Barbital und
Thiobarbital
Hypnotika
·
Tidur fisiologis adalah suatu proses regenerasi aktif yang dapat dikenali melalui impuls otak
dengan Electro encephalogram (ECG) dan registrasi gerak bolak mata, tidur
fisiologis dapat dibagi dua :
1.
Tidur paradok, dikenali dengan ECG frekuensi yang tinggi,
mimpi, cepatnya gerak bola mata (rapid eye movement).
2.
Tidur ortodok, dikenali dengan penurunan ECG-frekuensi, tidak adanya mimpi
dan gerak bola mata.
·
Kedua fase dalam satu malam saling berganti 4-5 kali, Peristirahatan akan
terjadi bila terdapat keseimbangan diantara kedua fase.
· Hipnotika ideal diharapkan
dapat memberikan tidur yang sama dengan tidur fisiologis.
· Dibutuhkan hipnotika yang
bekerja cepat dan singkat yang dapat menyebabkan tertidur, hipnotika menengah
supaya bisa kembali tertidur, dan hipnotika kerja panjang (maksimal 8 jam)
untuk gangguan tidur.
· Hipnotik klasik seperti
barbital adalah obat yang menekan ssp secara tidak selektif, pada dosis terapi
bekerja pada Formatio reticularis dan korteks otak besar, sedangkan pada
dosis toksis juga akan melumpuhkan pernafasan.
· Tergantung dari dosis,
bisa memberikan efek sedatif, hipnotik, dan bahkan narkotik.
· Pada tidur karena obat
dicirikan dengan penekanan tidur paradok .
· Efek hipnotik maksimum
diberikan oleh senyawa dengan koofisien oktanol/air 100 (log P=2).
Barbital
dan tiobarbital
· Baeyer (1863) sintesis asam barbiturat, yang belum
punya efek hipnotik.
· Barbital: 5,5-disubstitusi asam barbiturat.
· E. Fischer (1903): sintesis 5,5-dietilbarbiturat
(Veronal).
· Thiobarbital : bioisosteric barbital
Farmakologi
· Barbital prototipe senyawa
penekanan ssp, dalam dosis kecil sebagai sedatif dan juga kombinasi dengan
analgetik.
· Terdapat berbagai senyawa
yang bebeda: potensi, mulai kerja dan lama kerja.
· Barbital tidak lagi
digunakan karena waktu paro terlalu lama dan adanya bahaya kumulasi.
Sifat
dan reaksi
· Asam barbiturat (pKa =4)
dan C-5-monosubstitusi keasamannya setara dengan asam asetat pKa= 4,75).
· Sifat asam yang kuat dari
asam barbiturat karena terbentuknya anion yang distabilkan bentuk mesomeri.
· Substitusi kedua C-5 menyebabkan
berkurangnya keasaman.
· Barbital pKa berkisar 7,2-7,9
· Dalam lingkungan
fisiologis pH 7,4, barbital 50% mengalami dissosiasi.
· Bentuk yang tidak
terdissosiasi diperlukan untuk menembus biomembran dan mencapai cns.
· C-5-monosubstitusi
barbiturat pada pH 7,4 mengalami dissosiasi sempurna, sehingga tidak mempunyai
efek.
· Perubahan menjadi N-metil
barbital juga mengurangi keasaman (pKa>8), sekaligus juga meningkatkan
lipofili sehingga dan kecepatan kerja.
· Tiobarbital sedikit lebih
asam dibanding barbitalnya, tetapi karena S adalah atom yang lipofil, maka
bentuk yang tidak ter ionya diserap dengan baik dan efek akan cepat.
· Barbital larut dalam logam
alkali dan membentuk garam monoalkali. Dalam alkali encer 1N, dianion barbital
juga akan terbentuk.
· Mono dan dianion barbital
distabilkan oleh bentuk mesomeri.
Beda dengan bentuk asam, garam monoanion barbital dan
tiobarbital larut dalam air dan bersifat
alkalis. Dengan senyawa asam, alkaloid, dan garam logam berat merupakan OTT.
· Dalam larutan alkali
barbital pelan-pelan terurai. Dengan pembukaan cincin pada C-4 dan C-6 maka
akan terbentuk disubstitusi asam malonat, yang mengalami dekarboksilasi menjadi
asilurea.
· Pada hambatan steric
(subst volumineus pada C-5, maka pemutusan terutama terjadi pada C-2.
SAR-Barbital
1.
Asam barbiturat dan 5-monosumstitusi barbiturat tidak punya aktivitas
farmakodinami, karena tidak bisa melewati sawar otak.
