Sunday, June 14, 2015

GAGAL JANTUNG



GAGAL JANTUNG

BATASAN
Keadaan jantung tidak mampu menghasilkan curah jantung yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolisme jaringan
 Gagal jantung adalah sindrome klinis yang disebabkan oleh ketidakmampuan jantung dalam memompa darah pada jumlah yang cukup bagi kebutuhan metabolisme tubuh. Gagal jantung dapat disebabkan oleh gangguan yang mengakibatkan terjadinya pengurangan pengisian ventrikel (disfungsi diastolik) dan atau kontraktilitas miokardial (disfungsi sistolik).

KLASIFIKASI
Klasifikasi didasarkan atas kemampuan kerja fisis penderita
Klas I     : Tidak memerlukan pembatasan aktifitas fisis
                  Tidak timbul keluhan sesak pada saat melakukan aktifitas ringan maupun sedang

Klas II    :  Memerlukan sedikit pembatasan aktifitas sedang ( misal : naik tangga dengan Cepat ), saat istirahat atau aktifitas ringan tidak menimbulkan keluhan

Klas III :  Perlu pembatasan aktifitas yang lebih banyak, waktu istirahat tidak ada keluhan, pekerjaan ringan ( naik tangga perlahan-lahan) sudah menimbulkan sesak

Klas IV :  Waktu istirahat sudah timbul keluhan sesak nafas dan sama sekali tidak memungkinkan melakukan aktivitas
              
ETIOLOGI
Neonatus  : Sindroma hipoplasia jantung kiri, koartasio aorta, stenosis aorta        
                    
Bayi     :  Defek Septum Arteriosum, Duktus Arteriosus Persisten, Defek Septum Arterioventrikuler ( DSAV ), Transposisi Komplet arteri besar, Doubel Outlet Right Ventricle ( DORV ), Atresia Trikuspid, Trunkus Arteriosus.

Anak       : Penyakit Jantung Rematik, miokarditis, endokarditis, kardiomiopati, hipertensi

  Manifestasi klinik
·         Gejala yang dirasakan pasien bervariasi dari asimptomatis (tak bergejala) hingga cardiogenik shock.
·         Gejala utama yang timbul adalah sesak nafas (terutama ketika bekerja) dan kelelahan yang dapat menyebabkan intoleransi terhadap aktifitas fisik. Gejala pulmonari lain termasuk diantaranya orthopnea, parozysmal nocturnal dyspnea, tachypnea dan batuk.
·         Gejala nonspesifik yang dapat timbul diantaranya termasuk nocturia, hemotypsis, sakit pada bagian abdominal, anoreksia, mual, kembung, ascites, dan perubahan status mental.
·         Tingginya produksi cairan menyebabkan kongesti pulmonari dan udem perifer.
Penemuan pemeriksaan fisik yang dapat tampak diantaranya timbul suara berderak pada paru-paru, respirasi cheyne-stokes, takikardia, kardiomegali, udem perifer, jugular venous, distention, hepatojugular refluks, dan hepatomegali.


PATOFISIOLOGI
Terdapat 4 faktor yang dapat menerangkan terjadinya kegagalan jantung tersebut, yaitu :
  1. Beban volume ( preload )
  2. Beban tekanan ( aflerload )
  3. Gangguan fungsi jantung
  4. Denyut jntung

KRITERIA DIAGNOSIS
Pada bayi :
  • Takipnea, banyak keringat, kesulitan minum, BB sukar naik, menangis lemah
  • Retraksi interkostal, suprasternal, substernal
  • Nafas cuping hidung
  • Hepatomegali
  • Kardiomegali
  • Takikardi
  • Irama derap
  • Jarang ditemukan edema
Pada anak :
  • Lemah, anoreksia, nyeri perut, batuk
  • Dispnea, ortopnea
  • Hepatomegali
  • Tekanan vena jugularis meningkat
  • Edema
  • Kardiomegali dan irama derap

PEMERIKSAN PENUNJANG
Foto thorak                 : Dengan sedikitnya perkecualian, gagal jantung selalu disertai     kardiomegali yang nyata
Elektrokardiografi : Disamping frekuensi QRS yang cepat, atau disritmia, dapat ditemukan pembesaran ruang jantung serta tanda penyakit miokardium atau perikardium, sesuai dengan penyakit atau keadaan yang mendasari
Ekokardiografi    :   Berbagai kelainan jantung yang dapat ditegakkan diagnosisnya secara akurat melalui pemeriksaan ekokardiogarafi 2 dimensi dan M mode

PENATALAKSANAAN

Terapi  Non-Farmakologi
  1. Umum
-    Istirahat dengan posisi setengah duduk
-    O2 lembab
-    Batasi masukan cairan
-    Diet : cair, porsi kecil, miskin garam, berat - puasa
-    Monitor tanda vital

Terapi Farmakologi
  1. Khusus
­­Pilihan pertama :
Kaptopril  (ACE inhibitor)
Dosis  : 0,1 - 2,0 mg/kgBB/dosis, 2-3x/ hari, dimulai dengan dosis rendah, dinaikan bertahap

Pilihan kedua :
Digitalis
Bentuk obat : Lanoksin tablet ( 0,25mg ) : ampul ( 0,025 mg/ml )
Dosis total : Prematur : 35 mcg/kgBB/hari, p.o
                     < 2 tahun : 50-70 mcg/kgBB/hari, p.o
>2 tahun : 30-50 mcg/kgBB/hari, p.o
            dosis iv 75% dosis p.o

