Tuesday, September 8, 2015

Penetrasi Obat Dari Sediaan Obat Mata



Penetrasi Obat Dari Sediaan Obat Mata

Tempat obat yang memungkinkan penetrasi ke dalam mata adalah kornea dan konjugtiva
Melewati kornea lebih besar dibanding dengan konjungtiva
Penetrasi pada konjungtiba akan lebih besar bila terjadi iritasi oleh bahan asing, bahan kimia atau mekain, bila ini terjadi zat aktif bisa menmbus konjungtiva dalam jumlah besar dan masuk ke aliran darah sehingga menimbulkan efek sistemik yang tidak diharapkan.
Penetrasi melalui kornea akan lebih besar bila terjadi penyempitan atau kecepatan aliran darah menurun dalam konjungtiva dengan adanya bahan adstringens.
Laju penetrasi obat melalui kornea tergantung dari beberapa  faktor, antara lain : koefisien partisis zat aktif, karena sifat dari epitel yang mengandung lipida; sesuai dengan hukum difusi Fick
Dimana jumlah obat yang berdisfusi :
Dimana :
 Km     = Koefisien partisi zat aktif
D         = kecepatan difusi zat aktif dalam lapisan lipida
H         = tebal membran lipid
A          = Luas permukaan
C         = konsentrasi zat aktif dalam sediaan

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penetrasi obat dari sediaan mata.
Kemampuan zat aktif untuk berpenetrasi ke dalam kornea tergantung pada :
·         Sifat kimia zat aktif
·         Formulasi sediaan
·         Faktor-faktor fisiologis

I. Faktor Fisiologis
·         Tergantung pada kondisi kornea dan konjungtiva
·         Bila ada luka, akibat partikel asing berupa bahan kimia atau mekanik à ini akan menaikkan permeabilitas kornea dan konjungtiva à menurunkan jumlah obat yang berpenetrasi
·         Adanya protein dalam air mata à dapat mengikat zat aktif tertentu à kecepatan penetrasi zat aktif tersebut menurun.

II. Faktor-faktor Fisikokimia
·         Karakteristik sifat fisikokimia, formula dan tekhnik pembuatan obat mata àmempengaruhiketersediaan hayati zat aktif
·         Sifat-sifat tersebut akakn :
o   Mempengaruhi tleransi mata pada obat
o   Meningkatkan pengeluaran aira mata
o   Mempengaruhi permeabilitas kornea dan konjungtiva

1. Tonisitas
·         Tonisitas air mata – tekanan 0,93% b/v NaCl dalam air à tidak menyebabkab rasa sakit dan mengiritasi
·         Hipertonisitas untuk obat mata yang dapat diterima 1,5% NaCl. Bila zat aktif dilarutkan dalam NaCl 0,8 – 0,9% à konsentrasi zat aktif yang dikandung tidak akan melebihi 1,5%NaCl
·         Pengenceran yang cepat oleh air mata dapat mengurangi resiko iritasi
·         0,9 – 1,0% tidak mempengaruhi permeabilitas dari kornea dan konjungtiva
·         Tetapi larutan zat aktif dalam pembawa larutan NaCl akan berpengaruh terhadap kecepatan penetrasi zat aktif. Karena NaCl yang hipertonis akan meningkatkan koefisien partisi zat aktif
·         Untuk larutan hipotonis akan mempengaruhi permeabilitas kornea & konjungtiva. Dan pengaruh yang kecil terhadap zat aktif.

