Saturday, September 12, 2015

teori injeksi



Injeksi menurut FI III & IV: sediaan steril berupa larutan serbuk yang harus dilarutkan atau disuspensikan lebih dulu sebelum digunakan, yg disuntikkan dgn cara merobek jaringan kedalam kulit atau melalui kulit atau selaput lendir.

BERDASAR VOLUME PEMBERIAN
1.  larutan injeksi volume kecil (volume 0,1-100 & injeksi dosis tunggal atau ganda yg disuntikan dlm waktu singkat)
2.  larutan infuse (volume > 100mL & injeksi dosis tunggal yang diberikan per tetes dlm waktu lama)

BERDASAR FI IV
1.  obat atau larutan atau emulsi yg digunakan untuk injeksi diberi label: “injeksi…”
2.  sediaan padat kering atau cairan pekat yang tidak mengandung dapar atau bahan tambahan lainnya, setelah penambahan pelarut akan memenuhi persyaratan obat suntik, diberi label: “…steril”
3.  sediaan padat kering atau cairan pekat, tetapi mengandung bahan tambahan, atau pengencer, diberi label: “…untuk injeksi”
4.  sediaan berupa suspensi serbuk dlm medium yang cocok diberi label: “suspensi…steril”
5.  sediaan padat kering dengan bahan pembawa yang sesuai sehingga setelah penambahan akan membentuk suspensi steril yang memenuhi semua persyaratan obat suntik, diberi label: “…steril untuk suspensi”

BERDASAR CARA SUNTIK
1.  obat suntik yang disuntikkan secara intradermal i.d (absorpsi lambat, ex:tuberculin)
2.  obat suntik yang disuntikkan secara subcutan i.c (mudah menyebabkan iritasi, contoh:injeksi insulin)
3.  obat suntik yang disuntikkan secara intramuscular i.m (adl obat suntik yg disuntikkan kedalam massa otot diantara lapisan2 jaringan (ex: lidokain)
4.  intravena i.v (obat tidak dpt diambil kembali bila terjadi kesalahan)
terdiri dari intravena volume kecil (injeksi) dan intravena volume besar (infuse=continous infusion + intermitten infusion)
5.  intratekal, intraspinal, intradural (penyuntikan kesumsum tulang belakang)
6.  intraperitonial (rongga perut)
7.  intrakardial (langsung kedlm otot jantung)
8.  intrasisternal (kedlm sumsum tulang belakang pada dasar otak)

hubungan antara logaritma populasi mikroba yang hidup dengan lamanya proses sterilisasi
log n = a– bt
a (logaritma populasi awal): intersep = perpanjangan grafik hingga memotong sumbu y disatu titik
t: waktu penyeterilan
b: kemiringan kurva (kecepatan kematian mikroba)
log n: logaritma jumlah mikroba yang masih hidup

a paling mendekati tegak lurus = paling miring = autoklaf
kemudian oven, terahhir UV

No comments:

Post a Comment