SISTEM PERNAPASAN
Pengertian Sistem Pernapasan
Sistem pernapasan atau respirasi adalah sistem organ pada manusia yang berfungsi
untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui
paru-paru. Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau
dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh
susunan saraf otonom.
Pernapasan atau respirasi adalah
suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga
penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen
dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Menurut tempat
terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu
pernapasan luar dan pernapasan dalam.
Pernapasan luar adalah pertukaran udara
yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan
pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler
dengan sel-sel tubuh. Masuk
keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam
rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga
dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam
rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
Jenis - Jenis
Pernapasan
a. Pernapasan dada
Pernapasan dada adalah pernapasan yang
melibatkan otot antar
tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai
berikut :
- Fase inspirasi, terjadi kontraksi otot antartulang rusuk sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
- Fase ekspirasi, terjadi relaksasi otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
b. Pernapasan
Perut
Pernapasan perut adalah pernapasan yang
melibatkan otot diafragma.
Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
- Fase inspirasi, terjadi kontraksi otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk.
- Fase ekspirasi, terjadi relaksasi otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
Respirasi
berlangsung dalam 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1.
Respirasi eksternal atau respirasi
luar
Respirasi luar
merupakan proses pertukaran gas antara udara luar (atmosfer) dengan paru –
paru. O2atmosfer ,asuk kedalam paru – apru dan CO2 dari
paru – paru dikeluarkan ke atmosfer. Selanjutnya, O2 dari rongga
paru – paru masuk ke dalam pembuluh darah vena pulmonalis (vena paru – paru)
untuk dibawah ke jantung.
2.
Respirasi internal atau repirasi
dalam
Respirasi dalam
merupakan proses pertukaran gas dari aliran darah ke sel – sel tubuh, dan
sebaliknya dari sel – sel ke tubuh aliran darah.
3.
Respirasi Sel
Di dalam sel tubuh, O2akan
digunakan untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dihasilkan energi
yang sangat diperlukan tubuh.Jumlah O2 yang diperlukan tubuh
tergantung dari berat badan dan aktivitas seseorang. Pada orang dengan berat
badan 70 kg ketika istirahat rata – rata konsumsi oksigennya adalah 200
ml/kg/jam, namun pada waktu bekerja berat konsumsi oksigennya dapat mencapai
400ml/kg/jam. Volume udara repirasi pada setiap orang berbeda – beda, tegantung
pada ukuran paru – paru, kekuatan bernafas, dan cara benafas. Pada orang
dewasa, volume paru – paru berkisar antara 5-6 liter.
Sistem pernapasan pada
manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan.
Sistem respirasi atausistem pernafasan mencakup semua prosespertukaran gas yang
terjadi antara atmosfir melaluirongga hidung→faring laring→trakea→bronkus→bronkiolus→paru-paru→alveolus→sel-sel
melalui dinding kapiler darah. Penjelasan saluran dan organ pernapasan adalah
sebagai berikut:
1.
Hidung
Hidung berfungsi
sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Hidung terdiri atas lubang hidung,
rongga hidung, dan ujung rongga hidung.Rongga hidung memiliki rambut, banyak
kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh
selaput mukosa.
Didalam
rongga hidung, udara akan mengalami tahap sebagai berikut:
a. Penyaringan
Ditujukan kepada
benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, misalnya debu. Benda-benda tersebut
dihalangi oleh rambut-rambut yang tumbuh kearah luar lubang hidung.
b. Penghangatan
Yaitu mengubah suhu
udara agar sesuai dengan suhu tubuh. Penghangatan ini dimungkinkan karena
didalam dinding rongga hidung terdapat konka yang banyak mengandung kapiler
darah. Konka hidung (konka nasalis) adalah selaput lendir yang berlipat-lipat. Bila udara yang masuk suhunya lebih rendah dari suhu tubuh maka darah
kapiler akan melepaskan energinya ke rongga hidung, sehingga
suhu udara yang masuk menjadi hangat. Disamping menghangatkan udara, adanya
lendir menyebabkan udara kering yang masuk ke rongga hidung menjadi lembab.