Cara pemberian
                                           
                          ______ | ________ | __________ | ________
           
                                           8 jam          8 jam
                                 ½ dosis      ¼ dosis           ¼ dosis

1.      Mulailah dengan dosis rendah, bila belum ada perbaikan ( dalam 12 jam ) dosis boleh dinaikan secara bertahap sampai dosis tertinggi, bila tidak ditemukan tanda intoksikasi digitalis.
2.      Bila ada perbaikan, lanjutkan dengan dosis tetap ¼ atau 1/3 dari dosis digitalisasi, dibagi 2 dosis dalam 24 jam.
3.      Apabila terdapat tanda keracunan digitalis, obat segera dihentikan
4.      Pemeliharaan :
5.      Kalau sudah tercapai digitalisasi kemudian dilanjutkan dengan dosis pemeliharaan: 8 - 10 mcg/kgBB/hari, 2 dosis
6.      Obat inotropik lain :
7.      Golongan beta receptor agonist, misalnya isoproterenol atau dopamine. Diberikan bila terdapat gagal jantung yang berat disertai penurunan perfusi sitemik
8.      Dosis isoproterenol : 0,1 ug/kgBB/menit dalam 5-10% G&W
9.      Dopamin 5-10 ug/kgBB/menit dalam 5% G&W

Pilihan pertama dan kedua ditambah diuretic :      

1.      Furosemid
  • Dosis awal                   : 1,0 mg/kgBB/hari p.o, 3 - 4 dosis
  • Dosis pemeliharaan     : dapat diulang 1 - 7 hari dengan dosis yang sama dengan   dosis awal
2.      Spironolakton ( antagonis aldosteron )
  • Dosis awal                   : 2,0 – 3,0 mg/kgBB/hari, p.o, 2 dosis
  • Dosis pemeliharaan     : sama dengan dosis awal (sering dikombinasikan dengan golongan tiazid)                                                                                                                                                    

Catatan :
1.      Bersama dengan diuretik diberikan KCl dosis 75 mg/kgBB/hari p.o, 3 dosis, untuk mengganti kehilangan K akibat pemakaian diuretik atau bila ditemukan disritmia atrium akibat intoksikasi digoksin.
2.      Penyakit yang mendasari :
¨      Monitoring
¨      Elektrokardiografi, dilakukan 2 jam setelah dosis ke-1, 2 jam sebelum dan sesudah dosis ke-2, 2 jam sebelum dosis ke-3, selanjutnya tiap 12 jam sampai dosis terapeutik tercapai.
¨      Kadar digoxin serum
·         Kadar terapeutik         : 3 ng/ml
·         Kadar toksik               : 7 ± 2 ng/ml
·         Elektrolit darah           : K

obat-obatan
1.        Inhibitor ACE
Menurunkan angiostensin II dan aldosteron, mempengaruhi efek negatif yang ditimbulakan oleh senyawa-senyawa tersebut diantaranya dapat mereduksi remodeling ventrikuler, fibrosis mokardial, apoptosis miosis, hipertropi kardiak, pelepasan norepinefrin, vasokontriksi dan rentensi natrium dan air.
Semua pasien dengan disfungsi ventrikel kiri, tanpa memperdulikan gejala apa yang nampak, harus ditangani dengan senyawa inhibitor ACE, kecuali jika terdapat KI atau toleransi.
Contoh obat yang digunakan: Captopril, Enapril, Lisinopril, Quinapril, Ramipril, Fosinopril, Trandolapril.
2.        Beta Bloker 
Efek menguntungkan dari penggunaan beta bloker dapat menurunkan kematian miosit akibat nekrosis , menurunkan masa vebtrikel, dan mengurangi volume sistolik dan diastolik.
Pasien yang diberikan beta bloker dosis rendah  pada keadaan stabil dapat menunjukan penurunan progres oerkembangan penyakit dan menurunkan angka kematian maupun perawatn rumah  sakit.
Pada dosis tinggi menunjukan hasil yang lebih baik.
Dalam perolehan data klinis terapi beta bloker harus dibatasi
3.        Diuretik
Proses-proses yang terjadi pada gangguan gagal jantung dapat menyebabakan terjadinya retensi natrium dan garam yang tak jarang berujung pada kongesti pulmonari maupun sistemik.
Diuretik tiazid merupakan diuretik lemah, dan digunakan secara tunggaldan jarang pada gagal ginjal.
Diuretik jerat henle misal furosemid merupakan diuretik yang plaing sering digunakan
4.        Digoksin
Pada pasien dengan GJ, pemberian digoxin dapat dipertimbangkan pada tahap awal.
Pada pasien dengan ritme sinus yang normal, pemberian digoxin tidak meningkatkan survival
Hasil maksimal dari penggunaan digoxin dicapai pada pemakaian konsentrasi plasma rendah.

Terapi non farmakologi
Penanganan atau terapi nonfarmakologis, misalnya dengan rehabilitasi atau penyehatan kardiak, pengurangan konsumsi cairan (maksimun 2 liter perhari dari semua sumber cairan baik minuman maupun makanan) dan pengurangan konsumsi garam natrium (kira-kira 1,5 hingga 2 gram perhari).

No comments:

Post a Comment