SIRUP
Dalam Farmakope Indonesia edisi III, sirup adalah
sediaan cair berupa larutan yang mengandung sakarosa. Kecuali dinyatakan lain, kadar sakarosa, C12H22O11, tidak kurang dari
64,0% dan tidak lebih dari 66,0%. Sirup adalah sediaan pekat dalam air
dari gula atau perngganti gula dengan atau tanpa penambahan bahan pewangi dan
zat obat (Ansel, 1989).
Sirup adalah larutan oral yang mengandung
sukrosa atau gula lain yang berkadar tinggi (sirup simpleks adalah sirup yang
hampir jenuh dengan sukrosa). Kadar sukrosa dalam sirup adalah 64-66%, kecuali
dinyatakan lain (Syamsuni, 2007). Sirup adalah larutan pekat gula atau gula
lain yang cocok yang di dalamnya ditambahkan obat atau zat wewangi, merupakan
larutan jerni berasa manis. Dapat ditambahkan gliserol, sorbitol, atau
polialkohol yang lain dalam jumlah sedikit, dengan maksud selain untuk
menghalangi pembentukan hablur sakarosa, juga dapat meningkatkn kelarutan obat
(Anonim, 1978).
Komponen sirup
Sebagian besar sirup-sirup mengandung
komponen-komponen berikut didamping air murni dan semua zat-zat obat yang ada:
1.
Gula,
biasanya sukrosa atau pengganti gula igunakan untuk memberi rasa manis dan kental
2.
Pengawet
anti mikroba. Diantara pengawet-penagawet yang umum
digunakan sebagi sirup denga konsentrasi lasim yang efektif adalah : asam
benzoat (0,1-0,2 %), natrium benzoat (0,1-0,2 %) dan berbagi campuran
metil-,profil,dan butil paraben (total ± 0,1 %). Sering kali alkohol digunakan
dalam pembuatan sirup untuk membantu kelarutan bahan-bahan yang larut dalam
alkohol, tetapi secara normal alkohol tidak ada dalm produk akhir dalm jumlah
yang dianggap cukup sebagai pengawet (15-20 %).
3.
Pembau
4.
Pewarna. Untuk menambah daya tarik sirup, umumnya digunakan zat pewarna yang
berhubungan dengan pemberi rasa yang digunakan ( misalnya hijau untuk rasa
permen, coklat untuk rasa coklat dan sebaginya). Pewarna yang digunakan umum
larut dalam air, tidak bereaksi dengan komponen lain dari sirup, dan warna
stabil pada kisaran pH dan dibawah cahaya yang intensif sirup tersebut mungkin
menjadi enounter selama masa penyimpanan.
5.
Perasa. Hampir semua sirup disedapkan
dengan pemberi rasa buatan atau bahan-bahan yang berasal dari alam seperti
minyak-minyak menguap (contoh : minyak jeruk), vanili dan lain-lainnya. Untuk
membuat sirup jamin yang sedap rasanya. Karena sirup adalah sediaan air,
pemberi rasa ini harus mempunyai kelarutan dalam air yang cukup. Akan tetapi,
kadang-kadang sejumlah kecill alkohol ditambahkan kesirup untuk menjamin
kelangsungan kelarutan dari pemberi rasa yang kelarutannya dalam air buruk.
6.
Biasanya untuk
untuk sirup yang dibuat dalam perdagangan, mengandung
pelarut-pelarut khusus, pembantu kelarutan, kental, dan stabilisator.
Jenis – Jenis Sirup
Ada 3 macam sirup, yaitu :
1.
Sirup
simpleks : mengandung 65% gula dengan larutan nipagin 0,25% b/v.
2.
Sirup obat : mengandung 1 jenis obat atau lebih
dengan atau tanpa zat tambahan dan digunakan untuk pengobatan.
3.
Sirup
pewangi : tidak mengandung obat tetapi mengandung zat pewangi atau zat penyedap
lain. Tujuan pengembangan sirup ini adalah untuk menutupi rasa tidak
enak danbauobatyangtidak
enak
Keuntungan
1.
