Wednesday, September 9, 2015

DESAIN UJI DISOLUSI



DESAIN UJI DISOLUSI

            Agar suatu obat diabsorbsi, mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan tempat absorpsi. Sebagai contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada saluran lambung-usus. Proses zat padat  masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan disebut disolusi.
Pada pemakaian produk tablet per oral, suatu obat untuk sampai dalam sirkulasi sistemik harus melalui tahapan : disintegrasi yang diikuti pelepasan bahan obat dari sediaan, pelarutan (disolusi) obat dalam media “aqueous”, dan absorpsi bahan obat melalui membran sel.

Uji disolusi merupakan suatu metode in vitro yang dapat digunakan untuk menilai pelepasan ukuran jumlah obat dari bentuk sediaan padat ke bentuk sediaan terlarut dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan suhu tubuh manusia, selain itu juga sebagai dasar untuk memperkirakan bioavaibilitas obat dalam tubuh. Pada waktu partikel obat mengalami disolusi , molekul obat pada permukaan masuk ke dalam larutan menciptakan lapisan jenuh obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan ini dikenal sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul obat keluar melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis serta absorpsi terjadi.
            Jika disolusi partikel obat tertentu cepat atau jika obat diberikan sebagai larutan dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi akan tergantung pada kesanggupan obat menembus membran. Jika disolusi partikel obat lambat, maka laju obat yang terabsorbsi akan tergantung pada proses disolusi partikel obat itu sendiri. Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan bagi obat untuk melarut dalam cairan pada tempat absorpsi, yang nantinya juga menentukan laju absorpsi. Laju disolusi ini berlaku untuk obat-obat yang diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul atau suspensi.
            Disolusi dari suatu obat  menurut persamaan Noyes-Whitney
: dc  =  KS(Cs-C)
  dt 
Keterangan :    dc        =  laju disolusi
                        dt
                         K        =  konstanta laju disolusi
                         S         =  luas permukaan zat padat yang melarut
                         Cs       =  konsentrasi obat dalam lapisan difusi
                         C        =  konsentrasi obat dalam medium disolusi pada waktu t

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi

1.      Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat
Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi meliputi
v Kelarutan
v Bentuk obat kristal/amorf
Diketahui bahwa hanya satu bentuk zat obat murni stabil pada suatu tekanan dan temperatur tertentu bersama bentuk lain yang disebut bentuk metastabil, yang berubah dengan perubahan waktu menjadi bentuk kristal yang stabil. Sifat dimana suatu zat kimia tunggal bisa ada dalam lebih dari satu bentuk kristal dikenal sebagai polimorfisme. Penggunaan bentuk metastabil umumnya menghasilkan kelarutan dan laju disolusi yang lebih tinggi dari bentuk kristal stabil obat yang sama. Jika semua faktor lainnya tetap konstan, absorpsi obat dapat berlangsung cepat dan sempurna. Contoh : Novobiosin dan kloramfenikol palmitat tidak aktif dalam bentuk kristal tetapi dalam bentuk amorf.
v       Bentuk hidrat solvasi
Keadaan hidrasi suatu obat mempengaruhi kelarutan dan pola absorpsi. Biasanya bentuk anhidrat dari suatu molekul organik lebih mudah larut dari pada bentuk hidratnya, contoh ampisilin bentuk anhidrat mempunyai kelarutan lebih besar dari bentuk trihidratnya.
v       Kompleksasi (berpengaruh pada Cs)
v       Ukuran partikel (berpengaruh pada S)
Dari persamaan diatas terlihat bahwa luas permukaan berbanding lurus dengan laju disolusi, dengan meningkatnya luas permukaan zat maka laju disolusi juga meningkat dan luas permukaan akan meningkat dengan memperkecil ukuran partikel.
v  Bentuk garam
Laju disolusi bentuk garam dari suatu obat berbeda dari senyawa induknya.Garam-garam natrium dan kalium dari asam organik lemah dan garam-garam HCl dari basa organik lemah lebih mudah larut dibandingkan dengan asam bebas atau basa bebasnya.
2.      Faktor yang berkaitan dengan formulasi sediaan
Faktor formulasi yang dapat mempengaruhi laju disolusi diantaranya :
v  Kecepatan disintegrasi (berpengaruh pada S)
v  Interaksi obat dengan eksipien (berpengaruh pada Cs)
v  Kekerasan (berpengaruh pada S)
v  Porositas (berpengaruh pada S)
3.      Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi oleh lingkungan selama percobaan yang
meliputi :
v  Kecepatan pengadukan (berpengaruh pada h)
Kecepatan pengadukan media akan mempengaruhi ketebalan lapisan difusi, semakin besar intensitas pengadukan maka semakin tipis lapisan difusi sehingga kecepatan disolusi bertambah, semakin tinggi kecepatan rotasi yang digunakan semakin cepat pengadukan dan dapat meningkatkan laju disolusi.
v  Suhu medium (berpengaruh pada D dan Cs)
v  PH medium(berpengaruh pada Cs)
Kecepatan disolusi asam lemah akan meningkat dengan meningkatnya pH begitu sebaliknya.
v       Viskositas medium
Viskositas yang besar akan memberikan koefisien difusi yang kecil, sehingga kecepatan disolusi berkurang.
v       Metoda uji yang dipakai
            Laju disolusi dari senyawa kimia umumnya ditentukan dengan dua metode permukaan konstan yang memberikan laju disolusi intrinsik dari zat tersebut. Metode permukaan konstan menggunakan suatu lempeng yang dikompresi dengan luas yang diketahui. Metode ini mengeliminasi luas permukaan dan muatan listrik permukaan sebagai variabel disolusi. Laju disolusi yang diperoleh dengan metoda ini dinamakan laju disolusi intrinsik, dan merupakan karakteristik dari masing-masing senyawa padat dan suatu pelarut yang diketahui pada kondisi eksperimen yang tetap. Harga tersebut umumnya dinyatakan sebagai miligram yang dilarutkan per menit sentimeter persegi(mg/menit cm2). Dalam disolusi partikel-partikel kecil sejumlah sampel serbuk yang ditimbang ditambahkan ke medium disolusi dalam suatu sistem pengadukan yang konstan. Metode ini digunakan untuk mengkaji pengaruh ukuran partikel, luas permukaan, bahan-bahan penambah ke zat aktif.
Prosedur penentuan kecepatan disolusi tablet
            Masukkan sejumlah Media disolusi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi hingga suhu 37o±0,5o , dan angkat termometer. Masukkan 1 tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan sediaan yang diuji dan segera jalankan alat. Dalam interval waktu yang ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding wadah.
Interpretasi
            Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah zat aktif yang terlarut dalam sediaan yang diuji sesuai dengan tabel penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian memenuhi tahap S1 atau S2. Q adalah jumlah zat aktif yang terlarut  seperti yang tertera dalam masing-masing monografi dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket.
Tahap
Jumlah yg diuji
Kriteria penerimaan
S1
6
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
S2
6
Rata-rata dari 12 unit (S1+S2) adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang lebih kecil dari Q-15%
S3
12
Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3) adalah sama dengan atau lebih besar dari 2 unit sediaan yg lebih kecil dari Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%

No comments:

Post a Comment