ANALISA KEMATIAN ALDA
RISMA
Kasus kematian Alda risma di hotel Menteng Jakarta pada
Selasa malam 12 Desember 2006 lalu hingga saat ini masih menjadi misteri. Berbagai
spekulasi timbul sebagai penyebab kematian Alda. Sejauh ini kondisi pasti
kematian Alda dipastikan disebabkan karena overdosis pemakaian obat-obatan, hal
ini dibuktikan dari beberapa data klinis yang diperoleh dari tempat kejadian
dan hasil visum dari jenazah Alda Risma.
Berikut dikemukakan
beberapa fakta yang bisa dijadikan dasar untuk menganalisa kematian korban
- Data-data klinis
- Anamnesa korban
Ø Alda adalah seorang
pengkonsumsi alkohol
Ø alda diketahui sering
dan sudah lama mengknsumsi obat tidur dan penggunaannya bersamaan dengan
alkohol, dan tidak jarang diberikan melalui parental
Ø Alda sedang menggunakan
obat pelangsing. Penggunaannya dilakukan dengan cara suntikan dan diperkirakan
obatnya termasuk jenis amfetamin dan metamfetamin (psikotropika golongan III)
- Daftar obat dan alat medis yang dikonsumsi dan digunakan Alda sebelum meninggal
Ø obat tidur
Ø Omeprazol (OMZ)
Ø Infus ringer laktat
Ø Dormicum
Ø Neurobion
Ø Diazepam (Valium®)
Ø Propofol
Ø Obat untukmenghilangkan bengkak karena suntikan
Ø 30 keping alkohol usap
Ø Jarum suntik 5 buah
- Fakta hasil visum jenazah
Ø Pada perut ditemukan sabu cair
Ø pada empedu dan ginjal ditemukan residu narkotika berupa morfin. Dari hasil
analisa ginjal korban kemungkinan pemakaian narkotika ini sudah dalam waktu
lama minimal satu tahun, dan residu ini bisa dipastikan tidak diperoleh dari
minuman keras ataupun obat-obat yang baru dikonsumsi.
Ø Pada urin korban ditemukan zat psikotropika golonngan amfetamin dengan
kadar yang tinggi
Ø Pada tubh korban ditemukan senyawa propofol dan benzodentin yang merupakan
penyebab kematian Alda. Selain itu juga ditemukan obat tidur dan obat penenang diperkirakan
dari dormikum
Ø ditemukan 25 bekas suntikan dan 8 diantaranya merupakan suntikan lama yang
menyebar di kaki tangan dan paha
(suntikan baru) dan ditmukan ada pembuluh darah yang pecah akibat suntikan
Ø korban diperkirakan telah meninggal dalam waktu 8 jam
Ø Adanya cairan putih yang terdapat pada kemaluan korban terjadi karena
jenazah telah meninggal lebih dari 8 jam
Ø keluarnya darah pada mulut yang terjadi akibat tekanan obat sehingga
pembuluh darah terbuka dan terjadi
gangguan pada otak dan paru-paru
- Farmakokinetik dan Farmakodinamik Obat
- Diazepam
obat ini
menyen\babkan tidur, penurunan kesadaran dan tidak berefek analgesik. Diazepam
digunakan untuk menimbulkan sedasi basal pada anastesi regional dan untuk
anastersi untuk penderita kardiovaskular
Di hati
diazepam dimetabolisme mejadi metabolit yang aktif, antara lain N-desmetil
diazepam yang juga aktif dengan t1/2 plasma panjang antara 4-122 jam. Sedangkan
t1/2 diazepam sendiri antara 20-54 jam. Pemberian dizepam secara i.v menibulkan
takikardia sedang dan depresi nafas ringan serta kegagalan sirkulasi dan henti
nafas pada orang sehat yang mendapatkan suntikan 20mg diazepam iv secara
tepat.Untuk induksi diazepam diberikan sebanyak 0,1-0,5 mg/kg BB. Pada orang
sehat, dosis diazepam 0,1 mg/kg BB. Pada penderita dengan dosis tinggi 0,1-0,2
mg/kg BB.
- dormicum
Indikasi
untuk premedikasi, induksi anastesi dan penunjang anastesi umum, sedasi untuk
tindakan diagnostik dan anastesi lokal. mulaikerja obat ini cepat yaitu dalam
30 menit, dan bertahan sampai 5-7 jam dan terikat pada protein plasma sebanyak
96%. Metabolismenya berjalan dengan cepat dan sempurna (50-80%) menjadi
metabolit aktif 1-hidroksimetil-midazolam yang dikeluarkan lewat urin melalui
glukoronida. Pada dosis diatas 0,1-0,15
mg/kg BB akan timbul efek samping berupa hambatan pernapasan yangbisa fatal,
nyeri dan trombofebitis pada tempat pada tempat injeksi. Dosis untuk
premedikasi oral 25 mg, diberikan 45 menit sebelum pembedahan, pemberian i.v
2,5 mg.
- Propofol
Derivat
isopropofenol ini digunakan untuk induksi dan pemiliharaan anastesi umum.
Setelah injeksi propovol dengan cepat disalurkan ke otak, jantung, hati dan
ginjal yang kemudian disusul dengan redistribusi yang cepat ke otot, kulit,
tulang dan lemak. Redistribusi ini menyebabkan kadar dalam otak menurun dengan
cepat. Di hati propofol dirombak menjadi metabolit-metabolit inaktif yang
dieksresikan melalui urin. Propovol menurunkan tekanan arteri sistemik
kira-kira 80% tetapi efek ini lebih disebabkan karena vasodilatasi perifer
daripada penurunan curah jnatung.
