DESAIN UJI BIOAVAIBILITAS
Istilah
ketersediaan hayati zat aktif suatu obat timbul sejak adanya ketidaksetaraan
teraupetik diantara sediaan bermerek dagang yang mengandung zat aktif yang sama
dan dibuat dalam bentuk sediaan farmasetik yang serupa, serta diberikan dalam
dosis yang sama.Berbagai kejadian, seperti zat aktif menjadi tidak aktif atau
menjadi toksik dapat merupakan sebab ketidaksetaraan tersebut.Studi
biofarmasetika memberi fakta yang kuat bahwa metode fabrikasi dan formulasi
dengan nyata mempengaruhi ketersediaan hayati suatu obat.
Uji
ketersediaan hayati adalah studi yang menilai seberapa banyak dan seberapa
cepat cepat bahan aktif suatu obat diserap tubuh dalam bentuknya yang secara
fisiologis aktif. Dengan demikian, ketersediaan hayati suatu obat menunjukkan
jumlah/fraksi (extent) dari dosis
yang diberikan dan kecepatan (rate)
yang masuk ke dalam sirkulasi sistemik (Gibaldi, 1977). Jumlah obat yang masuk
ke sirkulasi sitemik dan kecepatannya akan menentukan saat mulainya obat
menunjukkan efek (onset), derajat (intensitas), dan lama (durasi) efek
farmakologis obat.
Ketersediaan hayati dilakukan
baik terhadap bahan aktif yang telah disetujui maupun obat dengan efek
teraupetik yang belum disetujui oleh FDA (Food
Drug Association) untuk dipasarkan. Berbagai studi menunjukkan bahwa metode
fabrikasi dan formulasi seringkali mempengaruhi ketersediaan hayati suatu obat.
Sudah diketahui pula bahwa dalam banyak keadaan sering dijumpai adanya
ketersediaan hayati yang tidak sempurna (incomplete),
dan juga adanya keanekaragaman yang besar (variability)
antar produk obat. Dengan demikian, nilai ketersediaan hayati mempunyai arti
penting dalam menilai mutu (performance)
suatu produk obat secara in vivo. Oleh karena itu, penelitian untuk
mengevaluasi ketersediaan hayati merupakan tahap penting dalam upaya
peningkatan kualitas suatu obat.
Data ketersediaan
hayati digunakan untuk menentukan :
1.
Jumlah atau banyaknya
obat yang diabsorbsi dari suatu formulasi atau bentuk sediaan.
2.
Laju atau
kecepatan obat tersebut diabsorbsi.
3.
Lama obat
berada dalam cairan biologi atau jaringan dan dikorelasikan dengan respon
pasien.
4.
Hubungan
antara kadar obat dalam darah dan efikasi klinis serta toksisitas.
Uji ketersediaan hayati harus
dilakukan pada obat-obat yang memberikan gambaran sebagai berikut :
v life saving drugs dari obat-obat untuk kondisi serius
v obat-obat dengan indeks terapi yang sempit
v obat-obat dengan non-linear pharmokinetics
pada dosis terapi
v obat-obat yang mengalami extensive first
pass effect yang menyebabkan
variasi kadar darah yang tinggi antar individu.
Jika ditinjau dari
pasien, maka uji ketersediaan ayati juga haris dilakukan pada anak-anak, orang
tua, serta pasien yang mengalami kerusakan pada saluran cerna, liver, atau
renal.
Tiga parameter yang biasa diukur yang
menggambarkan profil konsentrasi obat dalam darah dan waktu dari obat yang
diberikan :
1.
Konsentrasi
puncak (Cmaks)
Menggambarkan konsentrasi obat tertinggi
dalam sirkulasi sistemik.
Konsentrasi ini tergantung pada konstanta absorpsi, dosis, volume
distribusi dan waktu pencapaian konsentrasi obat maksimum dalam darah.
2.
