ANALISA
KARBOHIDRAT
- Penentuan Gula Reduksi Cara Munson-Walker
(Munson-Walker
General Method; AOAC, 1970)
Penentuan gula reduksi menurut cara Miunson
walker dipakai untuk penentuan glukosa, fruktosa, gula invert, laktosa
monohidrat dalam bahan yang tidak mengandung sakarosa; juga dipakai untuk
penentuan gula invert dan laktosa monohidrat dalam bahan yang mengan dung
sakarosa. Penentuan gula reduksi didasarkan atas banyaknya endapan Cu2O
yang terbentuk; kemudian dengan melihat table Hammond dapat diketahui jumlah gula reduksi.
Jumlah Cu2O ditentukan secara gravimetris, yaitu dengan menimbang
langsung endapan Cu2O yang terbentuk; atau secar volumetric, yaitu
dengan titrasi menggunakan larutan Na-thiosulfat atau K-permanganat.
- Penyiapan larutan contoh dan pembentukan endapan Cu2O
-
Timbang
contoh yang berupa bahan padat yang telah dihaluskan atau bahan cair sebanyak
2,5-25 g. Banyaknya contoh yang ditimbang tergantung dari kadar gula pada
contoh dan volume larutan contoh maupun pengenceran yang akan dikerjakan pada
tahap berikutnya.
-
Pindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu takar yang volumenya ditentukan sedekian
sehingga setiap 50 ml larutan contoh yang siap dianalisa membentuk 11,3-489,7
mg Cu2O yang setara dengan 4,6-236,9 mg glukosa.
-
Tambahkan
aquades sebanyak ½ - ¾ volume labu takar yang dipakai, gojog dan biarkan mengendap.
-
Tambahkan
larutan Pb-Asetat netral tetes demi tetes. Pada penambahan larutan Pb-asetat
ini larutan contoh menjadi keruh (terbentuk gumpalan-gumpalan atau
partikel-partikel berwarna putih). Setiap kali menambahkan Pb-asetat, larutan
kemudiam digojog dan biarkan dulu partikel-partikel yang ada mengendap.
Kemudian teteskan lagi larutan Pb-asetat, apabila ternyata tidak menimbulkan
pengeruhan lagi berarti penambahan Pb-asetat telah cukup. Hindarkan penambahan
Pb-asetat yang terlalu berlebihan. Tambahkan aquades sampai tanda dan saring.
-
Untuk
menghilangkan kelebihan Pb yang digunakan, tambahkan sedikit demi sedikit
kristal K- atau Na-oksalat sama seperti menambahkan Pb-asetat tersebut di atas
sampai diperoleh filtrat bebas Pb. Filtrat bebasb Pb apabila ditambah K- atau
Na-oksalat tidak membentuk endapan putih (tetap jernih).
-
Ke
dalam gelas piala 400 ml, tuanglah 25 ml larutan CuSO4 dan 25 ml
larutan tartrat alkalis, kemudian tambahkan 50 ml filtrat filtrat bebas Pb.
Tutuplah gelas piala dengan gelas arloji.
-
Taruhlah
gelas piala pada kasa asbes dan panaskan di atas nyala api Bunsen atau alat
pemanas listrik. Aturlah pemanasan
sedemikian sehingga larutan harus sudah mendidih dalam waktu 4 menit, kemudian
lanjutkan pemanasan/ pendidihan selama 2 menit. Perlu diperhatikan bahwa
ketentuan lama pemanasan tersebut harus betul-betul ditepati. Oleh karena itu
dianjurkan untuk mencoba terlebih dulu,yaitu dengan memanaskan 50 ml reagensia
yang digunakan dan 50 ml aquades sehingga dapat diketahui cara mengatur alat
pemanas yang bisa memenuhi ketentuan di atas.
-
Dengan
pemansan tersebut akan terbentuk endapan Cu2O. Kemudian masih dalam
keadaan panas saringlah dengan menggunakan krus Gooch yang telah di beri
lapisan asbes sebagai bahan penyaring.
-
Buat
pula penentuan blanko dengan cara yang sama dengan menggunakan 25 ml larutan
CuSO4 , 25 ml larutan tartrat alkalis dan 50 ml aquades.