Sesuai
untuk pasien yang sulit menelan (pasien usia lanjut, parkinson,
anak - anak).
2.
Dapat
meningkatkan kepatuhan minum obat terutama pada anak - anak karena
rasanya lebih enak dan warna lebih menarik.
3.
Sesuai
untuk yang bersifat sangat higroskopis dan deliquescent.
Kerugian
1.
Tidak
semua obat ada di pasaran bentuk sediaan sirup.
2.
Sediaan
sirup jarang yang isinya zat tunggal, pada umumnya campuran/kombinasi beberapa
zat berkhasiat yang kadang-kadang sebetulnya tidak dibutuhkan oleh pasien.
Sehingga dokter anak lebih menyukai membuat resep puyer racikan individu untuk
pasien.
3.
Tidak
sesuai untuk bahan obat yang rasanya tidak enak misalnya sangat pahit
(sebaiknya dibuat kapsul), rasanya asin (biasanya dibentuk tablet
effervescent).
4.
Tidak
bisa untuk sediaan yang sukar larut dalam air (biasanya dibuat suspense atau
eliksir). Eliksir kurang disukai oleh dokter anak karena mengandung alcohol,
suspense stabilitasnya lebih rendah tergaantung ormulasi dan suspending egent
yang digunakan.
5.
Tidak
bisa untuk bahan
obat yang berbentuk minyak (oily, biasanya dibentuk emulsi yang mana
stabilitas emulsi lebih rendah dan tergantung formulasi serta emulsifying agent
yang digunakan).
6.
Tidak
sesuai untuk bahan obat yang tidak stabil setelah dilarutkan (biasanya dibuat
sirup kering yang memerlukan formulasi khusus, berbentuk granul, stabilitas
setelah dilarutkan haInya beberapa hari).
7.
Harga
relatif mahal
karena memerlukan formula khusus dan kemasan yang khusus pula.
Resep
AETHYLMORPHINIEPHETONINISIRUPUS
Komposisi
Tiap 5 ml mengandung :
Tiap 5 ml mengandung :
- Aethylmorphini Hydrochloridum 2 mg
- Epetonium 5 mg
- Thymi sirupi hingga 5 ml
Penyimpanan Dalam
wadah tertutup baik, terisi penuh, ditempat sejuk.
Dosis 4
kali sehari 1 sampai 2 sendok teh
Cairan untuk sirup, dimana gulanya
akan dilarutkan dapat dibuat dari:
1.Aqua destilata: untuk sirupus
simplex.
2.Hasil-hasil penarikan dari bahan
dasar:
a. Maserat misalnya
sirupus Rhei
b. Perkolat misalnya
sirupus Cinnamomi
c. Colatura misalnya
sirupus sanae
d. Sari buah
misalnya rubi idaei
3. Larutan atau campuran
larutan bahan obat misalnya: methdilazina hydrochloride sirupus, sirup-sirup
dengan nama paten misalnya: yang mengandung campuran vitamin.
CARA PEMBUATAN SIRUP
1.
Buat cairan untuk sirup
2.
Panaskan tambahkan gula, jika perlu
didihkan hingga larut
3.
Tambahkan air mendidih secukupnya
hingga di peroleh bobot yang di kehendaki
4.
Buang busa yang terjadi dan serkai.
Pada pembuaan sirup dari simplisia yang mengndung glikosida antrakinon di
tambahkan sejumlah 10% bobot simplisia. Kecuali di nyatakan lain, pada
pembuatan sirup simplisia untuk persediaan di tambahkan metil
paraben 0,25% b/v atau pengawet lain yang cocok. Kadar gula dalam sirup pada
suhu kamar maksimum 66% sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan,
tetapi bila lebih rendah dari 62% sirup akan membusuk. Pada penyimpanan dapat
terjadi inverse dan sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan pada
sirup yang bereaksi asam inverse dapat terjadi lebih cepat. Pemanasan sebaiknya
dihindari karena pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
Gula invert adalah gula yang terjadi karena penguraian sakarosa yang memutar
bidang polarisasi kekiri. Gula invert tidak dikehendaki dalam sirup karena
lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua (berbentuk karamel),
tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat. Kadang-kadang gula invert
dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan sirupus iodeti ferrosi, hal ini
disebabkan karena sirup merupakan media yang mereduksi, mencegah bentuk ferro
menjadi bentuk ferri.
