Tuesday, September 8, 2015

PERTIMBANGAN DALAM PEMBUATAN OBAT MATA



Beberapa pertimbangan dalam pembuatan obat mata

A. Pertimbangan Umum
1. Sterilitas
à Semua sediaan harus dikerjakan seaseptis mungkin dan dilakukan proses sterilisasi disesuaikan dengan bentuk sediaannya
Ø  Semua obat mata harus dievaluasi bahwa benar-benar sediaan tersebut sudah steril
à Cara Sterilisasi
Cara basah, autoklaf, cara uap air mengalir,cara kering, cara titrasi, cara gas (etilen oksida, propilen oksida) cara radiasi ionisasi (persepatan elektron dan radio isotop)
  • Cara gas dan radiasi ionisasi kadang-kadang ada kemungkinan timbulnya bahan toksis sebagai akibat sterilisasi tersebut
  • Evaluasi dilakukan sebelum masuk wadah dan  pada sediaan akhir
Umumnya sterilisasiobat tetes mata dapat dilakukan sbb:
a)    Obat dilarutkan dalam cairan pembawa yang mengandung pengawet yang cocok dan larutan dijeenihkan dengan penyaringan dimasukkan dalam wadah, tutup wadah dan sterilkan dengan cara autoklaf pada suhu 115 - 116 C selama minimal 30 menit tergantung volume cairan yang disterilkan
b)    Obat dilarutkan dalam cairan pembawa steril yang mengandung pengawet yang cocok dan lartan dimasukkan ke dalam wadah yang sudah steril secara aseptis dan ditutup rapat
c)    Obat dilarutkan dalam cairan pembawa yang mengandung pengawet yang cocok dan dijernihkan dengan pengarangan, masukkan ke dalam wadah, tutup rapat dan sterilkan dengan uap air, mengalir ada suhu 98 – 100 C minimal 30 menit tergantung colume cairan.
2. Iriitasi
Ø  Iritasi pada mata dapat disebabkan oleh bahan aktif. Bahan pembantu atau pH yang tidak cocok
Ø  Iritasi bisa menyebabkan terjadinya perobahan tertentu dan akan menimbulkan air mata yang bertentangan engan difusi obat ke dalam mata
o   Efektifitas obat jadi sangat kecil.
3. Pengawet
Obat tetes mata harus steril, pengawet perlu ditambahkan terutama untuk dosis ganda.
Ø  Kontaminasi silang dapat terjadi pada waktu pengisian ke dalam wadah karena peralatan yang tidak sempurna sterilitasnya (karena efektifitias sterilisasi tergantung pada kandungan awal mikroba) dan juga terjadi selama pemakaian karena bentuk wadah yang tidak cocok.
Ø  Untuk mencegah kontaminasi
o   Perlu penambahan pengawet yang cocok
Isi obat mata dalam batas pemakaian (Fornas 8 ml, FI 10 ml max)
o   Peringatan pada pemakai , bahwa obat tetes mata dapat digunakan maksimal 30 hari sesudah tutup dibuka
Ø  Syarat – syarat pengawet pada tetes mata “
o   Harus efektif dan efisien
o   Tidak berinteraksi dengan bahan aktif atau bahan pembantu lainnya
o   Tidak mengiritasi mata
o   Tidak toksis
Ø  Pengawet yang biasa digunakan :
a.    Benzalkonium Klorida
·         Banyak digunakan karena efektif pada dosis kecil.
·         Bereaksi sebagai antimikroba sangat cepat.
·         Kelarutan rendah à rasa perih dimata.
·         Berinteraksi dengan surfaktan non ionik dan polimer yang menurunkan sifat pengawet
·         Digunakan dalam bentuk campuran antara meteil dan propil paraben
·         Metil paraben 0,03 – 0,1 %
Propil paraben 0,01 – 0,02 %
b.  Garam raksa
·         Untuk pilokarpin nitrat, pisostigmin salisilat atau fluoresin natrium tidak dapat digunakan benzalkonium klorida, digunakan senyawa raksa :
o   Fenil raksa (II) nitrat (PMN) : 0,002 – 0,004%
o   Fenil raksa (III) asetat (PMA):  0,005 – 0,2%
o   Tiomersal : 0,01 %
·         Mempunyai efektivitas yang tinggi pada pembawa dengan pH sedikit asam.
·         Dapat berinteraksi dengan senyawa halogen à senyawa yag kurang larut dalam air à mengurangi efektifitas pengawet.
·         Tiomerosal lebih baik karena kelarutan dalam air yang besar dengan stabilitas tinggi dan tidak menimbulkan penyakit mercuri alentis
c. Fenil etil alkohol
·         Aktivitas yang lemah , mudah menguap, dapat berinteraksi pada wadah plastik, mengurangi aktifitas. Kelarutan dalam air kecil, mudah didesak kelarutannya (Salting out), pedih di mata, digunakan pada kous 0,5%.