2. Faring
(tekak)
Faring merupakan tempat
terjadinya persimpangan antara saluran pernapasan dengan saluran pencernaan.
Pada bagian ini terdapat klep atau epiglotis yang bertugas mengatur pergantian
perjalanan udara pernapasan dan makanan pada persimpangan tersebut.
3. Laring
(pangkal tenggorok)
Laring disebut juga
pangkal tenggorok atau kotak suara.Laring terdiri atas tulang rawan yang
membentuk jakun.Jakun tersusun atas tulang lidah, katup tulang rawan, perisai
tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.Pangkal tenggorok
dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis).Pada waktu menelan
makanan, epiglotis melipat ke bawah menutupi laring sehingga makanan tidak dapat
masuk dalam laring. Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka.Pada pangkal
tenggorok terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan pita suara.
4. Trakhea
(batang tenggorok)
Trakhea berbentuk seperti pipa yang
panjangnya kira-kira 9 cm dan dindingnya terdiri atas tiga lapisan. Lapisan luar
terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin
tulang rawan, sedangkan lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia.Trakea
tersusun atas enam belas sampai dua puluh cincin-cincin tulang rawan yang
berbentuk C. Cincin-cincin tulang rawan ini di bagian belakangnya tidak
tersambung yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk
mempertahankan agar trakea tetap terbuka. Trakea dilapisi oleh selaput lendir
yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Silia-silia ini bergerak ke atas ke
arah laring sehingga dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang
ikut masuk saat menghirup napas dapat dikeluarkan. Di paru-paru trakea ini
bercabang dua membentuk bronkus.
5. Paru-paru
Paru-paru terletak
dalam rongga dada. Letaknya di sebelah kanan dan kiri serta di tengahnya
dipisahkan oleh jantung. Jaringan paru-paru mempunyai sifat elastik, berpori,
dan seperti spon. Apabila diletakkan di dalam air, paru-paru akan mengapung
karena mengandung udara di dalamnya. Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan
atau lobus. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua
lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi oleh selaput atau
membran serosa rangkap dua disebut pleura. Di antara kedua lapisan pleura itu
terdapat eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya
gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat bernapas. Dalam
keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat bersentuhan. Namun dalam keadaan
tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di
antaranya menjadi jelas.Tekanan pada rongga pleura atau intratoraks lebih kecil
daripada tekanan udara luar (± 3–4 mmHg).
Paru-paru
terdiri atas :
a.
Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Bronkus berjumlah
sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu lagi menuju ke
paru-paru kiri. Tempat percabangan ini disebut bifurkase. Bronkus mempunyai struktur
serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus yang ke kiri
lebih panjang dan sempit serta kedudukannya lebih mendatar.
b. Bronkiolus
Bronkiolus
merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih kecil.
Semakin kecil salurannya, semakin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal
dinding fibrosa dengan lapisan silia. Setiap bronkiolus terminal (terakhir)
bermuara ke dalam seberkas kantung-kantung kecil mirip anggur yang disebut
alveolus.
c. Alveolus
Alveolus
merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-gelembung
udara. Dindingnya tipis, lembab, dan berlekatan erat dengan kapiler – kapiler
darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel etitelium pipih dan disinilah darah
hamper langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan
terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran
gas O2 dari udara bebas ke sel – sel darah dan CO2 dari
sel – sel darah ke udara. Jumlahnya lebih kurang 300 juta buah. Dengan adanya
alveolus, luas permukaan paru – paru di perkirakan mencapai 160 m2
atau 100 kali lebih luas dari pada luas permukaan tubuh.