Gula invert disini dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula
dengan asam sitrat. Pada sirup yang mengandung sakarosa 62% atau lebih, sirup
tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati. Bila kadar sakarosa
turun karena inversi, maka jamur akan tumbuh. Bila dalam resep, sirup di
encerkan dengan air dapat pula di tumbuhi jamur. Untuk mencegah sirup tidak
menjadi busuk, dapat di tambahkan bahan pengawet misalnya nipagin.
Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa
di larutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada
pembuatan thymin sirup dan thymin composites sirupus, aurantii corticis
sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa di larut tanpa pemanasan. Melarutkan
bahan – bahan dengan bantuan pemanasan. Melarutkan bahan – bahan dengan
pengadukan tanpa pemanasan. Penambahan sukrosa pada cairan obat yang dibuat
atau pada cairan yang diberi rasa.
a. Perkolasi dan
Maserasi
1. Larutan yang dibuat dengan pemanasan.
2. Sirup yang dibuat dengan cara ini apabila:
a. dibutuhkan pembuatan sirup secepat mungkin
b. komponen sirup tidak rusak atau menguap oleh panas
Pada cara ini
umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan, dan panas digunakan sampai
larutan terbentuk.
Contoh : Sirup
akasia, Sirup cokelat.
b. Larutan yang diaduk tanpa
bantuan panas
1. Menghindari panas yang meransang inverse sukrosa
2. Proses ini memakan waktu lebih lama
3. Mempunyai kestabilan yang maksimal
4. Bila bahan padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah
melarutkannya dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut
digabungkan ke dalam sirup.
Contoh: Sirup ferro Sulfat.
Contoh: Sirup ferro Sulfat.
c. Penambahan
sukrosa ke dalam cairan obat/cairan pemberi rasa
1.
Adakalanya cairan obat seperti tinktur
atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam pembuatan sirup.
2.
Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu
mengandung bahan – bahan yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa
beralkohol atau hidroalkohol.
3.
Jika komponen yang larut dalam alcohol
dibutuhkan sebagai bahan obat dalam suatu sirup, beberapa cara kimia umum dapat
dilakukan agar bahan – bahan tersebut larut di dalam air. Akan tetapi apabila
komponen yang larut dalam alcohol tidak dibutuhkan, komponen – komponen
tersebut umumnya dihilangkan dengan mencampur tinktur atau ekstrak tersebut
dengan air, campuran dibiarkan sampai zat – zat yang tidak larut dalam air
terpisah sempurna, dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya adalah cairan
obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan sirup. Pada
kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur dengan sediaan
berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atu sirup pemberi rasa
sebagai obat.
Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.
Contoh sirup yang dibuat dengan cara ini adalah : Sirup Senna.
CARA MENJERNIHKAN
SIRUP
Adabeberapa cara
menjernihkan sirup:
1.
Menambahkan kecocokan zat putih telur
segera pada siru. Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal
karena panas
2.
Menambah bubur kertas saring lalu
didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
CARA MEMASUKAN SIRUP KE DALAM BOTOL
Penting untuk
kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya awet (tidak berjamur)
sebaiknya sirup di simpan dengan cara:
1.
Sirup yang sudah dingin di simpan
dalam wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya
cemaran sehingga terjadi juga penjamuran.
2.
Mengisikan sirup panas-panas kedalam
botol panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat
dengan gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup
dalam lelehan paraffin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari
pengotoran udara luar.
3.
Sterilisasi sirup, di sini harus di
perhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula invert.