B. Pertimbangan pada proses pembuatan
àAdanya persyaran yang ketat pada obat mata untuk mendapatkan keamanan dan kefektifan yang tinggi. Untuk itu perlu diperhatikan hal – hal berikut:
1. Lingkungan kerja
Lingkungan kerja sangat berpengaruh pada keamanan stabilitas dan kemanjuran sediaan. Akrena lingkungan dapat mengakibatkan kontaminasi silang baik dengan mikroorganisme maupun jarah asing, ini mempengaruhi mutu sediaan akhir karena :
·         Jarah asing bila berupa bahan kimia dapat mempengaruhi stabilitas zat aktif dan keamanan sediaan akhir
·         Kontaminasi mikroorganisme, mempengaruhi stabilitas sediaan akhir terutama untuk sediaan yang dikerjakan secara aseptis tanpa sterilisasi akhir.
Efektifitas sterilisasi tergantung pada mikroba awal, untuk itu [ada pembuatan sediaan steril, bahan baku dan peralatan harus disterilkan lebih dulu, begitu pula standar ruangan utnuk pengerjaan aseptis harus dipenuhi. Seperti :
·         Kandungan mikroba
·         Kandungan partikel Map Cubic udara tidak lebih dari 100 partikel dengan ukuran lebih dari 0,5 µm
·         Sterilitas dan tekanan udara harus diperhitungkan. Tekanan udara di ruang steril harus lebih tinggi dari 1,5 mm kolom air sehingga tidak ada aliran udara dari luar ke ruang steril
·         Jumlah karyawan, karyawan yang berlebihan dapat menyebabkan turbulensi udara sehingga terjadi kontaminasi partikel pada larutan
·         Pengetahuan , keterampilan dan kemampuan karyawan hebdaknya disesuaikan dengan persyaratan kualisifikasi tugas.

2. Teknik Pembuatan
Tetes mata pada umumnya dibuat dengan cara : zat aktif dan bahan pembantu lain dilarutkan dengan seluruh air atau sebagian, setelah larut dan dijernihkan dengan cara penyaringan kemudian disterilkan dengan cara otoklaf, atau uap air mengalir atau dengan cara titrasi
Untuk tetes mata suspensi
zat aktif yang tidak larut dalam mensuspensikan kelarutan pembawa steril, dimana zat aktif sebelumnya telah disterilkan dengan cara sterilisasi kering, sterilisasi dengan gas, atau sterilisasi filtrasi yaitu zat aktif dilarutkan dengan pelarut steril yang tepat, kemudian titrasi dilakukan dan direkristalisasi kembali.
Ukuran partikel zat aktif 20 µm atau lebih kecil. Disuspensikan ke bagian larutan yang sudah steril. Cukupkan volume dan masukkan ke wadah steril.
3. Bahan baku
  • Bahan baku harus memenuhi persyaratant fisiko kimia maupun mikrobiologis. Karena efektifitas sterilisasi tergantung pada jumlah mikroba awal.
  • Bahan pembantu terbesar pada tetes mata adalah air. Untuk itu bahan baku air harus air murni (Puritiea water) kemudian disterilkan dan dibebaspirogenkan (air untuk injeksi)
4. Peralatan
Alat –alat yang dipakai dan ruang kerja.
Alat-alat harus terbuat dari bahan tahan korosif dan peralatan yang telah digunakan segera dibersihkan. agar  dapat dibersihkan, alat-alat harus:
  • Bagian yang dibersihkan midah dibongkar dan dipasang kembali
  • Tidak ada baian yang tidak dapat dijangkau pada waktu pembersihan
  • Tidak ada bagian yang dapat menahan sisa produk atau larutan pencuci
  • Bagian dalam peralatan tidak boleh berkarat atau mudah tergores permukaanya.
Ruang kerja harus dimonitor kebersihannya memenuhi persyaratan kerja baik selama pembuatan ataupun setelah sediaan jadi.

2 comments: