DESAIN UJI DISOLUSI
Agar suatu obat diabsorbsi,
mula-mula obat tersebut harus larut dalam cairan tempat absorpsi. Sebagai
contoh, suatu obat yang diberikan secara oral dalam bentuk tablet atau kapsul
tidak dapat diabsorbsi sampai partikel-partikel obat larut dalam cairan pada
saluran lambung-usus. Proses zat padat
masuk ke dalam pelarut menghasilkan suatu larutan disebut disolusi.
Pada pemakaian produk tablet
per oral, suatu obat untuk sampai dalam sirkulasi sistemik harus melalui
tahapan : disintegrasi yang diikuti pelepasan bahan obat dari sediaan,
pelarutan (disolusi) obat dalam media “aqueous”, dan absorpsi bahan obat melalui membran sel.
Uji disolusi merupakan suatu metode in vitro yang dapat
digunakan untuk menilai pelepasan ukuran jumlah obat dari bentuk sediaan padat
ke bentuk sediaan terlarut dalam waktu tertentu yang disesuaikan dengan suhu
tubuh manusia, selain itu juga sebagai dasar untuk memperkirakan bioavaibilitas
obat dalam tubuh. Pada waktu partikel obat mengalami disolusi , molekul
obat pada permukaan masuk ke dalam larutan menciptakan lapisan jenuh
obat-larutan yang membungkus permukaan partikel obat padat. Lapisan ini dikenal
sebagai lapisan difusi. Dari lapisan difusi ini, molekul obat keluar
melewati cairan yang melarut dan berhubungan dengan membran biologis serta
absorpsi terjadi.
Jika
disolusi partikel obat tertentu cepat atau jika obat diberikan sebagai larutan
dan tetap ada dalam tubuh seperti itu, laju obat yang terabsorbsi akan
tergantung pada kesanggupan obat menembus membran. Jika disolusi partikel obat
lambat, maka laju obat yang terabsorbsi akan tergantung pada proses disolusi
partikel obat itu sendiri. Laju disolusi merupakan waktu yang diperlukan bagi
obat untuk melarut dalam cairan pada tempat absorpsi, yang nantinya juga
menentukan laju absorpsi. Laju disolusi ini berlaku untuk obat-obat yang
diberikan secara oral dalam bentuk padat seperti tablet, kapsul atau suspensi.
Disolusi dari suatu obat menurut persamaan Noyes-Whitney
: dc =
KS(Cs-C)
dt
Keterangan : dc = laju disolusi
dt
K = konstanta laju disolusi
S = luas permukaan zat padat yang melarut
Cs = konsentrasi obat dalam lapisan difusi
C = konsentrasi obat dalam medium disolusi pada
waktu t
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Laju Disolusi
1.
Faktor yang berkaitan dengan sifat fisikokimia obat
Sifat-sifat fisikokimia dari obat yang mempengaruhi laju disolusi
meliputi
v
Kelarutan
v
Bentuk obat kristal/amorf
Diketahui bahwa hanya satu bentuk zat obat murni stabil pada suatu
tekanan dan temperatur tertentu bersama bentuk lain yang disebut bentuk metastabil,
yang berubah dengan perubahan waktu menjadi bentuk kristal yang stabil. Sifat
dimana suatu zat kimia tunggal bisa ada dalam lebih dari satu bentuk kristal
dikenal sebagai polimorfisme. Penggunaan bentuk metastabil umumnya
menghasilkan kelarutan dan laju disolusi yang lebih tinggi dari bentuk kristal
stabil obat yang sama. Jika semua faktor lainnya tetap konstan, absorpsi obat
dapat berlangsung cepat dan sempurna. Contoh : Novobiosin dan kloramfenikol
palmitat tidak aktif dalam bentuk kristal tetapi dalam bentuk amorf.
v
Bentuk hidrat solvasi
Keadaan hidrasi suatu obat
mempengaruhi kelarutan dan pola absorpsi. Biasanya bentuk anhidrat dari suatu
molekul organik lebih mudah larut dari pada bentuk hidratnya, contoh ampisilin
bentuk anhidrat mempunyai kelarutan lebih besar dari bentuk trihidratnya.
v
Kompleksasi (berpengaruh pada Cs)
v
Ukuran partikel (berpengaruh pada S)
Dari persamaan diatas terlihat
bahwa luas permukaan berbanding lurus dengan laju disolusi, dengan meningkatnya
luas permukaan zat maka laju disolusi juga meningkat dan luas permukaan akan
meningkat dengan memperkecil ukuran partikel.
v
Bentuk garam
Laju disolusi bentuk garam dari
suatu obat berbeda dari senyawa induknya.Garam-garam natrium dan kalium dari
asam organik lemah dan garam-garam HCl dari basa organik lemah lebih mudah
larut dibandingkan dengan asam bebas atau basa bebasnya.