Maka untuk
kestabilan sirup, FI III juga menulis tentang penambahan metil paraben 0,25%
atau pengawet lain yang cocok.
Dari tiga cara
memasukan sirup ke dalam botol ini yang terbaik dalah cara ketiga
PENETAPAN KADAR
SAKAROSA
1.
Timbang seksama ±25 gram sirup
dalam labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan alumunium
hidroksida p. Tambahkan larutan timbale (II) sub asetat p tetes demi
tetes hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2.
Tambahkan air secukupnya hingga 100,0
ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan ± 45,0 ml filtrate
kedalam labu terukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida p
dan 21 bagian vol, air secukup hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam penangas air
pada suhu antara 68º dan 70ºC selama 10 menit, dinginkan dengan cepat
sehingga suhu lebih kurang 20ºC.
3.
Jika perlu hilangkan warna dengan
menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
4.
Ukur rotasi optic larutan yang belum
di inverse dan sesudah inverse menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur
yamg sama antara 10º dan 25ºC.
CONTOH RESEP PADA SEDIAAN SIRUP
R/OBH FM FLS 1 60 ml
Adde
GG III Tab
Mf. Syr 100 ml
Stdd cth 1
Pro: Fomela (9thn)
FO : OBH FM ( Iso halaman 311)
R/Glycrrhizae
succus 100 mg
Efedrin HCL 5mg
CTM 2 mg
NH4cl 40 mg
PCT 120 mg
FO : GG ( FORNAS 142)
R/GG 100
mg
JUMLAH SENDOK : 60/5 = 12 SENDOK
Pengenceran : CTM 40 Mg
Timbang CTM 50 Mg
Air 5cc
5cc
Yang diambil 40/50x 5cc = 4ml
Sisa i ml
|
KR/ : Nama dokter
Alamat pasien
SIK , SIP , JP
OB/OK : Efedrin (OK)
GG (OK)
CTM (OK)
OTT : NH4CL
USUL :-
PB :
Glicyriizaesuccus : 100/5mlx100ml = 2000mg
Efedrin
: 5 / 5ml x
100 ml = 100 mg
CTM
:2mg / 5ml x100 ml = 40 mg
NH4CL
: 40 mg/5 ml x 100 ml = 800mg
PCT
: 120 / 5ml x 100 mg = 0.400 mg
GG
: 100 Mg x 3Tab = 300 mg
Aqua dest = 100 ml –( 2+ 0,1 + 0,04 +0.8 + 2,4+ 3,6)
= 100 ml – 8,94ml
=91,06 ml
=91 ml
Nipagin = 0,12/100 x 100 = 0,12 gr = 120 mg
PTM Efedrin 50/150 mg
I x P = 9/20x 50mg = 22,5 mg
I x H = 9/20 x 150 = 67,5 mg
Dalam R/
I X P = 0,1 : 12 = 0,008 = 8mg
I X H = 0,008 x 3 = 0,24 = 24 mg TOD
PTM CTM -/ 40 mg
I x P = -
I x H = 9/20 x 40 mg = 18 mg
DALAM R/
I x P = 0,04 : 12 = 0.003 =3 mg
I x H = 0,003 x 3 = 0,009 = 4 mg TOD
PTM NH4CL -/ 8gr
I x P = -
I x H = 9 / 20 x 8000 = 3600 mg
DALAM R/
I x P = 0,8 : 12 = 0,06= 60 mg
I x H = 0,06 x 3 = 0,18 = 180 mg TOD
CPR
|
|
Inkompabilitas dan Pengetasannya
Inkompabilitas merupakan interaksi yang terjadi secara fisik atau kimia
suatu bahan obat yang tidak dapat bercampur dengan obat lainnya, umumnya
terjadi di luar tubuh. Definisi lain menyebutkan interaksi ini terjadi di luar
tubuh (sebelum obat diberikan) antara bahan obat yang tidak dapat dicampur
(inkompatibel). Pencampuran obat yang inkompatibel menyebabkan terjadinya
interaksi langsung secara fisik atau kimiawi, yang hasilnya mungkin terlihat
sebagai pembentukan endapan, perubahan warna atau mungkin juga tidak terlihat.
