcerative, penyakit
Crohn’s], efek fecal, gangguan saluran cerna yang tidak terdiagnosa ).
Pengobatan dengan obat ini hanya boleh selama 8 sampai 10 hari dan dengan resep
dokter dan pengucualian untuk anak-anak. Inforamsi juga harus menyatakan bahwa
penggunaan dalam waktu lama dapat menyebabkan gangguan ( catartik usus,
ketergantungan ). Seperti laksatif lain, informasi harus meliputi penegasan
bahwa oabt ini untuk pengobatan konstipasi dan hanya digunakan sebagai tambahan
dalam pola hidup yang sehat (
meningkatakan konsumsi sayuran bersserat dan minuman [air], olah raga, dan
melatih untuk buang air besat secara teratur ). Penggunaan obai secara simultan yang dapat menyebabkan
aritmia yang tidak beraturan ( amiodarone, astemizole, bepridil, bretylium,
disopyramide, erithroimycin IV, halofantrine, pentadimidin, quinin tipe
antiaritmik, sparfloxacin, satalol, sultopride, terfenadine, vincamine ) harus
dikurangi. Penggunaan secara simultan dari glikosida jantung, diuretik, dapat
menyebabkan hipokalemia, atau kortikosteroid dapat menyebabkan gangguan khusus
( seperti kalemia ). Potensi efek samping lainnya adalah diare, sakit perut,
hipokalemia dan warna urin yang tidak normal.
8.
inforamsi untuk konsumen harus seperti diatas tetai dam bahasa yang halus, dan
harus disarankan untuk disertai dengan pola hidup yang sehat dan pola makan
yang mencegah konstipasi kronik.
Komisi
E jerman tealh membuat daftar anthraquinon yang umum digunakan sebagai
laksatif: untuk pasien dengan defekasi yang lebih mudah ( luka pada dubur,
hemoroid, setelah pembedahan dubur atau rektal ) dan untuk konstipasi. Khusus
untuk senna berikut ini adalah tambahannya : untuk pengosongan saluran cerna
sebelum penyinaran dengan sinar X, sebelum dan sesudah pembedahan perut. Rhubarb
pada dosisi rendah digunakan sebagai adsrtingan dan obat sakit perut. Semua
obat daalm grup ini kontraindikasi dengan kasus pada gangguan saluran cerna.
Kecuali untuk aloe, simplisia ini dapat digunakan pada wanita hamil dibawah
pengawasan dokter ( aloe juga sebenarnya kontaindikasi dengan wanita hamil ).
Pertimbangan pengobatan juga hrus dilakukan pada wanita menyusui. Monografi
komisi E menetrangkan efek sampingnya. Mereka menekan potensi
resiko dari glikosida jantung (hipokalemia ) dan dan kebutuhan untuk
mmebatasi pengobatan menjadi periode yangs singkat. Mereka menimbulkan potensi
kasus urin berwarna merah pada penggunaan aloe, buckthorn dan cascara,
resiko langsung timbulnya mual jika dalm penggunaan batang segar. Pengemasan
harus menyebutkan bahwa untuk mengembalikan fungsi saluran cerna harus disertai
dengan konsumsi serat, minum yang banyak
dan olah raga yang cukup.
E. GLIKOSIDA HIDROKSI ANTHARQUINON UTAMA YANG MENGANDUNG
OBAT
SENNA
Cassia angustifolia VAHL. AND Cassia senna L., Caesalpiniaceae
Daun senna yang
terdaftar dalm farmakope eropa edisi tiga terdiri dari anak daun dari C.senna L
( =C angustifolia Del.) dikenal saebagai alexandria senna , atau Cassia
angustifolia Vahl., dikenal sebagai Tinnevelly senna, atau capuran dari dua
spesies tersebut. Buah dari kedua spesies diatas juga menjadi subjek dalm
monografi. Daun dan buahnya mempunyai khasiat sebagai laksatif, yang disebabkan
adanya glikosida hidroksianthraquinon. Pada tahun 1986 produksi polong
senna dunia melebihi 5 juta ton.
Tumbuhan. Simplisia. Senna merupakan
semak rendah dengan daun compositae paripinnate. Bunganya, tetrasiklik,
pentamorous, dan zygomorp dengan cuinqucial calix, sebuah corola dengan petal
kuning dengan gurat coklat, dan sebuah bagian staminodial androceium. Buahnya
rata seperti kertas, polong yang berisi
enam sampai delapam biji.
Kedua
spesies mempunyai daerah asal
masing-masing. Tinnevelly senna, aslinya berasal dari Arabia yang tumbuh
liar di Afrika barat ( somalia ) dan di asia sampai punjab. Sekarang ini
dibudidayakan di pakistan dan india, dan di selatan provinsi Madras. Alexandria senna tumbuh secara alamiah di
timur laut afrika. Ia dibuddayakan di Sudan.
Simplisianya
mempunyai morfologi yang sangat mirip. Anak daun tinnevelly senna berbentuk
lanseolat, acute ( 20-50 mm x 7-20 mm) dan asimetris pada bagian bawahnya :
daua sisi yang halus, dan sedikit rambut yang halus. Anak daun alexandria senna
berbentuk lanceolat ( 15-=40 mm x 5-15 mm), asimetris pada bagian bawah dan
mucronat ( pada bagian ujung mmenbentuk sebuah titik ). Kedua sisinya
fubescent.
No comments:
Post a Comment