Mekanisme
ini terbagi pada tarikan nafas (inspirasi) dan hembusan nafas (ekspirasi) yang
melibatkan berapa bagian tubuh, antara lain:
- Otot interkosta
- Tulang rusuk
- Diafragma
- Isi padu rongga toraks
- Tekanan udara di paru- paru
a. Inspirasi
Saat menarik napas (inspirasi), otot interkosta luar berkontraksi (tulang rusuk
dinaikkan ke atas); otot diafragma berkontraksi (diafragma menjadi datar),
isi pada rongga toraks bertambah dan tekanan udara paru-paru menjadi rendah,
tekanan udara di luar yang lebih tinggi mendorong udara ke dalam paru-paru.
b. Ekspirasi
Saat menghembuskan napas (ekspirasi), otot interkosta luar mengendur (tulang
rusuk dmenurun ke bawah); otot diafragma mengendur (diafragma melengkung ke
atas), isi pada rongga toraks berkurang dan tekanan udara paru-paru menjadi
tinggi, tekanan udara dalam paru-paru yang lebih tinggi mendorong udara keluar.
Mekanisme
Jalannya Udara pada Saat Bernapas
Paru-paru
mamalia terletak dalam rongga dada. Paru-paru mamalia mempunyai tekstur yang
mirip spons dan berbentuk seperti sarang lebah dengan epithelium lembap yang
berfungsi sebagai pertukaran respirasi. Luas total permukaan epithelium
(sekitar 100 m2 pada manusia) sudah cukup untuk melakukan pertukaran
gas untuk keseluruhan tubuh. Sebuah sistem saluran yang bercabang mengirimkan
udara ke paru-paru. Udara masuk melalui lubang hidung kemudian disaring oleh
rambut, dihangatkan, dilembapkan, dan dicek jika ada bebauan, sementara udara
mengalir berbagai ruang di dalam rongga hidung. Rongga hidung mengarah ke
faring, semacam persimpangan dimana jalur untuk udara dan makanan saling
silang. Ketika makanan ditelan, laring bergerak ke atas dan merebahkan
epiglottis di atas glotis. Hal tersebut membuat makanan dapat masuk ke esophagus
hingga lambung. Pada waktu lain, glotis berada dalam keadaan terbuka dan
manusia dapat bernafas. Dinding laring diperkuat dengan tulang rawan. Pada manusia
dan mamalia lain, laring diadaptasikan sebagai kotak suara. Ketika ada udara
dihembuskan udara tersebut akan melintasi pasang pita suara dalam laring,
kemudian suara dihasilkan ketika otot sadar dalam kotak suara menjadi tegang dan
meregangkan pita suara tersebut sehingga pita suara bergetar. Suara berada
tinggi dihasilkan ketika pita suara sangat teregang dan bergetar cepat; suara
bernada rendah berasal dari pita suara yang tidak terlalu tegang bergetar
secara perlahan.
Dari
laring, udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Cincin tulang rawan
(sebenarnya berbentuk seperti huruf C) mempertahankan bentuk trakea. Trakea
bercabang menjadi dua bronki (tunggal, bronkus) masing-masing menuju ke setiap
paru-paru. Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi
pipa yang semakin halus disebut sebagai bronkiolus. Keseluruhan system saluran
udara tampak seperti pohon terbalik, dimana batang berperan sebagai trakea. Epithelium
yang melapisi cabang utama pohon respirasi ditutupi oleh silia dan sebuah
lapisan tipis mukus. Mukus akan menjerat debu, serbuk sari, dan partikel partikel
kontaminan lainnya. Silia yang berdenyut menggerakkan mukus ke arah atas menuju faring
dimana mukus dapat ditelan ke dalam esophagus. Proses ini membantu membersihkan
sistem respirasi.
Pada
ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk sekumpulan kantung
udara yang disebut alveoli (tunggal, alveolus). Epithelium tipis yang terdiri
dari jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan respirasi.
Oksigen di udara yang dikirimkan ke alveoli melalui pohon respirasi akan larut
dalam lapisan tipis yang lembap dan berdifusi melewati epithelium dan masuk ke
dalam suatu jaringan kapiler yang mengelilingi masing-masing alveolus.
Karbondioksida berdifusi dari kapiler, menembus epithelium alveolus dan masuk
ke dalam ruangan udara.