-
Cucilah endapan Cu2O dalam krus Gooch
tersebut dengan aquades yang suhunya 60oC sampai bersih.
-
Tentukan banyaknya Cu2O yang
terbentuk dengan salah satu cara tersebut di bawah ini.
- Penentuan Cu2O secara gravimetris
-
Endapan Cu2O dalam kedua krus Gooch
(penentuan contoh maupun blanko) masing-masing di cuci dengan 10 ml ether.
-
Keringkan dalam oven bersuhu 100oC
selama 30 menit,dinginkan dalam eksikator dan ditimbang.
-
Dari selisih antara berat Cu2O yang
terdapat pada penentuan contoh dan blanko, berat gula reduksi dalam 50 ml
larutan contoh dapat dicari dengan menggunakan Tabel Hammond.
- Penentuan Cu2O secara volumetric dengan Na-thiosulfat
Endapan Cu2O
dalam kedua krus Gooch, masing-masing diperlakukan sebagai berikut.
-
Siapkan Erlenmeyer 250 ml yang mempunyai tanda
untuk volune dengan interval 20 ml(bila tidak ada dapat dibuat tanda sendiri).
-
Endapan dalam krus Gooch ditutup dengan gelas
arloji. Kemudian tambahkan 5 ml
larutan HNO3(1 + 1) untuk melarutkan Cu2O. Penambahan
dikerjakan dengan pipet, gelas arloji(tutup) dibuka seperlunya saja ketika
memasukkan ujung pipet tersebut.
-
Tampung
filtrat dengan Erlenmeyer tersebut di atas. Cucilah gelas arloji dan krus Gooch
dengan 20 – 25 ml aquades.
-
Didihka
sampai kabut berwarna merah habis, dan tambahkan larutan KI 42 % yang bereaksi
agak basis seperlunya.
-
Titerlah
dengan larutan Na-thiosulfat (39 g Na2S2O3.5 H2O/liter)
sampai warna kuning muda. Tambahkan larutan patisampai terbentuk warba biru,
lanjutkan titrasi. Pada saat titrasi hampir selesai tambahkan 2 g KCNS,a duk
hingga larut,dan lanjutkan titrasi sampai seluruh endapan berwarna putih.
-
Dari
selisih antara titrasicontoh dan blanko, brat Cu2O dapat dihitung.
1 ml
larutan Na2S2O3 = 11,259 mg Cu2O
Berdasarkan berat Cu atau Cu2O, berat gula reduksi
dalam 50 ml larutan contoh dapat dicari dengan menggunakan Tabel Hammond.
- Penentuan Gula Reduksi Cara Lane-Eynon
(Lane-eynon General
Volumetric Method; AOAC 1970)
Penentuan gula reduksi menurut cara Lane-Eynon
dipakai untuk penentuan gula invert (baik tanpa maupun dengan sakarosa),
glukosa, fruktosa; maltosa anhidrat dan monohidrat; laktosa anhidarat dan
monohidrat. Cara ini merupakancara penentuan secara volumetris, dalam hal ini
10 ml atau 25 ml reagensia Soxhlet direduksi (dititrasi) dengan larutan contoh.
Jumlah gula reduksi dapat diketahui dari Tabel Lane-Eynon berdasarkan
berdasarkan volume larutan contoh yang dibutuhkan untuk titrasi tersebut.
- Penyiapan larutan contoh
-
Timbang contoh sebanyak 2,5 – 25 g. Pindahkan
secara kuantitatif ke dalam labu takar. Volume labu takar sedemikian sehingga
jumlah larutan contoh yang dibutuhkan untuk titrasi 10 ml reagensia Soxhlet
adalah 15 – 50 ml atau kadar gula reduksi, misalnya : gula invert tanpa
sakarosa berkisar antara 52,5/50 – 50,5/15mg/ml atau 1,01 – 3,5 mg/ml.
-
Tambahkan aquades sebanyak ½ - ¾ volume labu
takar yang dipakai, biarkan mengendap.
-
Lakukan penjernihan engan menambahkan Pb-asetat
netral secukupnya, hingga diperoleh filtrat yang jernih. Kelebihan Pb
dihilangkan dengan menambahkan kristal K- atau Na-oksalat anhidrat secukupnya,
hingga diperoleh filtrate bebas Pb.
- Standarisasi reagensia Soxhlet
Maksud standarisasi adalah menentukan
besarnya factor koreksi yang diperlukan dalam menggunakan table lane-Eynon.
-
Pipetlah 10 ml
reagensia Soxhlet yang baru, tuang ke dalam Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-
Isilah buret 50 ml dengan larutan glukosa atau
gula invert standar (kadar : 1,01 – 3,5 mg/ml). Hitung jumlah larutan standar
yang diperlukan untuk titrasi 10 ml larutan Soxhlet. Bila larutan standar
mengandung gula invert sebanyak 2,5 mg/ml, maka volume larutan gula invert
standar yang dibutuhkan kurang lebih 50,2/2,5 ml atau 20,2 ml.
-
Kemudian dari buret tersebut, tuanglah hamper
semua larutan gula invert standar ke dalam Erlenmeyer, sisakan kurang lebih 1
ml. Jadi volume larutan gula invert standar yang ditambahkan kurang lebih 20,2
– 1 = 19,2 ml.
-
Panaskan larutan sampai mendidih dan tetap
didihkan selama 2 menit (selama pendidihan bila perlu dapat digunakan batu
dididh untuk mencegah letupan-letupan).
-
Sambil tetap dipanaskan tambahkan 1 ml larutan
indicator methylene blue 0,2 %, kemudian teteskan gula invert standar dari
buret tersebut (titrasi ) sehingga larutan menjadi hamper tidak berwarna.
Titrasi dilakukan dalam waktu 3 menit. Buat ulangan 3 kali, hitung rata-ratanya
dan tentukan factor koreksinya.
- Penentuan gula reduksi larutan contoh
Penentuan gula reduksi larutan contoh
terdiri dari dua tahap, yaitu : “Incremental Method” yang merupakan cara penentuan
yang kurang teliti, sedang “Standar Mthod” lebih teliti.
Incremental
Method
-
Tuanglah 10 ml reagensia Soxhlet ke dalam
Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-
Isi buret dengan larutan contoh, dan tuanglah ke
dalam Erlenmeyer sebanyak 15 ml.
-
Panaskan sampai mendidih, teruska pendidihan
selama 15 detik dan segera tambahkan larutan contoh sampai warna biru hilang.
-
Kemudian tambahkan 1 ml larutan indicator
methylene blue 0,2%, dan tetetskan larutan contoh(titrasi) sampai warna biru
hilang.
Standar Method
-
Tuanglah 10 ml reagensia Soxhlet ke dalam
Erlenmeyer 300 – 400 ml.
-
Banyaknya
larutan contoh yang dibutuhkan pada “incremental method” misalnya : V ml. Maka
tuanglah dari buret larutan contoh sebanyak (V-1)ml. Selanjunya sama seperti
standarisasi reagensia Soxhlet tersebut di atas, dimulai dari : - Panaskan
larutan sampai mendidih, dan ..........dst.
-
Hitung
kadar gula gula per 100 ml larutan contoh.
Kadar gula = G x 100/T x faktor
koreksi (mg/100 ml)
G
= gula total yang dibutuhkan untuk mereduksi Soxhlet(mg). Dicari dalam tabel Lane-Eynon.
T = Titer = larutan contoh (ml).
- Penentuan Sakarosa
(Cara
kimia, ; AOAC, 1970)
Penentuan sakarosa didasarkan atas
selisih antara gula reduksi sebelum dan sesudah inversi. Dalam hal ini gula
reduksi dinyatakan sebagai gula invert.
- Penentuan gula invert sebelum inversi
-
Buat
larutan contoh seperti penentuan gula reduksi.
-
Ambil
filtrat bebas Pb, dan lakukan penentuan gula invert dengan cara Munson=Walker
atau Lane-Eynon. Perlu diketahui bahwa dalam filtrat tersebut terdapat gula
invert dan dan sakarosa, oleh karena itu perhatikanlah ketika menggunakan Tabel
untuk mencari banyaknya gula invert.
-
Berdasarkan
banyaknya gula invert dalam filtrat tersebut, hitunglah kadar gula invert
sebelum inversi pada contoh (dalam %) dengan tidak melupakan faktor pengenceran
yang dikerjakan pada penentuan ini.
No comments:
Post a Comment