Monday, July 6, 2015

Valsartan



Valsartan
Indikasi:
Hipertensi ; infark miokardiak dengan kegagalah fungsi ventrikel kiri atau disfungsi sistolik ventrikel kiri.
Obat ini  digunakan sebagai alternatif  bagi pasien yang tidak dapat meneruskan pengobatan dengan ACE inhibitor karena batuk persistent. Antagonis reseptor angiotensin II dapat digunakan sebagai alternatif  penggunaan inhibitor  ACE pada pengobatan gagal jantung atau diabetes nefropati.
Dosis:
Hipertensi, biasanya 80 mg sekali sehari (pasien usia lanjut lebih dari 75 tahun, gangguan fungsi hati ringan sampai sedang, kerusakan ginjal sedang sampai berat , penurunan volume intravaskular, dosis awal 40 mg sekali sehari ; bila perlu dosis ditingkatkan  hingga 160 mg sehari minimal setelah  penggunaan 4 minggu.
Infark miokardiak : dosis awal 20 mg dua kali sehari , dosis dinaikkan setelah pemakaian beberapa minggu hingga 160 mg dua kali sehari apabila dapat ditoleransi (dosis rendah sebaiknya diberikan pada pasien dengan gangguan hati  ringan hingga sedang
Farmakologi:
Farmakodinamik/Farmakokinetik
Onset efek antihipertensi : 2 minggu (maksimal 4 minggu)
Distribusi Vd : 17 L (dewasa)
Protein binding (ikatan obat dengan protein) : 95%, terutama albumin
Metabolisme : menjadi bentuk metabolit inaktif
Bioavailability : 25% (10% hingga 35%)
T½ eliminasi : 6 jam
Waktu untuk mencapai kadar puncak, serum : 2-4 jam
Ekskresi : Feses (83%) dan urin (13%) dalam bentuk obat yang tidak berubah
Stabilitas Penyimpanan:
Simpan dalam suhu kamar yang terkontrol pada suhu 15°C hingga 30°C (59°F hingga 86°F); hindari dari kelembaban
Kontraindikasi:
Hipersensitif terhadap valsartan atau komponen lain dalam sediaan, hipersensitif terhadap semua antagonis reseptor angiotensin II, kehamilan, menyusui, gangguan fungsi hati yang berat , sirosis, obstruksi empedu, fatigue, diare jarang terjadi, sakit kepala, epistaksis: trombositopenia, arthralgia, myalgia, gangguan rasa (pengecapan), neutropenia
Efek Samping:
Efek samping biasanya ringan. Hipotensi simptomatik termasuk pusing  dapat terjadi , terutama pada pasien dengan penurunan volume intravaskular (seperti penggunaan dosis tinggi diuretik,hiperkalemia kadang-kadang terjadi;angioedema.

Interaksi Obat:
Dengan obat lain:
Meningkatkan efek/toksisitas : kadar valsartan dalam darah ditingkatkan oleh simetidin dan monoksidin ; efek klinik tidak diketahui. Penggunaan bersama garam/suplemen kalium, ko-trimoksazol (dosis tinggi), inhibitor ACE dan diuretik hemat kalium (amilorid, spironolakton, triamteren) dapat meningkatkan resiko hiperkalemia 
Menurunkan efek: fenobarbital, ketokonazol, troleandomisin, sulfafenazol.
Dengan makanan:
Makanan menurunkan kecepatan dan luas absorpsi berturut turut sebesar 50% dan 40%. Hindari dong quai jika digunakan untuk hipertensi (mempunyai  aktivita estrogenik). Hindari ephedra, yohimbe, ginseng ( dapat memperburuk hipertensi). Hindari bawang putih (dapat meningkatkan efek antihipertensi)
Pengaruh:
Terhadap kehamilan:
Faktor risiko : C/D (semester 2 dan 3 )
Pengaruh penggunaan Valsartan pada ibu hamil seperti inhibitor ACE inhibitor. Obat ini dihindari selama trimester 1, 2 dan 3.
Dapat mengganggu pengendalian tekanan darah janin dan bayi neonatus, mengganggu fungsi ginjal, juga bisa mengakibatkan kerusakan tengkorak dan oligohydramnios; penelitian pada hewan uji menunjukkan adanya toksisitas. 
Obat-obat yang bekerja pada sistem renin-angiotensin dilaporkan menimbulkan efek  pada janin/ neonatus seperti : hipotensi, neonatal skull hypoplasia, anuria, gagal ginjal, dan kematian ;juga dilaporkan oligohydramnion.
Efek tersebut dilaporkan terjadi pada penggunaan obat selama trimester 2 dan 3. Penggunaan valsartan harus dihentikan segera mungkin setelah diketahui terjadi kehamilan.
Terhadap ibu menyusui:
Produsen menyarankan untuk  menghindari penggunaan obat.
Ekskresi obat kedalam air susu ibu tidak diketahui/kontraindikasi
Parameter Monitoring:
Elektrolit, fungsi ginjal, tekanan darah, serum kalium
Peringatan:
1.      Antagonis reseptor angiotensin II digunakan dengan hati-hati pada stenosis arteri ginjal. Pemantauan plasma kalium dianjurkan terutama pada usia lanjut dan pada gangguan ginjal, dosis awal yang lebih rendah dapat diberikan pada pasien.
2.      Antagonis reseptor angiotensin II digunakan dengan hati-hati pada stenosis aorta atau mitral valve dan pada hipertropik obstruktif, kardiomiopati.
3.      Pasien Afro-Caribbean, dengan hipertropi ventrikular kiri tidak mendapat keuntungan dengan antagonis reseptor angiotensin II.
4.      Peringatan lainnya: pada gangguan fungsi hati ringan sampai berat dan  kerusakan ginjal.
Informasi Pasien:
1.      Penggunaan obat dengan atau tanpa makanan.
2.      Hindari   penggunaan bersama dengan suplemen  garam yang mengandung kalium
3.      Wanita hamil jangan menggunakan obat ini sesudah bulan ke tiga kehamilan. Jika anda hamil selama menggunakan obat ini , hubungi dokter atau apoteker
4.      Beritahu dokter jika selama menggunakan obat anda mengalami : mulut kering; haus ; kelemahan; kurang berenergi; mengantuk ; gelisah;  kebingungan; kejang; nyeri otot atau kram; lemah otot; denyut jantung bertambah cepat; masalah pada lambung sepert mual atau muntah. 
5.      Obat ini mengakibatkan pusing dan mengantuk. Hati-hati pada saat mengemudi atau mengerjakan pekerjaan lain yang membutuhkan kewaspadaan mental, koordinasi dan ketangkasan fisik.
6.      Hindari penggunaan alkohol dan obat lain yang juga menyebabkan kantuk selama menggunakan obat ini.
7.      Perubahan pola hidup (seperti berhenti merokok, menurunkan berat badan, olah raga, pembatasan asupan garam) juga membantu menurunkan tekanan darah.
8.      Tes laboratorium diperlukan untuk memonitor terapi. Pastikan hal ini dilakukan
9.      Kondisi medis awal pasien harus  diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat ini.  
10.  Jangan menggunakan obat melebihi jumlah yang telah  diresepkan, kecuali atas anjuran dokter.
11.  Jangan menggunakan OTC atau obat resep yang lain atau suplemen lain tanpa memberitahu dokter yang merawat.
12.  ika pasien lupa minum obat, segera mungkin minum obat  setelah ingat. Jika terlewat beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan .
13.  Jika lebih dari satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker
14.  Obat ini hanya digunakan oleh  pasien yang mendapat resep. Jangan diberikan pada orang lain.

No comments:

Post a Comment