2. Substitusi 5,5-barbiturat, efek optimal akan dicapai
bila jumlah C pada kedua subtitusi 8.
3.
Hanya 1 substitusi boleh siklis. Percabangan, ketidak jenuhan, alisiklik
struktur substitusi akan memperkuat potensi dan memperpendek kerja.
4.
Perubahan menjadi tiobarbital akan meningkatkan potensi.
5.
Bila fenobarbital C-2 Carbonil diganti dengan metilen, maka akan terbentuk
antiepileptika primidon
6.
Kerangka barbital juga bisa punya efek stimulasi ssp. Misal pada substitusi
alkil panjang pada C-5 dan bila kedua N disubstitusi alkil. Bila derifat
N-metil mempunyai C-5 subst dengan C-khiral maka akan terbentuk 2 enansiomer
dengan efek berlawanan, yakni hipnotik-sedatif dan stimulan ssp.
Biotransformasi
· Farmakokinetik barbital
dan tiobarbital selain ditentukan asiditas dan lipofili, juga ditentukan reaksi
enzimatik yang juga tergantung struktur faktor psikokimia.
· Secara umum peningkatan
lipofili mempercepat metabolisme dan memperpendek kerja.
· Reaksi yang terjadi :
1.
Oksidasi substitusi C-5
2.
N-demetilasi pada N-metil-barbital.
3.
Penggantian S dengan O, pada tiobarbital.
· Barbital dengan waktu
paroh panjang, eliminasi sebagian besar dalam bentuk tidak berubah.
Fenobarbital waktu paro 3 hari, sebagian mengalami perubahan dalam hati.
Metabolit utama adalah 5-etil-5-p-hidroksifenil-asam barbiturat, yang terbentuk
melalui epoksida, yang kemudian di ekresikan sebagian dalam bentuk bebas dan
sebagian bentuk konyugasi dengan asam glukoronat.
· Enzim induksi:
Fenobarbital pada penggunan yang lama akan mengakibatkan peningkatan
biosintesis enzim hidroksilase (Monooksigenase) yang mempercepat inaktivasi
fenobarbital dan menimbulkan toleransi.
· Substrat lain dalam tubuh,
yang bisa dihidroksilasi juga dapat dikenai oleh enzim induksi.
· Pentobarbital akan
dihidroksilasi pada substituent 1-metil-butil dan melalui ώ-oksidasi dan akan berubah menjadi
asam karboksilat.
· Metabolit utama tiopental
adalah hasil ώ-oksidasi.
Juga dalam jumlah kecil terbentuk tiopental.
· Pada N-metil fenobarbital
terjadi n-demetilasi.
Sintesis
barbital
· Kondensasi dietilmalonat
dengan urea dengan adanya natriumetilat.
Analisis
1.
Barbital dan tiobarbital: + Zwikker Reaksi (Warna biru violet)
2. Barbital dan tiobarbital: + piridin, + larutan CuSO4,
Barbital violet, tiobarbital hijau.
3.
N-tidak substitusi barbital, + HgCl2, terbentuk endapan[barb]HgX, +
amoniak, larut.
4. N-subst barbital, + HgCl2, endapan [Barb]Hg[Barb], +
amoniak, endapan Hg(II)amidochlorid.
5.
Barbital dan N-metil derivat dalam NaOH 0,01 N, maksimum pada 240-245 nm.
Penetapan
kadar barbital
· Ph. Eropa; (H2[barb]) dilarutkan dalam pyridin,
kemudian ditambahkan larutan AgNO3. proton yang dilepaskan dalam pyridin akan
membentuk pyridinium ion yang dapat dititrasi dengan larutan NaOH dengan
indikator timolftalein.
Penetapan kadar barbital
· Budde Titrasi :
1.
Metoda argentometri untuk –tidak tersubstitusi Barbital.
2.
Barbital dengan Na2CO3 dilarutkan dalam air, kemudian dititrasi dengan
larutan AgNO3, sampai terbentuk keruh yang stabil, disini pada titik akhir
terbentuk komplek Ag-Barbiturat (1:1) yang larut.
3.
Pada kelebihan AgNO3 akan tebentuk Ag2-Barbiturat (2:1) yang tidak larut.
4.
Pada titrasi N-subst-barbital dengan argentometri akan terbentuk komplek
perak-dibarbiturat yang larut (1:2) dan pada klebihan AgNO3 akan terbentuk
Ag2-dibarbiturat (2:2) yang tidak larut.
No comments:
Post a Comment