Sukma Ayu, 24 tahun awalnya dikabarkan
terjatuh saat memegang gelas di rumah salah seorang kawannya pada tanggal 9
April 2004. Siku kanan pemain sinetron Kecil-Kecil
Jadi Manten ini tergores pecahan gelas yang dipegangnya. Dari
pemeriksaan dokter di RS Medistra diketahui tulang tangannya retak. Siku
kanannya dijahit dalam sebuah operasi. Sadar sebentar sesudah operasi, napas
artis cantik itu tersengal-sengal dan lalu tidak sadarkan diri dan mengalami
koma. Dari hasil CT Scan
yang dilakukan pada tanggal 10 April diketahui bahwa ada pendarahan di otak
artis cantik itu.
Anamnesa
Dr. Salim Haris, dokter
yang menangani Sukma, mengatakan bahwa ia terserang pendarahan subarachnoid spontan. Pendarahan
di otak jenis ini terjadi tanpa adanya trauma alias benturan. Menurutnya,
gejala-gejala yang dialami oleh pasien pendarahan subarachnoid
spontan hampir sama dengan gejala stroke. Di antaranya kebutaan sementara,
lumpuh otot wajah dan anggota gerak, gangguan bicara, nyeri, vertigo, muntah,
dan kesadaran menurun atau koma.
Hanya saja, pada pasien
seperti Sukma Ayu, saat tenjadi serangan, kesadarannya masih lumayan, tidak
separah pada pasien stroke. Hal ini yang membuat kondisi pasien kadang luput
dari perhatian.
2.2.1 Kronologi perawatan
Sukma
Nona Sukma Ayu, 24
tahun, masuk IGD RS Medistra tanggal 9 April 2004 pukul 05.25 pagi karena luka
pada lengan kanan dengan membawa surat rujukan dari RS MMC, yang ditujukan
kepada ahli bedah plastik.
Di RS MMC pasien
mendapat toradol 1 amp dan dormicum 2 mg. Pasien dalam keadaan sadar. Luka
menganga di lengan kanan yang menurut pengakuan karena jatuh dan terkena kaca
gelas.
Di IGD RS Medistra
pasien masih kesakitan, kemudian diberi tramadol (50 mg) per 24 jam. Pasien
dikonsultasikan kepada dokter spesialis bedah plastik dan bedah tulang.
Pasien kemudian
direncanakan untuk dilakukan tindakan operasi oleh dokter spesialis bedah
plastik sekaligus tindakan pada lengan yang patah pada pukul 07.30 WI
Dokter jaga IGD
mempersiapkan dengan melakukan pemeriksaan foto thoraks dan laboratorium sesuai
prosedur RS.
Setelah pasien dilakukan foto thorax, pasien
dibawa ke ruang perawatan dan tak lama kemudian pasien dibawa ke kamar operasi.
Anestesi dilakukan dengan anestesi umum. Karena:
1) sifat dari luka: lacerasi
(bentuk luka tak beraturan dan dalam) dengan tanda-tanda kerusakan struktur
penting (syaraf). Kemungkinan operasi akan lama/tak sederhana.
2) Sifat pasien yang
tidak tahan sakit.
3)Perlu estetik yang
bagus sehingga waktu operasi perlu lebih lama.
Pada kenyataan memang
perlu memperluas luka untuk menyambung syaraf yang putus.
Pukul 07.40 WIB, operasi
dimulai. Dilakukan eksplorasi di
kamar operasi. Pada eksplorasi ternyata didapatkan syaraf lengan bawah putus
4/5 bagian dan dilakukan penyambungan dan penutupan luka.
Pukul 08.30 WIB, tindakan selesai. Obat-obat
anestesi dihentikan. Pasien langsung sadar dan dibawa ke ruang pemulihan.
Dilakukan monitoring tensi dan nadi dan saturasi oksigen. Keadaan pasien stabil. T
(tensi) 110/70. N (nadi) 84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen. Pasien sudah
bisa berkomunikasi dengan baik, hanya pasein mengeluh sakit.