2. Peranan pH
·         Dari sudut fisiologis pH ideal obat tetes mata adalah 7,4 – 7,65 à sangat jarang zat aktif yang stabil pada pH tersebut .
·         Didahulukan pHstabilitas zat aktif dalam batasan pHterbaik yang dapat diterima oleh mata
·         Larutan dapar isotonik pada pH 7,4 – 9,6 tidak mengiritasi mata
·         Cairan lakrimal mempunyai sistem dapar 7,4 yaitu dapat mengubah dengan cepat derajat keasaman sediaan dengan pH 3,4 -10,5. Dengan kapasitas dapar rendah ke pH yang dapat diterima yaitu sekitar 7,4.
·         Penetrasi zat aktif tergantung pada bilangan koefien partisi, semakin besar Km maka kecepatan penetrasi zat aktif semakin tinggi.
·         Tetes mata garam alkaloid pada pH 3,5. pH ini akan menjamin stabilitas zat aktif tersebut. Tetapi pada pH 3,5 ini zat aktif berada dalam bentuk terionisasi sehingga Km nya sangat rendah.
à  Saat pemakaian pH sediaan 3,5 berubah dengan adanya cairan lakrimal berubah ke pH air mata. Kecepatan perubahan tergantung pada kapasitas dapar yang terdapat dalam sediaan, bila kapasistas dapar tinggi à akan lambat atau sukar
à Dipilih dapar fosfat atau dapar borat untuk pembawa tetes mata.
·         Yang terbaik digunakan dapar yang telah dimodifikasi dengan penambahan NaCl yang berfungsi untuk menurunkan kapasitas dapart
·         Dapar fosfat yang telah dimodifikasi à ada pada FI III
 dan dapar borat. digunakan dapar yang telah dimodifikasi oleh palitzch yang terdapat dalam the Arts of Compounding dari Jenkin Cs.

3. peranan konsentrasi bahan aktif
·         Zat aktif berpenetrasi ke dalam kornea dengan cara difusi pasif à Hukum Fick à jumlah yang berpentrasi tergantung pada konsentrasi.
·         Bila  1 tetes obat tetes mata bervolume 0,05 ml sampai 0.075 ml dan diencerkan oleh air mata 0,01 ml
·         Untuk garam-garam alkaloid, sistem pengenceran penting untuk perubahan pH à meningkatkan Km.
·         Untuk zat aktif yang mengiritasi mata, zat aktif akan keluar dengan air mata à penetrasi tidak terjadi.
·         Pemakaian obat tetes mata seperlunya saja. Karena berlebihan disamping menyebabkan iritasi juga akan memperlabat perubahan pH ke 7,4.

4. Pengaruh kekentalan
·         Tujuan penambahan zatpengental pada tetes mata :
a.    Sebagai air mata buatan
b.    Sebagai bahan pelicin untuk lensa kontak
c.    Untuk meningkatkan kekentalan larutan agar waktu kontak sediaan dengan kornea semakin lama à  Semakin tinggi jumlah zat aktif yang bisa terpenetrasi à meninggikan tercapainya harapan efek terapi
·         Bahan pengental senyawa makromolekul seperti metil selulosa, akan menjerat zat aktif. Sehingga konsentrasi zat aktif yang bisa terpentrasi berkurang.
à Pemilihan zat pengental harus positif terhadap ketersediaan hayati zat aktif
·         Pada penambahan metil selulosa adanya penigkatan efek midriasis dalam kolirium homatripon atau efek miosis dari pilokarpin dengan penambahan pengental yang sama
·         Kekentalan optimal larut dalam air 25 – 55 cPc
·         Selain metil cellulosa dapakai hidroksi metil selulosa dan hidroksi etil selulosa.
à Natrium Karboksi Metil Selulosa jarang digunakan karena tidak tahan terhadap elektrolit (kekentalan menurun) kadang tidak tercampurkan dengan zat aktif.
·         Polivinil alkohol à bahan penyusun air mata buatan dan larutan pelincir untuk lensa kontak
à Pada umunya penggunaan senyawa selulosa dapat meningkatkan penetrasi obat tetes mata.  Sama halnya pada polivinil pirolidon dan dekstran.
·         Faktor-faktor lain dalam pemilihan bahan pengental
o   Ketahanannya waktu disterilisasi
o   Kemungkinan dapat disaring
o   Stabilitas
o   Ketidaktercampuran
o   Dll

5. Surfaktan
Surfaktan dalam obat tetes mata dapat memenuhi berbagai aspek :
a.    Sebagai anti mikroba (surfaktan gol. Kationik, spt: Benzalkonium Klorida, Setil Piridinium Klorida, dll
b.    Menurunkan tegangan permukaan antara obat mata dan kornea à meningkatkan aksi terapeutik zat aktif.
c.    Menigkatkan ketercampuran obat tetes mata dengan cairan lakrimal. Meningkatkan kontak zat aktif dengan kornea dan konjungtiva sehingga menigkatkan penembusan dan penetrasi obat
d.    Surfaktan tidak boleh meningkatkan pengeluaran air mata, tidak mengiritasi dan merusak kornea, surfaktan non ionik lebih dapat diterima dibanding surfaktan golongan lain.

No comments:

Post a Comment