Interaksi ini biasanya mengakibatkan inaktivasi obat
Sifat Fisika
Kimia Sirup
a. Viskositas
Viskositas atau
kekentalan adalah suatu sifat cairan yang berhubungan erat dengan hambatan
untuk mengalir. Kekentalan didefinisikan sebagai gaya yang diperlukan untuk
menggerakkan secara berkesinambungan suatu permukaan datar melewati permukaan
datar lainnya dalam kondisi mapan tertentu bila ruang diantara permukaan
tersebut diisi dengan cairan yang akan ditentukan kekentalannya. Untuk
menentukan kekentalan, suhu zat uji yang diukur harus dikendalikan dengan
tepat, karena perubahan suhu yang kecil dapat menyebabkan perubahan kekentalan
yang berarti untuk pengukuran sediaan farmasi. Suhu dipertahankan dalam batas
idak lebi dari 0,1 C.
b. Uji mudah
tidaknya dituang
Uji mudah tidaknya
dituang adalah salah satu parameter kualitas sirup. Uji ini berkaitan erat
dengan viskositas. Viskositas yang rendah menjadikan cairan akan smakin mudah
dituang dan sebaliknya. Sifat fiik ini digunakan untuk melihat stabilitas
sediaan cair selama penyimpanan.Besar kecilnya kadar suspending agent
berpengaruh terhadap kemudahan sirup untuk dituang. Kadar zat penstabil yang
terlalu besar dapat menyebabkan sirup kental dan sukar dituang.
c. Uji Intensitas
Warna
Uji intensitas warna
dilakukan dengan melakukan pengamatan pada warna sirup mulai minggu 0-4. Warna
yang terjadi selama penyimpanan dibandingkan dengan warna pada minggu 0. Uji
ini bertujuan untuk mengetahui perubahan warna sediaan cair yang disimpan
Selama waktu tertentu.
Pembuatan Sirup
Kecuali dinyatakan lain, Sirup dibuat dengan cara sebagai berikut :
Buat cairan untuk sirup, panaskan, tambahkan gula, jika perlu didihkan
hingga larut. Tambahkan air mendidih secukupnya hingga diperoleh bobot yang
dikehendaki, buang busa yang terjadi, serkai.
Pada pembuatan sirup dari simplisia yang mengandung glukosida antrakinon,
di tambahkan natrium karbonat sejumlah 10% bobot simplisia.pada pembuatan sirup
simplisia untuk persediaan di tambahkan Nipagin 0,25% b/v atau pengawet yang
cocok.sirup disimpan dalam wadah tertutup rapar,dan di tempat yang sejuk.
A . Metode Kerja :
1. Melarutkan bahan-
bahan dengan bantuan pemanasan
Sirup yang dibuat
dengan cara ini apabila :
a.
Dibutuhkan pembuatan sirup secepat
mungkin
b.
Komponen sirup tidak rusak atau
menguap oleh pemanasan
Pada cara ini
umumnya gula ditambahkan ke air yang dimurnikan dan dipanaskan sampai larut.