Ventilasi Paru-paru
Vertebrata memventilasi paru-parunya dengan
cara bernapas yaitu penghirupan (inhalasi) dan penghembusan (ekshalasi) udara
secara bergantian. Ventilasi mempertahankan konsentrasi oksigen maksimum dan konsentrasi
karbondioksida minimum di dalam alveoli. Mamalia memventilasi paru-parunya
dengan pernapasan bertekanan negatif, yang bekerja seperti pompa penyedot
udara dan bukan mendorong udara sehingga udara mengalir ke paru-paru. Pernapasan
dengan tekanan negatif disebabkan oleh perubahan volume paru-paru dan bukan
oleh perubahan volume rongga mulut.
Kerja
otot mengubah volume rongga dada dan sangkar tulang rusuk kemudian paru-paru
menyusul berbuat hal yang sama. Hal ini dapat terjadi karena paru-paru terbungkus
oleh kantung dinding ganda. Lapisan bagian dalam kantung itu menempel ke bagian
luar menempel ke dinding rongga dada. Sebuah ruang tipis yang terisi penuh
dengan cairan memisahkan kedua lapisan itu. Karena tegangan permukaan, maka
kedua lapisan berperilaku seperti dua lempengan gelas yang ditempelkan
bersama-sama oleh suatu lapisan tipis air. Lapisan-lapisan tersebut dapat
menggelincir dengan mulus satu sama lain, tetapi lapisan-lapisan itu tidak
dengan mudah dapat dipisahkan. Tegangan permukaan juga menyambung pergerakan
paru-paru dengan tulang rusuk.
Volume
paru-paru meningkat sebagai akibat kontraksi otot rusuk dan diafragma, lapisan otot
rangka yang membentuk dinding dasar pada rongga dada. Kontraksi otot rusuk
membesarkan sangkar tulang rusuk dengan cara menarik tulang rusuk ke arah atas dan tulang dada ke arah luar. Saat bersamaan, rongga dada membesar
ketika diafragma berkontraksi dan turun seperti piston. Semua perubahan tersebut
meningkatkan volume paru-paru dan sebagai akibatnya, tekanan udara di dalam
alveoli menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan di atmosfer. Karena udara
mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, maka udara mengalir dari lubang
hidung dan masuk ke pipa pernapasan sampai ke alveoli. Selama ekhalasi, otot
tulang rusuk dan diafragma relaksasi, volume paru-paru berkurang, dan
peningkatan tekanan udara di dalam alveoli memaksa udara naik ke pipa
pernapasan dan keluar melalui lubang hidung.
Kontraksi
otot tuselang rusuk dan diafragma bertanggung jawab atas peningkatan volume paru-paru
selama pernapasan dangkal, ketika mamalia dalam kondisi istirahat. Selama
aktivitas fisik berat, otot lain pada leher, punggung, dan dada selanjunya meningkatkan
volume paru-paru dengan cara menaikkan peregangn sangkar tulang rusuk lebih
jauh.
Volume
udara yang dihirup dan dikeluarkan pada pernapasan normal disebut sebagai udara
tidal. Volume udara tidal pada manusia 500mL. Volume udara maksimum yang dapat
dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksa disebut kapasitas vital.
Volume kapasitas vital yaitu 3400mL dan 4800mL, secara berturut-turut untuk
wanita dan laki-laki. Kapasitas vital bergantung pada berbagai faktor, salah
satunya kelenturan paru-paru. Paru-paru sebenarnya dapat menampung lebih banyak
udara dibandingkan dengan kapasitas vitalnya, tetapi hal yang tidak mungkin
adalah mengempiskan alveoli sepenuhnya, maka masih terdapat udara sisa.
Pusat
kontrol pernapasan berlokasi pada medulla oblongata dan pons. Pusat kontrol di pons
membantu agar pusat medulla menentukan irama dasar pernapasan. Ketika manusia bernapas
dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru supaya tidak
membesar secara berlebihan. Sensor peregangan dalam jaringan paru-paru
mengirimkan impuls saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol
pernapasannya.
