Valsartan
Indikasi:
Hipertensi ; infark miokardiak dengan kegagalah fungsi
ventrikel kiri atau disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Obat ini digunakan
sebagai alternatif bagi pasien yang
tidak dapat meneruskan pengobatan dengan ACE inhibitor karena batuk persistent.
Antagonis reseptor angiotensin II dapat digunakan sebagai alternatif penggunaan inhibitor ACE pada pengobatan gagal jantung atau
diabetes nefropati.
Dosis:
Hipertensi, biasanya 80 mg sekali sehari
(pasien usia lanjut lebih dari 75 tahun, gangguan fungsi hati ringan sampai
sedang, kerusakan ginjal sedang sampai berat , penurunan volume intravaskular,
dosis awal 40 mg sekali sehari ; bila perlu
dosis ditingkatkan hingga 160 mg sehari
minimal setelah penggunaan 4 minggu.
Infark miokardiak : dosis awal 20 mg dua kali
sehari , dosis dinaikkan setelah pemakaian beberapa minggu hingga 160 mg dua
kali sehari apabila dapat ditoleransi (dosis rendah sebaiknya diberikan pada
pasien dengan gangguan hati ringan
hingga sedang
Farmakologi:
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset efek antihipertensi : 2 minggu (maksimal 4 minggu)
Distribusi Vd : 17 L (dewasa)
Protein binding (ikatan obat dengan protein) : 95%,
terutama albumin
Metabolisme : menjadi bentuk metabolit inaktif
Bioavailability : 25% (10% hingga 35%)
T½ eliminasi : 6 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum : 2-4 jam
Ekskresi : Feses (83%) dan urin (13%) dalam bentuk obat
yang tidak berubah
Stabilitas
Penyimpanan:
Simpan dalam suhu kamar yang terkontrol pada
suhu 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F); hindari dari kelembaban
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap valsartan atau
komponen lain dalam sediaan, hipersensitif terhadap semua antagonis reseptor
angiotensin II, kehamilan, menyusui, gangguan fungsi hati yang berat , sirosis,
obstruksi empedu, fatigue, diare jarang terjadi, sakit kepala, epistaksis: trombositopenia, arthralgia, myalgia,
gangguan rasa (pengecapan), neutropenia
Efek Samping:
Efek samping biasanya ringan. Hipotensi
simptomatik termasuk pusing dapat
terjadi , terutama pada pasien dengan penurunan volume intravaskular (seperti
penggunaan dosis tinggi diuretik,hiperkalemia kadang-kadang terjadi;angioedema.
Interaksi Obat:
Dengan obat
lain:
Meningkatkan efek/toksisitas : kadar valsartan dalam
darah ditingkatkan oleh simetidin dan monoksidin ; efek klinik tidak diketahui.
Penggunaan bersama garam/suplemen kalium, ko-trimoksazol (dosis tinggi),
inhibitor ACE dan diuretik hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren)
dapat meningkatkan resiko hiperkalemia
Menurunkan efek: fenobarbital, ketokonazol,
troleandomisin, sulfafenazol.
Dengan makanan:
Makanan menurunkan kecepatan dan luas absorpsi berturut
turut sebesar 50% dan 40%. Hindari dong quai
jika digunakan untuk hipertensi (mempunyai
aktivita estrogenik). Hindari ephedra, yohimbe, ginseng ( dapat
memperburuk hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek
antihipertensi)
Pengaruh:
Terhadap
kehamilan:
Faktor risiko : C/D (semester 2 dan 3 )
Pengaruh penggunaan Valsartan pada ibu hamil
seperti inhibitor ACE inhibitor. Obat ini
dihindari selama trimester 1, 2 dan 3.
Dapat mengganggu pengendalian tekanan darah
janin dan bayi neonatus, mengganggu fungsi ginjal, juga bisa mengakibatkan
kerusakan tengkorak dan oligohydramnios; penelitian pada hewan uji menunjukkan
adanya toksisitas.
Obat-obat yang bekerja pada sistem renin-angiotensin
dilaporkan menimbulkan efek pada janin/
neonatus seperti : hipotensi, neonatal skull hypoplasia, anuria, gagal ginjal,
dan kematian ;juga dilaporkan oligohydramnion.
Efek tersebut dilaporkan terjadi pada
penggunaan obat selama trimester 2 dan 3. Penggunaan valsartan harus dihentikan
segera mungkin setelah diketahui terjadi kehamilan.
Terhadap ibu
menyusui:
Produsen menyarankan untuk menghindari penggunaan obat.
Ekskresi obat kedalam air susu ibu tidak
diketahui/kontraindikasi
Parameter
Monitoring:
Elektrolit, fungsi ginjal, tekanan darah, serum kalium
Peringatan:
1. Antagonis reseptor angiotensin II digunakan dengan hati-hati
pada stenosis arteri ginjal. Pemantauan plasma kalium dianjurkan terutama pada
usia lanjut dan pada gangguan ginjal, dosis awal yang lebih rendah dapat
diberikan pada pasien.
2. Antagonis reseptor angiotensin II digunakan dengan hati-hati
pada stenosis aorta atau mitral valve dan pada hipertropik obstruktif,
kardiomiopati.
3. Pasien Afro-Caribbean, dengan hipertropi ventrikular kiri tidak
mendapat keuntungan dengan antagonis reseptor angiotensin II.
4. Peringatan lainnya: pada gangguan fungsi hati ringan sampai
berat dan kerusakan ginjal.
Informasi
Pasien:
1. Penggunaan obat dengan atau tanpa makanan.
2. Hindari penggunaan
bersama dengan suplemen garam yang
mengandung kalium
3. Wanita hamil jangan menggunakan obat ini sesudah bulan ke tiga
kehamilan. Jika anda hamil selama menggunakan obat ini , hubungi dokter atau
apoteker
4. Beritahu dokter jika selama menggunakan obat anda mengalami :
mulut kering; haus ; kelemahan; kurang berenergi; mengantuk ; gelisah; kebingungan; kejang; nyeri otot atau kram;
lemah otot; denyut jantung bertambah cepat; masalah pada lambung sepert mual atau muntah.
5. Obat ini mengakibatkan pusing dan mengantuk. Hati-hati pada saat
mengemudi atau mengerjakan pekerjaan lain yang membutuhkan kewaspadaan mental,
koordinasi dan ketangkasan fisik.
6. Hindari penggunaan alkohol dan obat lain yang juga menyebabkan
kantuk selama menggunakan obat ini.
7. Perubahan pola hidup (seperti berhenti merokok, menurunkan berat
badan, olah raga, pembatasan asupan garam) juga membantu menurunkan tekanan
darah.
8. Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal
ini dilakukan
9. Kondisi medis awal pasien harus
diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.
10. Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran dokter.
11. Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain atau suplemen
lain tanpa memberitahu dokter yang merawat.
12. ika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan
telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis
ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .
13. Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat
dokter atau apoteker
No comments:
Post a Comment