Contoh : sirup akasia, sirup cokelat
2. Melarutkan
bahan-bahan dengan pengadukan tanpa pemanasan
Metode ini dilakukan
untuk menghindari panas yang merangsang inverse sukrosa. Prosesnya membutuhkan
waktu yang lebih lama tetapi mempunyai kestabilan yang maksimal. Bila bahan
padat akan ditambahkan ke sirup, yang paling baik adalah dengan melarutkannya
dalam sejumlah air murni dan kemudian larutan tersebut digabungkan ke dalam
sirup. Contoh : sirup ferro sulfat
3. Penambahan
sukrosa pada cairan obat yang dibuat atau pada cairan yang diberi rasa
(Colatura)
Ada kalanya cairan
obat seperti tingtur atau ekstrak cair digunakan sebagai sumber obat dalam
pembuatan sirup. Banyak tingtur dan ekstrak seperti itu mengandung bahan-bahan
yang larut dalam alcohol dan dibuat dengan pembawa beralkohol atau
hidroalkohol. Jika komponen yang larut dalam alcohol ibutuhkan sebagai bahan
obat dalam pembuatan sirup, beberapa cara kimia umum dapat dilakukan agar
bahan-bahan tersebut larut dalam air, campuran dibiarkan sampai zat-zat yang
tidak larut dalam air terpisah sempurna dan menyaringnya dari campuran. Filtratnya
adalah cairan obat yang kepadanya kemudian ditambahkan sukrosa dalam sediaan
sirup. Pada kondisi lain, apabila tingtur dan ekstrak kental dapat bercampur
dengan sediaan berair, ini dapat ditambahkan langsung ke sirup biasa atau sirup
pemberi rasa sebagai obat. Contoh : Sirup sena
4. Maserasi dan
Perkolasi
a.
Maserasi adalah cara penarikan sari
dari simplisia dengan cara merendam simplisia tersebut dalam cairan penyari
pada suhu biasa yaitu pada suhunya 15-25 0C. Contoh : Sirupus Rhei, Althaeae
sirup
b.
Perkolasi ialah suatu cara penarikan,
memakai alat yang disebut perkolator, yang simplisianya terendam dalam cairan
penyari dimana zat-zatnya terlarut dan larutan tersebut akan menetes secara
beraturan keluar sampai memenuhi syarat-syarat yang telah ditetapkan. Contoh
:Sirupus cinnamomi, sirup aurantii corticis.
B. Persyaratan Mutu
Dalam Pengerjaan Sirup
1.
Pada pembuatan sirup dari simplisia
yang mengandung glikosida antrakinon di tambahkan Na2CO3 sejumlah 10% bobot
simplisia.
2.
Kecuali dinyatakan lain, pada
pembuatan sirup simplisia untuk persediaan ditambahkan metil paraben 0,25 % b/v
atau pengawet lain yang cocok.
3.
Kadar gula dalam sirup pada suhu kamar
maksimum 66 % sakarosa, bila lebih tinggi akan terjadi pengkristalan, tetapi
bila lebih rendah dari 62 % sirup akan membusuk.
4.
Bj sirup kira-kira 1,3
5.
Pada penyimpanan dapat terjadi inversi
dari sakarosa (pecah menjadi glukosa dan fruktosa) dan bila sirup yang bereaksi
asam inversi dapat terjadi lebih cepat.
6.
Pemanasan sebaiknya dihindari karena
pemanasan akan menyebabkan terjadinya gula invert.
7.
Gula invert adalah gula yang terjadi
karena penguraian sakarosa yang memutar bidang polarisasi kekiri.
8.
Gula invert tidak dikehendaki dalam
sirup karena lebih encer sehingga mudah berjamur dan berwarna tua ( terbentuk
karamel ), tetapi mencegah terjadinya oksidasi dari bahan obat.
9.
Pada sirup yang mengandung sakarosa 62
% atau lebih, sirup tidak dapat ditumbuhi jamur, meskipun jamur tidak mati.
10. Bila kadar sakarosa turun karena inversi, maka jamur dapat tumbuh. Bila
dalam resep, sirup diencerkan dengan air dapat pula ditumbuhi jamur.
11. Untuk mencegah sirup tidak menjadi busuk, dapat ditambahkan bahan
pengawet misalnya nipagin.
12. Kadang-kadang gula invert dikehendaki adanya misalnya dalam pembuatan
sirupus Iodeti ferrosi.Hal ini disebabkan karena sirup merupakan media yang
mereduksi, mencegah bentuk ferro menjadi bentuk ferri. Gula invert disini
dipercepat pembuatannya dengan memanaskan larutan gula dengan asam sitrat.