Pusat
kontrol medulla oblongata membantu mempertahankan homeostatis dengan cara
memonitor kadar CO2 dalam darah dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh
alveoli. Petunjuk utama mengenai konsentrasi CO2 datang dari munculnya
perubahan pH darah dan cairan jaringan (cairan serebrospinal) yang menggenangi
otak. Karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang
akan menurunkan pH. Ketika pusat kontrol yang berada di medulla mendeteksi
penurunan pH (peningkatan CO2) cairan serebrospinal atau darah akan
meningkatkan kedalaman laju pernapasan dan kelebihan CO2 dibuang ke udara. Hal
ini terjadi ketika olahraga.
Konsentrasi
O2 dalam darah umumnya mempunyai sedikit pengaruh pada pusat kontrol pernapasan.
Akan tetapi, ketika kadar O2 turun (misal pada tempat yang berketinggian
tinggi) maka sensor O2 di aorta dan arteri carotid di leher akan mengirimkan
sinyal peringatan pada pusat kontrol pernapasan dan pusat itu merespon dengan
cara meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan. Peningkatan kadar
karbondioksida menunjukkan indikasi bahwa adanya penurunan oksien. Karena
karbondioksida dihasilkan melalui proses yang sama dengan yang mengkonsumsi
oksigen yaitu respirasi seluler. Tetapi, pusat kontrol pernapasan dapat
dikelabui dengan ventilasi yang berlebihan. Pernapasan yang dalam dan cepat
dapat secara berlebihan mengeluarkan banyak CO2 dari darah sehingga pusat
pernapasan sementara terhenti dalam mengirimkan impuls ke otot tulang rusuk dan
diafragma. Pernapsan terhenti sampai kadar CO2 meningkat cukup banyak untuk
menghidupkan kembali pusat pernapasan.
Sediaan Inhaler Aerosol
Terapi
inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan
penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik. Penumpukan mukus di
dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas ketika serangan
asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik penggunaan inhaler
yang sesuai.
Terapi
inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja.
Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu
diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada
cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan,
sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.
Terapi inhalasi
adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. Terapi
inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk
mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem
kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan menggunakan respirator atau
alat penghasil aerosol.
Proses absorbsi sediaan inhaler aerosol
Untuk memahami tentang penggunaan
serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan
farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan
fisiologi pernapasan terlebih dahulu.
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas
bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar udara) dan bagian yang
berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara
bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi
(dead space), akan tetapi organ tersebut selain sebagai
konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban udara.
Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut,
faring, laring, trakea, sinus bronkur dan bronkiolus nonrespiratorius
Pada bagian
respirasi akan terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit
paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus
respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. Secara
histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari
epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut;
epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus;
epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada bronkiolus
terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius; dan
epitel gepeng selapis pada duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta
alveolus. Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina propria yang berisi
kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago. Dan berikutnya terdapat
otot polos dan serabut elastin.
Dari semua itu barulah kita pahami bagaimana obat
dapat masuk dan bekerja pada paru-paru. Obat masuk dengan perantara udara
pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan,
kemudian menempel pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target
organ bisa berupa pembuluh darah, kelenjar dan otot polos. Agar obat dapat
sampai pada saluran napas bagian distal dan mencapai target organ, maka ukuran
partikel obat harus disesuaikan dengan ukuran/ diameter saluran napas.
Tujuan dan sasaran sediaan inhaler aerosol
Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada
sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka
penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang
membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang
ditimbulkannya. Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme,
mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi
infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk
menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan
kortikosteroid.
Cara penggunaan berbagai terapi inhalasi
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi :
(1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler)
(2) penguapan (gas powered hand held nebulizer)
(3) inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB)
(4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan
ventilator.
A. Inhaler
dosis terukur
Inhaler dosis terukur atau lebih
sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol dengan/ tanpa spacer dan bubuk halus (dry
powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada
umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan
di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien,
sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma. MDI terdiri atas 2
bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini
dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece.
Pemakaian inhaler aerosol
Inhaler dikocok lebih dahulu agar
obat homogen, lalu tutupnya dibuka, inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan
maksimal ekspirasi pelan-pelan, mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir,
lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang
sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas
diteruskan sedalam-dalamnya, tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali
dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit
kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter.