Waktu untuk konsentrasi puncak (tmaks)
Menggambarkan lamanya waktu tersedia untuk
mencapai konsentrasi puncak dari obat dalam sirkulasi sistemik, dan parameter
ini tergantung pada konstanta absorpsi.
3.
Luas daerah dibawah kurva (AUC)
Merupakan total area di bawah kurva
konsentrasi vs waktu yamng menggambarkan jumlah obat yang berada dalam
sirkulasi sistemik. Parameter ini menggambarkan jumlah ketersediaan hayati.
- Metoda uji ketersediaan hayati sediaan pelepasan lambat
Dosis tunggal
a) Dosis tunggal sediaan pelepasan lambat
dibandingkan dengan
dosis tunggal sediaan pelepasan cepat
yang konvensional.
Gambar 1. Simulasi kurva kadar obat dalam plasma vs waktu dari obat dengan t1/2 1,7 jam
berdasarkan model farmakokinetika satu kompartemen
b) Dosis tunggal sediaan pelepasan lambat
dibandingkan dengan dosis berganda sediaan pelepasan cepat yang konvensional.
Profil kadar obat dalam darah sediaan pelepasan lambat dengan t½ 1 jam, yang dibandingkan dengan 3 dosis berturutan
dari obat yang sama dengan sediaan pelepasan cepat dapat dilihat
pada Gambar 2
Terjadi penurunan kadar puncak sampai 30% pada sediaan pelepasan lambat, tetapi luas area di bawah kurvanya relatif
sama
bila dibandingkan dengan sediaan pelepasan cepat. Profil kadar
obat dalam darah sediaan pelepasan lambat harus berada dalam batas-batas kadar
terapi obat tersebut. Hal ini harus dikaitkan dengan
efektivitas dan keamanan secara klinik.
Dosis
berganda
Seringkali tidak mungkin untuk mengevaluasi dengan baik ketersediaan hayati sediaan pelepasan lambat berdasarkan
dosis
tunggal, sehingga penelitian ketersediaan hayati dosis berganda
sediaan pelepasan lambat perlu dibandingkan dengan dosis
berganda sediaan pelepasan cepat yang konvensional.
Kriteria uji ketersediaan hayati
1. Uji ketersediaan hayati hendaknya dilakukan
dengan disain menyilang
(complete
cross-over design) dengan menggunakan standar pembanding.
2. Jumlah sukarelawan 20 orang.
3. Sukarelawan diperiksa kesehatannya, meliputi
pemeriksaan fisik dan laboratoris. Hanya sukarelawan sehat
yang boleh diikutsertakan dalam penelitian.
4. Sukarelawan berumur 18 - 50 tahun dengan berat
badan 10% dari berat badan idealnya.
5. Sukarelawan tidak diperkenankan meminum obat
apapun selama 1 minggu sebelum
penelitian berlangsung.
6. Sukarelawan
harus berpuasa 8 jam sebelum uji dilaksanakan. Obat diminum dengan 240 ml air.
Minuman dan makanan lain tidak boleh diberikan selama 4 jam sesudah pemberian obat. Komposisi makanan harus diseragamkan.
7. Sampel
darah harus dikumpulkan selama 12 jam atau lebih setelah pemberian obat.
8. Sampel
serum atau plasma hendaknya dianalisis dengan metoda spesifik dengan sensitivitas0,01 mcg/ml.
9. Wash-out
selama interval 1 minggu
10. Data
yang dianalisis mencakup kadar obat pada
setiap
periode sampling Cmaks,
tmaks, dan AUC.
11. Data
kadar obat dalam darah pada setiap sampling hendaknya dianalisis dengan
analisis varian untuk menguji
perbedaan antara obat yang diperbandingkan.
12. Bila
sediaan pelepasan lambat tersebut dinyatakan ekivalen terhadap regimen dosis
berganda suatu produk dengan pelepasan
cepat yang normal, maka data harus diberikan untuk membuktikan
pernyataan tersebut.
No comments:
Post a Comment