13. Bila cairan hasil sarian mengandung zat yang mudah menguap maka sakarosa
dilarutkan dengan pemanasan lemah dan dalam botol yang tertutup, seperti pada
pembuatan Thymi sirupus dan Thymi compositus sirupus, aurantii corticis
sirupus. Untuk cinnamomi sirupus sakarosa dilarutkan tanpa pemanasan.
14. Maksud menyerkai pada sirup adalah untuk memperoleh sirup yang jernih.
C. Penjernihan Sirup
Ada beberapa cara
menjernihkan sirup :
1.
Menambahkan kocokan zat putih telur
segar pada sirup . Didihkan sambil diaduk, zat putih telur akan menggumpal
karena panas.
2.
Menambahkan bubur kertas saring lalu
didihkan dan saring kotoran sirup akan melekat ke kertas saring.
Kestabilan Sirup
dalam Penyimpan
A. Cara Memasukkan
Sirup Dalam Botol
Cara memasukkan
sirup ke dalam botol penting untuk kestabilan sirup dalam penyimpanan, supaya
awet (tidak berjamur ) sebaiknya sirup disimpan dengan cara :
1.
Sirup yang sudah dingin disimpan dalam
wadah yang kering. Tetapi pada pendinginan ada kemungkinan terjadinya cemaran
sehingga terjadi juga penjamuran.
2.
Mengisikan sirup panas-panas kedalam botol
panas (karena sterilisasi) sampai penuh sekali sehingga ketika disumbat dengan
gabus terjadi sterilisasi sebagian gabusnya, lalu sumbat gabus dicelup dalam
lelehan parafin solidum yang menyebabkan sirup terlindung dari pengotoran udara
luar.
3.
Sterilisasi sirup, disini harus
diperhitungkan pemanasan 30 menit apakah tidak berakibat terjadinya gula
invert.
Maka untuk
kestabilan sirup, FI III juga menuliskan tentang panambahan metil paraben 0,25%
atau pengawet lain yang cocok.
Dari ketiga cara
memasukkan sirup ke dalam botol ini yang terbaik adalah cara ketiga.
Dalam ilmu farmasi
sirup banyak digunakan karena dapat berfungsi sebagai :
1.
Obat, misalnya : chlorfeniramini
maleatis sirupus.
2.
Corigensia saporis, misalnya : sirupus
simplex
3.
Corigensia odoris, misalnya : sirupus
aurantii
4.
Corigensia coloris, misalnya : sirupus
Rhoedos, sirupus rubi idaei
5.
Pengawet, misalnya sediaan dengan
bahan pembawa sirup karena konsentrasi gula yang tinggi mencegah pertumbuhan
bakteri.
B. Penetapan kadar
sakarosa
1.
Timbang seksama + 25 gram sirup dalam
labu terukur 100 ml, tambahkan 50 ml air dan sedikit larutan Aluminium
hidroksida p. Tambahkan larutan timbal ( II ) sub asetat p tetes demi tetes
hingga tetes terakhir tidak menimbulkan kekeruhan.
2.
Tambahkan air secukupnya hingga 100,0
ml saring, buang 10 ml filtrat pertama. Masukkan + 45,0 ml filtrat kedalam labu
tentukur 50 ml, tambahkan campuran 79 bagian volume asam klorida p dan 21
bagian vol. Air secukupnya hingga 50,0 ml. Panaskan labu dalam tangas air pada
suhu antara 68 oC dan 70 oC selama 10 menit, dinginkan
dengan cepat sehingga suhu lebih kurang 20 oC.
3.
Jika perlu hilangkan warna dengan
menggunakan tidak lebih dari 100 mg arang penyerap.
4.
Ukur rotasi optik larutan yang belum
di inversi dan sesudah inversi menggunakan tabung 22,0 cm pada suhu pengukur yang
sama antara 10 oC dan 25 oC.
Pembahasan Auranti Sirup (Sirup Jeruk
Manis)
·
Sirup adalah cairan berkadar gula
tinggi. Untuk rasa dan flavor, gula sirup dilarutkan dengan sari buah, atau
larutan gula ditambah dengan sari buah.
