Saturday, June 27, 2015

metil prednisolon



METILPREDNISOLON 

Indikasi
A.    Pemakaian intra muskular digunakan pada indikasi berikut:
Gangguan endokrin:
- Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan)
- Hiperplasia adrenal congenital/bawaan
- Hiperkalsemia terkait kanker
- Tiroiditis nonsuppuratif
 

Penyakit Rheumatoid
Sebagai terapi tambahan untuk penggunaan jangka pendek pada terapi penyakit-penyakit:
- Osteoarthritis pasca trauma
- Rheumatoid arthritis, termasuk Rheumatoid arthritis pada anak
- Bursitis akut dan subakut
- Ankylosing spondylitis
- Tenosynovitis nonspesifik akut
- Gouty arthritis akut
- Psoriatic arthritis
- Osteoarthritis pasca-traumatik
- Synovitis of Osteoarthritis
- Epicondylitis


Penyakit-penyakit Kolagen
Pada keadaan penyakit makin memburuk atau sebagai terapi perawatan pada kasus-kasus:
- Systemic lupus erythematosus
- Systemic-dermatomyositis (polymyositis)
- Acute rheumatic carditis


Penyakit-penyakit kulit tertentu:
- Pemphigus
- Erythema multiforme parah (Stevens-Johnson syndrome)
- Exfoliative dermatitis
- Mycosis fungoides
- Psoriasis parah
- dermatitis seborrhea parah


Penyakit-penyakit Alergi
Mengendalikan kondisi alergi yang parah yang tidak memberikan hasil yang memadai pada terapi konvensional:
- Rhinitis yang disebabkan alergi
- Asma bronkhial
- dermatitis kontak
- dermatitis atopik
- Serum sickness
- Reaksi-Reaksi hipersensitivitas terhadap obat
- Reaksi-Reaksi transfuse utrikaria
- Edema laringeal noninfeksi akut (obat pilihan pertama: epinefrin)


Penyakit-penyakit mata
Penyakit-penyakit mata akut atau kronis yang parah terkait proses alergi atau radang, seperti:
- Allergic cornea marginal ulcers
- Herpes zoster ophthalmicus
- Radang segmen anterior
- Diffuse posterior uveitis and choroiditis
- Sympathetic ophthalmia
- Konjungtivitis alergik
- Keratitis
- Chorioretinitis
- Optic neuritis
- Iritis dan iridocyclitis


Penyakit-penyakit sistem pencernaan
Untuk membantu pasien melewati periode kritis pada penyakit-penyakit:
- Kolitis ulseratif (terapi sistemik)
- Enteritis regional (terapi sistemik)


Penyakit-penyakit saluran pernafasan:
- Symptomatic sarcoidosis
- Loeffler\'s syndrome yang tidak dapat dikendalikan dengan cara lain
- Berylliosis
- Tuberkulosis yang parah, tetapi harus diberikan bersama dengan kemoterapi anti tuberculosis yang sesuai
- Aspiration pneumonitis


Penyakit-penyakit Hematologis :
- Anemia hemolitik yang disebabkan Reaksi autoimmun
- Anemia sel darah merah (Erythroblastopenia)
- Anemia hipoplastik kongenital/bawaan (erythroid)
- Trombositopenia sekunder pada orang dewasa


Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik)
Sebagai terapi paliatif untuk:
- Leukemia dan limfoma pada orang dewasa
- Leukemia akut pada anak-anak


Edema :
- Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus
Penyakit pada Sistem Syaraf :
- Multiple sclerosis akut yang makin parah
Lain-lain :
- Tuberculous meningitis disertai penghambatan subarachnoid, tetapi harus diberikan bersama-sama dengan kemoterapi antituberculous yang sesuai
- Trichinosis disertai gangguan syaraf atau gangguan miokardial


B. Pemakaian intrasinovial atau pemakaian pada jaringan halus, diindikasikan sebagai terapi tambahan pada penggunaan jangka pendek (untuk membantu pasien melewati episode akut atau episode dimana penyakit makin parah) dalam pengobatan:
Synogitis pada osteoarthritis
Rheumatoid arthritis
Bursitis akut dan subakut
Gouty arthritis akut
Epicondylitis
tenosynovitis nonspesifik akut
Osteoarthritis pasca trauma


C. Pemakainan intralesi, diindikasikan untuk:
Keloid
Lesi radang hipertofik local, pada:
- lichen planus, plak psoriatik, granuloma annulare, dan lichen simplex chronicus (neurodermatitis)
- Discoid lupus erythematosus
- Necrobiosis lipoidica diabetirocum
- Alopecia areata
Juga bermanfaat dalam terapi tumor kista aponeurosis atau tendon (ganglia)

Dosis dan cara pemakaian  Oral: 2-40 mg/hari. Injeksi im, iv lambat, infus iv: 10-100 mg/hari.

