INDUSTRI FARMASI INDONESIA
Diluar negeri untuk mengantisipasi globalisasi dalam pasar
bebas, maka perusahaan multi nasional melakukan
aliansi strategis berupa :
“ MEGA
MERGER “
Dengan melakukan aliansi strategis
seperti itu, diperoleh efek sinergis yang luar biasa besar, yang dapat
meningkatkan keunggulan daya saingnya dalam memasuki pasar global.
Sementara itu industri farmasi Indonesia
umumnya beroperasi dalam skala yang kecil, serta tdk didukung Reseach and
Development [ R & D] yang kuat.
Keunggulan
kompetitif industri suatu Negara dlm banyak hal ditentukan beberapa faktor :
@ sumber daya
manusia
@ sumber daya fisik
@ sumber daya
pengetahuan
@ sumber daya
modal
@ infra struktur
Keberhasilan diluar negeri spt Jepang
dan Jerman, tidak lepas dari Strategi, Gaya
manajemen dan Tingkat ketrampilan yang tinggi dalam mengorganisasikan
perusahaan.
Dalam
memproduksi dalam negeri tentu juga memikirkan “ permintaan pasar “
Harus tahu pertumbuhan / permintaan
pasar domestik, akan mempunyai makna yang penting, terutama bila komposisi
permintaan tsb paralel dengan permintaan pasar luar negeri.
Obat adalah sediaan farmasi, namun
sediaan farmasi belum tentu obat.
Jika pemerintah memberi izin Industri
Farmasi tsb, maka ia memperoleh izin
memproduksi :
=
Obat
=
Bahan baku obat
=
Obat Tradisional dan Kosmetika
Berbagai
masalah dunia farmasi Indonesia
Memasuki millennium ketiga, dunia
farmasi Indonesia
menghadapi masalah yang juga dihadapi dunia usaha lain, seperti situasi :
= ekonomi, politik, sosial, keamanan
dan ancaman integrasi =
Namun yang lebih penting adalah
mengetahui masalah dilingkungan internal dan beberapa ketentuan internasional
yang turut memberikan kontribusi bagi muramnya dunia farmasi Indonesia.
Secara singkat
, terdapat 5 masalah yang paling menonjol :
1. Peraturan dibidang farmasi
2. Pabrik obat dan jalur distribusi
3. Bahan baku obat
4. Harga obat
5. Profesi
Farmasis
Problema profesi farmasi
** Apoteker
Warisan
kolonial yang saat ini sudah layak ditinggalkan. Disamping berkesan sempit
& tehnis [ hanya bekerja di Apotik
].
Jadi
jika apoteker Indonesia
ingin bersanding sejajar dengan profesi yang sama diluar negeri maka lebih baik
memakai istilah “ Farmasis “
?
? Industri Farmasi harus
mempunyai sertifikat CPOB ? ?
Apakah adalah istilah atau sertifikat
CARA PENDIDIKAN APOTEKER YANG BAIK
atau
CARA MENJADI FARMASIS YANG BAIK
** Tidak
ada perjanjian kerja sama antara ;
pemerintah dgn farmasis dan asosiasi pengusaha.Seperti standar
penghasilan minimal dan tidak adanya perlindungan hukum.
**
Menganggap pekerjaan tsb, pekerjaan sambilan [ by job ]
** Tidak
ada perjanjian kemitraan permodalan . Hanya
mirip usaha Ali Baba.
Kemampuan R & D
Riset Murni : [ pure research ]
Penelitian yang dimensi akademis dan keilmuan, tanpa memperdulikan ;
Aspek bisnis dan ekonomis dan biasanya dilakukan dilingkungan perguruan
tinggi / lembaga riset.
Riset terapan [ applied research ]
Yaitu penelitian tau penelitian lanjutan dari hasil riset murni ,
dimaksudkan untuk menemukan suatu produk yang bernilai ekonomis dan biasanya
oleh perusahaan yang ingin mengenal produksi baru.
R & D dalam bidang farmasi tidak sama pada
industri lain.
Dalam farmasi , adalah upaya penelitian
dan penemuan obat baru baik dalam
menemukan senyawa baru atau kombinasi beberapa senyawa kimia yang terbukti
mempunyai efek pengobatan terhadap suatu penyakit.
Kemudian mengembangkan dalam kegiatan klinis
[uji klinis] untuk mendapatkan persetujuan untuk diproduksi dan dipasarkan oleh
pemerintah.
Kegiatan riset yang dilakukan oleh industri
farmasi di Indonesia terbatas hanya melakukan pengembangan
formulasi dan evaluasi mutu produk yg ada. Hal ini karena kecilnya
biaya untuk R & D [ lebih kurang 2 % ]
Tipe Negara yang memiliki industri farmasi ;
= Tipe A: yaitu Negara yang memiki industri farmasi berskala besar,
terintegrasi dan memberikanproritas tinggi pada aktifitas R & D obat baru.
= Tipe B: yaitu Negara industri
farmasinya berkemampuan inovatif.
= Tipe C: yaitu Negara yang
industri farmasinyaberkemampuan reproduktif.
= Tipe D: Negara yang tidak memiliki industri
Farmasi.
Masalah bahan baku
Industri farmasi di Indonesia sangat tergantung kepada bahan baku.
90 % harus di import. Kalau dibuat sendiri akan terjadi harganya akan
jadi lebih mahal. [ dari pada membuat
jarum penjahit lebih baik dibeli saja ].
Peraturan pemerintah
bagi modal asing yang mendirikan industri farmasi di Indonesia
setelah 5 tahun harus bisa memproduksi 1 bahan baku [ tidak jalan ].
Kemudian belum ada dukungan dari industri kimia dasar sebagai penunjang memproduksi bahan baku obat. Alasannya komponen kimia dasar tsb
juga masih import.
Dari data terakhir menunjukkan saat ini mampu memproduksi 24 jenis
bahan baku.Namun hal ini masih perlu dipertanyakan, apakah bahan baku tersebut
memang diproduksi mulai dari bahan dasarnya di Indonesia atau hanya
memformulasi bahan dasar yang diimport dan memproduksinya menjadi bahan baku.
Contoh : Asetosal, Piperazin citrate, Piperazin hexahidrat, Disulfiram.
Disulfiram hidrofile, methylparaben, Longatin substance, Propilparaben,
quinine derivatnya, Iodium dan garamnya, Ferrosi sulfas, Ampicillin
sodium, Thiamin disulfide, Parasetamol, salisilamid, Ethoxybenzamide,
Guaphenesin, Metronidzol, Ampicillin trihidrat, Amoxillin trihidrat, Quinidin
sulfat, Gentamisin sulfat dan Diltiazem hidrochlorida.
mohon cantumkan sumber, terima kasih.
ReplyDelete