Wednesday, July 1, 2015

Prednison



Prednison


R1R2 = O ---> prednison

Prednison adalah kortikosteroid yang secara biologic bersifat inert. Dalam liver prednisone diubah menjadi prednisolon yang memiliki aktivitas glukokortikoid. 
a.      Indikasi:
ü  Kondisi peradangan dan alergi yang memerlukan terapi kortikosteroid seperti pada penyakit reumatik, demam rematik akut, eritematosus akut, penyakit alergi pada asma bronchial.
ü  Gangguan endokrin:
- Insufisiensi adrenokortikal primer atau sekunder (hidrokortison atau kortison  merupakan pilihan pertama, namun analog sintetisnya juga dapat digunakan)
- Hiperplasia adrenal congenital/bawaan. Penyakit-penyakit keganasan (neoplastik).
- Untuk menginduksi diuresis atau remisi proteinuria pada sindroma nefrotik tanpa uremia, jenis idiopatik atau yang disebabkan oleh lupus eritematosus.
ü  Penyakit-penyakit sistem pencernaan
b.      Kontraindikasi: Tukak peptic, osteoporosis, psikosis, TBC aktif, infeksi akut.
c.       Efek samping: Retensi cairan dan garam, edema, psikosis, kelainan mental, moonface, gangguan penglihatan, kelemahan otot.
d.      Peringatan:
  • Hati-hati pada penderita hipertensi, gagal jantung kongestif, diabetes mellitus, penyakit menular, gagal ginjal kronis, usia lanjut dan kehamilan.
  • Kortikosteroid dapat menutupi gejala-gejala infeksi atau penyakit lain, dan infeksi baru dapat saja terjadi dalam periode penggunaannya.
  • Terapi kortikosteroid jangka panjang dapat menyebabkan katarak subkapsular posterior, glaucoma, yang juga dapat merusak syaraf penglihatan, dan dapat memperkuat infeksi mata sekunder yang disebabkan oleh virus ataupun jamur.
  • Pemberian vaksin hidup ataupun vaksin hidup yang dilemahkan, merupakan kontraindikasi untuk pasien yang sedang mendapat terapi kortikosteroid dosis imunosupresan. Vaksin yang dibunuh atau diinaktifkan dapat saja diberikan,
  • Pemberian kortikosteroid pada pasien hipotiroidism ataupun sirosis biasanya menunjukkan efek kortikosteroid yang lebih kuat.
  • Kortikosteroid harus diberikan secara sangat berhati-hati pada pasien dengan herpes simpleks okular karena risiko terjadinya perforasi kornea.
e.       Interaksi obat: Vaksin. Penggunaan bersama aspirin, fenitoin, rifampisin, Phenobarbital mempercepat metabolism prednisone.
f.       Mekanisme aksi: Sebagai glukokortikoid, bersifat menekan sistem imun, anti radang.
g.      Informasi pasien: Pasien yang sedang mendapat terapi imunosupresan sedapat mungkin harus menghindari sumber-sumber infeksi, sebab sistem imunnya sedang tidak berjalan baik. Apabila mendapat infeksi, harus segera mendapat pertolongan medis tanpa tunda.
h.      Bentuk sediaan: Tablet 5 mg, Kaptab 5 mg

No comments:

Post a Comment