Pukul 09.00 WIB, pasien
diberi obat penenang, yaitu dornicum 1mg. Pasien tenang kembali.
Pukul 09.30 WIB, pasien
minta dipindahkan ke ruang perawatan biasa. T (tensi) 110/70. N (nadi)
84x/menit. Saturasi oksigen 99 persen. Pasien minta dipakaikan wignya.
Pukul 10.00 WIB, perawat
dari ruang perawatan yang menjemput pasien, datang.
Pukul 10.10 WIB, pada
saat alat monitor akan dilepas tiba-tiba pasien berhenti bernapas dan segera
dilakukan resusitasi, intubasi, dan kemudian pasein dikirim ke ruang perawatan
intensif. Di ruang perawatan intensif dipasang alat bantu nafas (ventilator).
Pasien dikonsulkan ke dokter spesialis syaraf dan dilakukan pemeriksaan CT scan
kepala dengan hasil masih dalam batas normal.
Pada CT scan kepala yang
kedua pada Sabtu, 10 April pukul 15.37 WIB, tampak pendarahan subarahnoid +
tanda-tanda edema cerebri. Obat-obatan yang diberikan: Obat anti biotika. Obat
Syaraf, obat penunjang, obat anti nyeri dan proteksi lambung.
Hasil Analisa
Dari beberapa bahan literatur
dan informasi yang dikumpulkan diketahui bahwa penyebab utama kematian sukma
ayu dikarenakan ia terserang pendarahan subarachnoid spontan yang disebabkan
oleh pecahnya pembuluh darah di otaknya yang disebut aneurisma. Dari data tambahan yang
didapatkan bahwa hasil pemeriksaan urine
pasien, menurut manajemen RS Medistra tidak mengandung napza (narkotika,
alkohol, psikotropika, dan zat adiktif lainnya). Namun, penjelasan seperti tidaklah
cukup. Hal ini disebabkan karena pihak manajemen Medistra tidak memberikan
keterangan lebih detail mengenai penyebab kematian. Dalam hal ini pihak
Meditstra berkeyakinan bahwa dalam prakter perawatan sukma tidak mengandung
unsur Malpraktek.
Sejauh ini, dari beberapa informasi yang penulis dapatkan bahwa meninggalnya
sukma ayu tidak disebabkan karena adanya kesalahan ataupun kekeliruan dalam hal
pengobatannya. Berdasarkan kronologis yang dipaparkan oleh pihak Medistra sebelum
sukma menjalani perawatan terlebih dulu ia sudah mendapatkan pengobatan dari RS
MMC dengan memberikan obat toradol 1 amp
dan dormicum 2 mg. Namun, karena pasien masih mengalami keluhan sakit, kemudian
ia mendapatkan tramadol (50 mg) sebelum operasi dan hasil pemeriksaan ini tidak
menunjukkan gejala-gejala yang mencurigakan.
Setelah menjalani operasi, pasien sempat sadar dan berkomunikasi dengan
baik, hasil monitoring terhadap jantung juga memberikan hasil yang baik, si
pasien hanya mengalami keluhan sakit. Kemudian pihak dokter memberikan dormicum
1 mg sebagai penenang. Namun, sejam setelah itu pada saat dilakukan pelepasan
alat monitor, pasien tiba-tiba merasa napas tersengal-sengal dan akhirnya tidak
sadarkan diri. Dalam hal ini, apabila dilihat dari segi ilmu kefarmasian dan efek
terapi penggunaan obat terhadap pasien tidak ada menunjukkan adanya gejala
keracunan atau over dosis. Setelah dilakukan CT scan terhadap pasien ternyata
diketahui bahwa sukma mengalami pendarahan subarachnoid.
Dormicum
General Information:
Merupakan kelompok obat hipnotik-sedatif short-acting turunan benzodiazepine yang
digunakan bersamaan dengan ansiolitik dan amnestic property. Biasanya
obat ini digunakan dalam dentistry, pembedahan jantung, prosedur endoskopik,
sebagai preanastesi dan tambahan dalam anastesi local. Durasi yang singkat dan
stabilitas kardiografi membuatnya banyak digunakan dalam pengobatan pasien. Ia
larut air pada pH kecil dari 4 dan larut lemak pada pH fisiologi.
Dormicum
Indication:
Digunakan
pada pediatric patients for sedation, anxiolysis, and amnesia prior untuk diagnostic, therapeutic, atau endoscopic procedures atau sebelum induction of anesthesia.
Farmakodinamik :
a. SSP
Dormicum memiliki efek farmakologi yang sama seperti Benzodiazepine
Mekanism kerjanya terhadap susunan saraf pusat adalah menginhibisi neuron
dengan asam gama-amino butira (GAMA) sebagai mediator. GABA dan benzodizepin
aktif secara klinik terikat secara selektif dengan reseptor GABA yang akan
menyebabkan terbukanya kanal Cl- sehingga memngkinkan meningkatnya
poensial elektrik sepanjang sel dan menyebakna sel sukar tereksitasi.
b. Pernapasan
Dormicum hanya berefek sedikit terhadap
pernapasan pada orang normal. Namun, pada penderita obstruksi paru kronik,
dosis benzodiazepine dapat menurunkan ventilasi alveolar dan PO2
serta peningkatan PCO2 yang mengakibatkan narcosis CO2.
gangguan pernapasan juga terjadi pada penderita yang mendapat pendepresi SSP
lain terutama alcohol.
c. System kardiovaskular
Efek yang terjadi umumnya ringan, kecuali pada intksikasi berat. Pada dosis
anastesi dapatmenurunkan tekanan darah dan meningkatkan frekuensi denyut
jantung.
Farmakokinetik :
Semua
benzodiazepine diabsorpsi secara sempurna kecuali klorazepat; senyawa ini baru
diabsorpsi sempurna setelah terlebih dahulu didekarboksilasi dalam cairan
lambung menjadi nordazepam. Beberapa benzodizepin hanya metabolit aktifnya yang
sampai ke aliran sistemik. Untuk lorazepam dan midazolam (dormicum) absorpsinya
lewat suntikan IM tidak teratur. Benzodiazepine dimetabolismekan secara
ekstensif oleh enzim mikrosom hati. Metabolit yang aktif umumnya dimetabolisme
lebih lambat sehingga lama kerja tidak sesuai dengan waktu paruh eliminasi obat
asalnya. Sebaliknya kecepatan metabolisme yang inakatif merupakan penentu bagi
lamanya kerja. Seperti oksazepam, lorazepam, triazolam dan midazolam
(dormicum).
Absorption: Rapidly absorbed after oral administration
(absolute bioavailability of the midazolam syrup in pediatric patients is about
36%, and intramuscular is greater than 90%).
Toxicity (Overdose): LD50=825
mg/kg (Orally in rats). Signs of overdose include sedation, somnolence,
confusion, impaired coordination, diminished reflexes, coma, and deleterious
effects on vital signs.
Protein Binding: 97%
Biotransformation: Midazolam is primarily
metabolized in the liver and gut by human cytochrome P450 IIIA4 (CYP3A4) to its
pharmacologic active metabolite, (alpha)-hydroxymidazolam, and
4-hydroxymidazolam.
Half Life: 2.2-6.8 hours
Dosage Forms of Dormicum: Solution Intravenous, Liquid
Intravenous
Side Effects:
Along with
its needed effects, a medicine may cause some unwanted effects. While you are
receiving Dormicum your doctor will monitor you closely for the side effects of
Dormicum , for
example, breathing problems and confusion.
Some side effects may occur that usually do
not need medical attention. Most side effects will go away as the effects of
Dormicum wear off.
Apa itu Aneurisma ?
Aneurisma
adalah suatu keadaan dimana ada daerah yang lemah dan menonjol pada pembuluh
darah. Penonjolan ini dapat hanya terjadi di bagian
dalam dinding pembuluh darah atau bisa juga membuat pembuluh darah itu menjadi
setipis balon. Inilah keadaan yang membahayakan, karena sewaktu-waktu aneurisma
ini dapat pecah.
Aneurisma dapat terjadi di pembuluh darah manapun di seluruh tubuh. Pada
kasus Sukma Ayu, Aneurisma terjadi di pembuluh darah otak.
Aneurisma di otak dapat bertambah besar, dan dapat menekan daerah otak
sekitarnya, menimbulkan gangguan yang nyata, seperti sakit kepala, mual-muntah,
nyeri atau kaku pada leher, pandangan kabur, atau sensitif terhadap cahaya.
Tapi sering yang tidak bergejala apapun, terutama pada Aneurisma yang kecil.
Aneurisma ini jarang ditemukan dibawah usia 20 tahun, biasanya sering terjadi
pada usia yang lebih tua.
Apa saja faktor-faktor
penyebab Aneurisma?
Beberapa faktor-faktor risiko dapat mempermudah seseorang untuk mengalami
Aneurisma, yaitu tekanan darah tinggi, luka trauma pada kepala, merokok,
pengguna alkohol, riwayat keluarga yang mempunyai Aneurisma dan kelainan bawaan
lainnya seperti ginjal Polikistik.
Bagaimana Aneurisma
dapat terjadi?
Sampai saat ini, penyebabnya masih
tidak diketahui pasti. Kelihatannya, Aneurisma terjadi karena tidak adanya
lapisan otot pada pembuluh darah tersebut. Sehingga seiring dengan waktu, dimana
pembuluh darah sering mengalami kontraksi (mengecil) dan dilatasi (melebar)
akan membuatnya menjadi tipis dan teregang. Ini yang lama kelamaan akan
membentuk Aneurisma.
Bahaya dari Aneurisma yang terbentuk, dapat menyebabkan terjadinya stroke
atau kematian, karena pecahnya Aneurisma tersebut. Aneurisma dapat diobati
dengan melakukan operasi. Tapi biasanya operasi baru dilakukan untuk mencegah
terjadinya perdarahan berulang dari pecahnya Aneurisma tersebut. Karena banyak
orang yang tidak menyadari akan adanya Aneurisma pada dirinya, sampai Aneurisma
itu pecah dan mengakibatkan stroke atau kematian.
Bagaimana caranya untuk
mendeteksi Aneurisma?
Aneurisma dapat dideteksi dengan melakukan pemeriksaan sinar X (ronsen),
Ekokardiografi, CT (computed tomography) Scan dan MRI (magnetic
resonance imaging).
Di Amerika sendiri, dari penelitian terlihat sekitar 3-5% populasi
masyarakatnya ternyata mempunyai Aneurisma otak. Dan lebih banyak dialami pada
wanita dibandingkan pria, dengan rasio
3:2.
Sy barusan google tramadol, pengertiannya :narcotic like pain reliever. Loh, kalo 50mg yah jelas mati. Semua dokter tau itu. Bodoh amat nih RS, kenapa dikasih segitu. Saya dikasih jenis narctotic untuk batuk berat, cuma batasnya 140 mg dalam kapsul
ReplyDeletedosis tramadol maksimal harian 450mg. ente dapet referensi dari mana 50 mg itu bikin mati ?
DeleteThis comment has been removed by the author.
DeleteOverdosis obat....
ReplyDeleteThis comment has been removed by the author.
ReplyDeleteItu yg comment tramadol dosis ketinggian ga ngerti apaan2.. Tramadol 50 mg mah cuma 1/2 ampul, dan itu cukup kecil dosisnya bahkan kurang nampol buat nyeri akut
ReplyDelete