Farmakologi
Efek utamanya sebagai glukokortikoid.Glukokortikoid alami (hidrokortison dan kortison), umumnya digunakan dalam terapi pengganti (replacement therapy) dalam kondisi defisiensi adrenokortikal.
Sedangkan analog sintetiknya (prednison, metilprednisolon) terutama digunakan karena efek immunosupresan dan anti radangnya yang kuat.
Glukokortikoid menyebabkan berbagai efek metabolik.Glukokortikoid bekerja melalui interaksinya dengan protein reseptor spesifik yang terdapat di dalam sitoplasma sel-sel jaringan atau organ sasaran, membentuk kompleks hormon-reseptor.
Kompleks hormon-reseptor ini kemudian akan memasuki nukleus dan menstimulasi ekspresi gen-gen tertentu yang selanjutnya memodulasi sintesis protein tertentu. Protein inilah yang akan mengubah fungsi seluler organ sasaran, sehingga diperoleh, misalnya efek glukoneogenesis, meningkatnya asam lemak, redistribusi lipid, meningkatnya reabsorpsi natrium, meningkatnya reaktivitas pembuluh terhadap zat vasoaktif , dan efek anti radang.

Kontraindikasi
Infeksi jamur sistemik dan hipersensitivitas terhadap prednison atau komponen-komponen obat lainnya
Efeksamping
Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit :
- Retensi cairan tubuh
- Retensi natrium
- Kehilangan kalium
- Alkalosis hipokalemia
- Gangguan jantung kongestif
- Hipertensi
Gangguan Muskuloskeletal :
- Lemah otot
- Miopati steroid
- Hilangnya masa otot
- Osteoporosis
- Putus tendon, terutama tendon Achilles
- Fraktur vertebral
- Nekrosis aseptik pada ujung tulang paha dan tungkai
- Fraktur patologis dari tulang panjang
Gangguan Pencernaan :
- Borok lambung (peptic ulcer) kemungkinan disertai perforasi dan perdarahan
- Borok esophagus (Ulcerative esophagitis)
- Pankreatitis
- Kembung
Peningkatan SGPT (glutamate piruvat transaminase serum), SGOT (glutamate oksaloasetat transaminase serum), dan enzim fosfatase alkalin serum. Umumnya tidak tinggi dan bersifat reversibel, akan turun kembali jika terapi dihentikan.
Gangguan Dermatologis :
- Gangguan penyembuhan luka
- Kulit menjadi tipis dan rapuh
- Petechiae dan ecchymoses
- Erythema pada wajah
- Keringat berlebihan
Gangguan Metabolisme :
- Kesetimbangan nitrogen negatif, yang disebabkan oleh katabolisme protein
Gangguan Neurologis :
- Tekanan intrakranial meningkat disertai papilledema (pseudo-tumor cerebri), biasanya setelah terapi
- Konvulsi
- Vertigo
- Sakit kepala
Gangguan Endokrin :
- Menstruasi tak teratur
- Cushingoid
- Menurunnya respons kelenjar hipofisis dan adrenal, terutama pada saat stress, misalnya pada trauma, pembedahan atau Sakit
- Hambatan pertumbuhan pada anak-anak
- Menurunnya toleransi karbohidrat
- Manifestasi diabetes mellitus laten
- Perlunya peningkatan dosis insulin atau OHO (Obat Hipoglikemik Oral) pada pasien yang sedang dalam terapi diabetes mellitus
- Katarak subkapsular posterior
- Tekanan intraokular meningkat
- Glaukoma
- Exophthalmos
Lain-lain :
Urtikaria dan reaksi alergi lain, reaksi anafilaktik atau hipersensitivitas

Interaksi obat
Obat-obat yang menginduksi enzim-enzim hepatik, seperti fenobarbital, fenitoin, dan rifampisin dapat meningkatkan klirens kortikosteroid.Oleh sebab itu jika terapi kortikosteroid diberikan bersama-sama obat-obat tersebut, maka dosis kortikosteroid harus ditingkatkan untuk mendapatkan hasil sebagaimana yang diharapkan.
Obat-obat seperti troleandomisin and ketokonazol dapat menghambat metabolisme kortikosteroid, dan akibatnya akan menurunkan klirens atau ekskresi kortikosteroid. Oleh sebab itu jika diberikan bersamaan, maka dosis kortikosteroid harus disesuaikan untuk menghindari toksisitas steroid.
Kortikosteroid dapat meningkatkan klirens aspirin dosis tinggi yang diberikan secara kronis. Hal ini dapat menurunkan kadar salisilat di dalam serum, dan apabila terapi kortikosteroid dihentikan akan meningkatkan risiko toksisitas salisilat.
Aspirin harus digunakan secara berhati-hati apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid pada pasien yang menderita hipoprotrombinemia.
Efek kortikosteroid pada terapi antikoagulan oral bervariasi.Beberapa laporan menunjukkan adanya peningkatan dan laporan lainnya menunjukkan adanya penurunan efek antikoagulan apabila diberikan bersama-sama dengan kortikosteroid.
Oleh sebab itu indeks koagulasi harus selalu dimonitor untuk mempertahankan efek antikoagulan sebagaimana yang diharapkan.

1 comment: