Ukuran Partikel
Pengukuran
besar partikel adalah penentuan dari besar dan distribusi besar partikel dalam
suatu media pembawa. Dalam hal ini, baik fase terdispersi maupun fase
pendispersi dapat dibagi atas 3 sistem, yaitu padat, gas, dan cair.
Pengukuran
besar partikel yang dimaksud disini bukanlah pengukuran dari suatu system
dispersa molekul atau camppuran larutan atau dari gas, tetapi pengukuran yang
dilakukan terhadap zat padat sebagai fase terdispersi dan zat cair atau gas sebagai fase pendispersi.
Persoalan
statistic akan menggambarkan pengaruh dari jumlah dan besar sampel, sedangkan
dengan cara adan alat apa sampel itu diambil dari system itu merupakan persoalan
teknis.
Beberapa metoda pengukuran
yang digunakan, antara lain:
- Garis Tengah Martin (dM)
Adalah panjang jarak yang membelah partikel menjadi dua bidang
yang sama luasnya.
- Garis Tengah Ferret (dfer)
Adalah panjang jarak maksimal dari tengah-tengah pada bidang
proyeksi yang tegak lurus pada arah pengukuran.
- Garis tengah partikel dengan volume sama dengan suatu bola, artinya partikel dianggap mempunyai volume sama dengan suatu bola (dF).
Untuk analisa besar dan
distribusi besar partikel ada dua metoda yang dapat digunakan, yaitu:
1.
Analisa Perhitungan
(Zaehlverfahren)
Yang diukur
adalah parameter fisika dari masing-masing partikel (dispersitaetgrosse).
Dispersitaetgrosse adalah
parameter fisika tertentu yang dapat diukur melalui satuan pengukuran.
Contoh:
-
Pada proses pengayakan maka
dispersitaetgrosse dari partikel adalah besar lobang ayakan.
-
Pada pengendapan
(sedimentasi), maka tercapainya pengendapan adalah dispersitaetgrosse.
Dispersitaetgrosse ini
dibagi menjadi 2 jenis :
- Dispersitaetgrosse geometri (panjang, luas, dan volume)
- Dispersitaetgrosse fisika (massa, kecepatan pengendapan, daya tahanan listrik, massa jenis, intensitas cahaya dan lain sebagainya)
a.
Analisa Perhitungan Langsung
Pada metode ini, partikel disuspensikan / didispersikan dalam
suatu cairan atau gas dan dengan alat pengukur tertentu partikel ini
ditransportasikan, dimana pada proses pemindahan ini akan menimbulkan
signal-signal yang tergantung pada parameter partikel (besar partikel). Bila
signal ini tidak berupa signal listrik, kemudian didiskriminasi dan dihitung
atau bias juga berdasarkan ekstinsi dan pembiasan sinar.
b.
Analisa Perhitungan Tidak
Langsung
Prinsip metoda ini adalah dengan mengukur besar partikel dengan
suatu mikroskop dimana terlebih dahulu partikel-partikel disuspensikan dalam
suatu cairan. Dalam hal ini, harus diperhatikan bahwa setiap partikel tidak
boleh bersentuhan satu sama lain. Alat pembantu yang paling sederhana untuk
pengukuran adalah ‘Okulomikrometer’, dimana gambar partikel dapat dibandingkan
atau diukur berdasarkan ukuran panjang. Selain itu dapat jug digunakan
‘okulametz’, dimana disini partikel diukur berdasarkan pengukuran garis tengah
yang ekuivalen dengan suatu lingkaran.
Beberapa alat yang dapat digunakan, dan terdapat diperdagangan
adalah alat penganalisa besar partikel dari Zeiss TGZ 3.
2. Analisa
Jumlah (Mangenverfahren)
Pada
analisa ini yang ditentukan adalah berat total dari fraksi-fraksi besar
partikel, dan bukan umum partikel dari masing-masing fraksi.
a.
Analisa Ayakan
Metoda yang
sering digunakan dan paling sederhana dari penentuan besar partikel adalah
analisa ayakan. Seperti yang telah dibahas, disini digunakan ayakan yang
tersusun sedemikian rupa, dimana ayakan dengan lobang terbesar terletak paling
atas, dan makin bawah dengan lobang ayakan paling kecil. Setelah diayak
beberapa lama (waktu tertentu) akan diperoleh material yang berada di atas
ayakan (yang tidak dapat melewati ayakan), yang dinamakan ‘Ruecstand’ (SR).
sedangkan kumpulan partikel yang dapat melewati ayakan dinamakan ‘Durchgang’(D).
untuk material yang cenderung beraglomerasi dapat dilakukan pengayakan dengan
metoda pengayakan basah.
·
Diagram Bertingkat
(Histogram)
Yaitu kurva hubungan antara S (jumlah berat partikel dari
masing-masing ayakan) dengan dmin
– dmax, dimana disini tinggi kurva adalah proporsional dengan jumlah
berat partikel. Bila titik-titik tengah bidang histogram dihubungkan akan
diperoleh kurva yang disebut kurva distribusi kerapatan (Dichteverteilungs
kurva = frequency distribution curve), artinya kurva hubungan antara S dengan
besar partikel rata-rata. (besar rata-rata pori ayakan)
·
Kurva Distribusi Jumlah
Bila dibuat grafik hubungan antara % R (frekuensi kumulatif dengan
besar pori ayakan (d) didapatkan
“summenverteilungs kurve” = frequency distribution curve). Dari kurva ini dapat
dibaca berapa % partikel yang ada yang lebih kecil dari besar pori ayakan
rata-rata yang sesuai.
·
Distribusi Normal menurut
RRSB (Rosin-Ramler-Sperling-Bennet)
Dengan kurva ini akan diperoleh 2 parameter yang cukup untuk
menggambarkan distribusi besar partikel suatu pulva. Parameter tersebut antara
lain:
1.
Parameter d yang diberikan
oleh titik potong kurva garis lurus RRSB dengan garis horizontal pada R =
36,8%.
2.
Harga n yang merupakan
kemiringan kurva, didapat dengan menarik garis sejajar dengan kurva RRSB,
sampai memotong POL P. perpanjangan garis ini akan memotong pinggir pengukur
pertama. Titik potong ini adalah sama dengan harga n.
b.
Analisa Sedimentasi
Dengan
metoda ini dapat ditentukan distribusi pulva dengan besar partikel sampai
dibawah 0,040 µm. kecepatan pengendapan dari partikel dari media gas atau
cairan tergantung pada besar partikel. Jatuhnya partikel pada media yang tenang
(tidak bergerak), dinamakan pengendapan.
-
Untuk mengukur Ukuran Partikel serbuk
digunakan ayakan yang memiliki pori ayakan dalam skala : 1000, 850, 600, 425,
355, 250, 212, 125, 90, alas.
cara kerja penentuan Ukuran Partikel
1.
Timbang masing-masing ayakan dalam keadaan kering
2.
Ayakan disusun sedemikian rupa dan dipasang pada alat
vibrasi yang tersedia. Penyusunan ayakan mulai dari yang terkecil dibawah dan
yang paling besar teratas.
3.
Timbang semua granul dan diletakkan diatas ayakan
paling atas atau pori yang paling besar.
4.
Letakkan ayakan pada alat vibrasi
5.
Jalankan percobaan dengan vibrasi selama 15 menit.
6.
Timbang kembali masing-masing ayakan sehingga didapat
berat serbuk masing-masing ayakan yaitu dengan mengurangkan dengan berat kosong
ayakan tadi, ini diberikan tanda dibagian symbol a atau siebruekstand.
7.
Hitung berat kumulatif dalam persen (%) dari
masing-masing berat a yang diperoleh maka didapat symbol b atau ruekstand R %
8.
Kemudian bandingkan hasil dengan kurva RRSB.
dapusnya kok gak ada?
ReplyDelete