Efek
samping yang timbul akibat penggunaan obat ini adalah sesak napas dan depresi
sistem kardiovaskular (hipotensi dan bradikardia),eksitasi ringan dan
trombofebitis.
- Amfetamin dan metamfetamin
Merupakan
psikotropika golongan dua. Amfetamin dan derivatnay menyebabkan peningkatan
amin biogenik dari neuron sinaptik leminal.Amfetaminjuga menghambat reuptake
amin biogenik. Dosis yangberlebihan ini bisa menyebabkab intoksikasi akut. Efek
sampingnya gejala sentral berupa kegelisahan, pusing kepala, tremor, reflek
hiperaktif, insomnia dan kadang-kadang euforia. Stimulasi sentral kadang-kadang
disebabkan oleh kelelahan fisik. Gejala kardiovaskuler, ganguan saluran cerna
dan diakhiri dengan konvulsi, koma dan kematian karena pendarahan otak.
- Analisa kasus dari segi farmasi
1.
Alda sudah sejak lama mengkonsumsi obat tidur.
Dalam penggunaan jangka panjang obat tidur bisa menyebabkan ketergantungan dan
untuk pencapaian efek yang sama akan timbul toleransi. Kondisi akan lebih
berbahaya jika penggunaannya bersamaan dengan alkohol seperti yang dilakukan
alda. Hal ini menyebabkan peningkatan efek dari kerja obat tidur yang
memungkinkan terjadinya keracunan.
2.
Alkohol yang telah digunakan dalam waktul lama akan
menyebabkan
- Gemetar / tremor
- Halusinasi
- Kejang-kejang
- Bila disertai dengan nutrisi yang buruk, akan merusak organ vital seperti otak dan hati
- Gemetar / tremor
- Halusinasi
- Kejang-kejang
- Bila disertai dengan nutrisi yang buruk, akan merusak organ vital seperti otak dan hati
Bila seseorang mengkonsumsi minuman yang mengandung
alkohol, zat tersebut. diserap oleh lambung, masuk ke aliran darah dan tersebar
ke seluruh jaringan tubuh, yang mengakibatkan terganggunya semua sistem yang
ada di dalam tubuh.
Besar akibat alkohol tergantung pada berbagai faktor, antara lain berat tubuh, usia, gender, dan sudah tentu frekuensi dan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
Konsumsi alkohol dalam kondisi perut kosong akan menstimulasi produksi asam lambung, dan keadaan inlah yang menyebabkan feri memberi omeprazol yang dapat menghambat produksi asam lambung melalui penghambatan pompa proton.
Besar akibat alkohol tergantung pada berbagai faktor, antara lain berat tubuh, usia, gender, dan sudah tentu frekuensi dan jumlah alkohol yang dikonsumsi.
Konsumsi alkohol dalam kondisi perut kosong akan menstimulasi produksi asam lambung, dan keadaan inlah yang menyebabkan feri memberi omeprazol yang dapat menghambat produksi asam lambung melalui penghambatan pompa proton.
3.
Penggunaan amfetamin akanmenyebabkan peransangan
sistem saraf pusat, dan akan menyebabkan peningkatan frekuensi jantung dan
tekanan darah, seperti halnya penggunaan obat tidur tadi, penggunaan yang
berulang dari amfetamin ini akan menyebabkan timbulnya toleransi sehingga dosis
penggunaan harus selalu ditingkatkan sedangkan bila dilakukan penghentian
mendadak akanmengakibatkan depresi yang berlebihan.
4.
Kondisi alda yang over dosis tidak dapat diatasi
dengan penggunaan neurobion. Memang benar kalau neurobion dapat digunakan untuk
mengatasi rasa nyeri (neuralgia) tapi pada kondisi ini tidak dapat digunakan
untuk mengatasi keracunan. Begitujuga dengan penggunaan diazepam yang diberikan
oleh feri, yang kemungkinan ditujukan untuk mengatasi terjadinya kejang yang
merupakan salah satu tanda terjadinya keracunan. Pemberian diazepam untuk
mengatasi keracunan pada sistem saraf pusat dilakukan bila keracunan tidak
disebabkan oleh kondisi hipoksia (berhentinya denyut jantung karena kekurnag
oksigen). Tetapi pada kasus alda kemungkinan korban telah mengalami hipoksia
diakibatkan olehkomsumsi amfetamin dan obat tidur yang berlebihanyang dapat
memaksa kerja jantung, sehingga pemberian diazepam tidak rasional lagi. Kondisi
ino diperparah dengan oleh dosis pemberian diazepam yang tidak tepat.
Penggunaan obat diazepam biasanya 2-4 kali sehari dengan dosis2-10 mg.Sedangkan
pemberian melalui i.v hanya 5-10 mg dengan menyuntikkan perlahan. akan tetapi
feri memberikan diazepam dengan dosis yang sanagt besar yaitu 400 mg. Hal ini sudah pasti memperparah kondisi
hipoksia korban dan dapat menyebabkan henti nafas seketika. Karena dosis 20 mg
diazepam saja melalui i.v dengan pemberian cepat sudah bisa menimbulkan depresi
pernapasan . belum lagi jika dilihat bahwa diazepam menghasilkan metabolit yang
aktif dengan waktu paruh yang lama.
No comments:
Post a Comment