·
Sirup jeruk dapat disimpan lama tanpa
penambahan bahan pengawet dan tanpa proses sterilisasi dalam pengemasnnya
karena tingginya kadar gula (67,5%) dan rendahnya pH (di bawah 4,0).
·
Pembuatan sirup jeruk cukup mudah, dan
dapat dikerjakan dengan alat-alat sederhana. Pada tulisan ini dijelaskan
pengolahan sirup jeruk untuk industri kecil.
A. Cara Pembuatan
Sirup Jeruk Manis
Cara pembuatan :
campur 10 bagian kulit buah jeruk manis yang telah dipotong kecil-kecil dengan
20 bagian larutan metil paraben 0,25%. Biarkan dalam tempat tertutup selama 12
jam. Pindahkan ke dalam perkolator, perkolasi dengan larutan metil paraben
0,25% secukupnya hingga diperoleh 37 bagian perkolat. Tambahkan 63 bagian gula
pada
suhu kamar atau pada
pemanasan perlahan-lahan dalam tempat tertutup hingga diperoleh 100 bagian
sirup.
Pemerian : cairan
kental, jernih, warna coklat, bau khas aromatik.
B. Nutrisi di Jeruk Manis
Jeruk manis kaya
akan vitamin C dan kalium. Satu persediaan jeruk sekitar 116,2% dari nilai
harian untuk vitamin C kulit Its mengandung citral, aldehida bahwa kerumitan
aksi vitamin A. Selain mineral dan vitamin yang diberikan dalam tabel ini juga
mengandung 86,0 g Moisture.
|
|
C. Kegunaan Jeruk Manis
1.
Pulp jeruk manis digunakan untuk
membuat jus segar yang kaya akan kandungan protein.
2.
Dengan kulit buah digunakan untuk
membuat parfum dan sabun.
3.
Minyak goreng diekstrak dari bijinya.
4.
Sari daun jeruk manis yang digunakan
untuk mengontrol borok, luka dll
D. Manfaat Jeruk Manis
1.
Kaya Vitamin C konten dalam jeruk
manis membantu dalam perlindunganantioksidan dan dukungan kekebalan.
2.
Segelas Orange Juice dikatakan lebih
protektif dari asupan Vitamin C Alone.
3.
Long-Acting Liminoids dalam buah jeruk
menambah kemampuan mereka untuk mempromosikan kesehatan yang optimal.
4.
Senyawa dalam kulit jeruk menurunkan
Kolesterol sebagai efektif sebagai Obat Statin.
5.
Serat kaya dalam buah membantu
mencegah aterosklerosis.
6.
Perlindungan terhadap Rheumatoid
Arthritis.
7.
Membantu dalam mencegah Luka lambung
dan mengurangi risiko untuk Kanker Lambung.
Keuntungan Dan
Kerugian sediaan Sirup
A. Keuntungan
1. Merupakan
campuran yang homogeny
2. Dosis dapat
diubah-ubah dalam pembuatan
3. Oba lebih mudah
diabsorbsi
4. Mempunyai rasa
manis
5. Mudah diberi
bau-bauan dan warna sehingga menimbulkan daya tarik untuk anak
6. Membantu paien
yang mendapat kesulitan dalam menelan obat
B. Kerugian
1. Ada obat yang
tidak stabil dalam larutan
2. Volume dan bentuk
larutan lebih besar
3. Ada yang sukar
ditutupi rasa dan baunya dalam sirup
DAFTAR
PUSTAKA
Anief, M. 1990. ”Ilmu
Meracik Obat”. Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Anonim. 1979. Farmakope
Indonesia edisi III, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Anonim. 1995. Farmakope
Indonesia edisi IV, Departemen Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta
Martin, A.N. 1970. Physical
Pharmacy. Second edition. Lea and Febiger, Philadelphia.
SMF. 2004. Teori Ilmu Resep
jilid I, Jakarta.
http://yoyoke.web.ugm.ac.id/download/obat.pdf