2. Faktor
yang berkaitan dengan formulasi sediaan
Faktor formulasi yang dapat
mempengaruhi laju disolusi diantaranya :
v Kecepatan
disintegrasi (berpengaruh pada S)
v Interaksi
obat dengan eksipien (berpengaruh pada Cs)
v Kekerasan
(berpengaruh pada S)
v Porositas
(berpengaruh pada S)
3.
Faktor yang berkaitan dengan alat uji disolusi dan
parameter uji
Faktor ini sangat dipengaruhi
oleh lingkungan selama percobaan yang
meliputi :
v Kecepatan
pengadukan (berpengaruh pada h)
Kecepatan pengadukan media akan
mempengaruhi ketebalan lapisan difusi, semakin besar intensitas pengadukan maka
semakin tipis lapisan difusi sehingga kecepatan disolusi bertambah, semakin
tinggi kecepatan rotasi yang digunakan semakin cepat pengadukan dan dapat
meningkatkan laju disolusi.
v
Suhu medium (berpengaruh pada D dan Cs)
v
PH medium(berpengaruh pada Cs)
Kecepatan disolusi asam lemah
akan meningkat dengan meningkatnya pH begitu sebaliknya.
v
Viskositas medium
Viskositas yang besar akan
memberikan koefisien difusi yang kecil, sehingga kecepatan disolusi berkurang.
v
Metoda uji yang dipakai
Laju disolusi dari senyawa kimia
umumnya ditentukan dengan dua metode permukaan konstan yang memberikan laju
disolusi intrinsik dari zat tersebut. Metode permukaan konstan menggunakan
suatu lempeng yang dikompresi dengan luas yang diketahui. Metode ini
mengeliminasi luas permukaan dan muatan listrik permukaan sebagai variabel
disolusi. Laju disolusi yang diperoleh dengan metoda ini dinamakan laju
disolusi intrinsik, dan merupakan karakteristik dari masing-masing senyawa
padat dan suatu pelarut yang diketahui pada kondisi eksperimen yang tetap.
Harga tersebut umumnya dinyatakan sebagai miligram yang dilarutkan per menit
sentimeter persegi(mg/menit cm2). Dalam disolusi partikel-partikel
kecil sejumlah sampel serbuk yang ditimbang ditambahkan ke medium disolusi
dalam suatu sistem pengadukan yang konstan. Metode ini digunakan untuk mengkaji
pengaruh ukuran partikel, luas permukaan, bahan-bahan penambah ke zat aktif.
Prosedur penentuan kecepatan disolusi tablet
Masukkan
sejumlah Media disolusi ke dalam wadah, pasang alat, biarkan media disolusi
hingga suhu 37o±0,5o , dan angkat termometer. Masukkan 1
tablet atau 1 kapsul ke dalam alat, hilangkan gelembung udara dari permukaan
sediaan yang diuji dan segera jalankan alat. Dalam interval waktu yang
ditetapkan atau pada tiap waktu yang dinyatakan, ambil cuplikan pada daerah
pertengahan antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari
keranjang berputar atau daun dari alat dayung, tidak kurang 1 cm dari dinding
wadah.
Interpretasi
Kecuali
dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, persyaratan dipenuhi bila jumlah
zat aktif yang terlarut dalam sediaan yang diuji sesuai dengan tabel
penerimaan. Lanjutkan pengujian sampai tiga tahap kecuali bila hasil pengujian
memenuhi tahap S1 atau S2. Q adalah jumlah zat aktif yang
terlarut seperti yang tertera dalam
masing-masing monografi dinyatakan dalam persentase kadar pada etiket.
Tahap
|
Jumlah yg diuji
|
Kriteria penerimaan
|
S1
|
6
|
Tiap unit sediaan tidak kurang dari Q + 5%
|
S2
|
6
|
Rata-rata dari 12 unit (S1+S2)
adalah sama dengan atau lebih besar dari Q dan tidak satu unit sediaan yang
lebih kecil dari Q-15%
|
S3
|
12
|
Rata-rata dari 24 unit (S1+S2+S3)
adalah sama dengan atau lebih besar dari 2 unit sediaan yg lebih kecil dari
Q-15% dan tidak satu unit pun yang lebih kecil dari Q-25%
|
No comments:
Post a Comment