Pemakaian inhaler aerosol
dengan ruang antara (spacer)
Inhaler dikocok lebih dahulu dan
buka tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara mouth piece diletakan di antara kedua bibir, lalu
kedua bibir dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran. Kemudian tangan kiri
memegang spacer, dan tangan kanan memegang kanester inhaler
tekan kanester sehingga obat akan masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan
napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa
yakin obat sudah terhirup habis.
Pemakaian diskhaler
Lepaskan tutup pelindung diskhaler,
pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol terlihat tekan kedua tombol dan
keluarkan talam bersamaan rodanya letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan
di depan bagian mouth piece masukan talam
kembali, letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup
kembali keluarkan napas, masukan diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi
lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan napas,
lalu keluarkan napas perlahan-lahan. Putar diskhaler dosis berikut dengan
menarik talam keluar dan masukan kembali.
Pemakaian rotahaler
Pegang bagian mulut rotahaler secara
vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuk, masukan rotacaps
dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang empat persegi sehingga puncak
rotacaps berada pada permukaan lubang, pegang permukaan rotahaler secara
horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah
sampai maksimal untuk membuka rotacap. Kemudian keluarkan napas semaksimal mungkin di
luar rotahaler, masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak
ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang, hiruplah dengan kuat
dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. Lalu keluarkan rotahaler dari
mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan.
Pemakaian turbohaler
Putar dan lepas penutup turbohaler,
pegang turbohaler dengan tangan kiri dan menghadap atas lalu dengan tangan
kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin kemudian putar kembali
keposisi semula sampai terdengar suara klik, hembuskan napas maksimal di luar
turbohaler, letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir
sehingga tidak ada kebocoran di sekitar mouth piece kemudian
tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam mungkin sebelum menghembuskan
napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu
dosis ulangi tahapan 2 – 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2 menit –
pasang kembali tutupnya.
Setelah penggunaan inhaler
Basuh dan kumur dengan menggunakan
air. Ini untuk mengurangi/ menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga
mulut dan tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat
efek obat (terutama kortikosteroid).
Cara mencuci
Kegagalan mencuci inhaler dengan
cara yang benar akan menimbulkan sumbatan dan pada akhirnya dapat mengurangi
jumlah/ dosis obat. Cuci bekas serbuk yang tertinggal di corong
inhaler. Keluarkan bekas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit
sabun. Keringkan dan masukan kembali ke dalam tempatnya.
Bagaimana cara untuk mengetahui
inhaler sudah kosong
Setiap inhaler telah dilabelkan
dengan jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan bagaimana untuk
menentukan kandungan obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200
hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka obat habis dalam 25
hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal 1 Mei, maka gantikan
inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum tanggal 25 Mei.Tulis
tanggal mula menggunakan inhaler pada botol obat untuk menghindari kesalahan. Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara memasukkan
botol obat ke dalam air. Kedudukan botol obat di dalam air menggambarkan
kandungan obat dalam inhaler.
B. Penguapan (nebulizer)
Cara ini digunakan dengan
memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan
udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan
di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus
dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat
digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya
adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya
terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri.
Jumlah cairan yang terdapat di
dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan
gas 6 – 8 liter/ menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik
(asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan
larutan NaCl. Cara menggunakannya yaitu, buka
tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang
ditentukan. Gunakan mouth piece atau
masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol “on” pada nebulizer. Jika memakai
masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi ini
dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol pengeluaran aerosol ditekan
sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini
dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 – 15 menit).
Beberapa contoh jenis nebulizer
antara lain:
- Simple nebulizer/ Jet nebulizer: menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor
- Ultrasonik nebulizer: alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang kental
- Antomizer nebulizer: partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 – 30 mikron.Digunakan untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi trakea.
C. Intermiten positive pressure breathing
Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan
memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai
indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam
dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas
spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan
MDI.
D. Ventilator
No comments:
Post a Comment