Saturday, September 12, 2015

praktikum minyak kelapa



PEMBUATAN MINYAK KELAPA DARI DAGING BUAH KELAPA (Cocos nucifera)

I.                   Tujuan
·         Mengetahui cara pembuatan minyak kelapa dari daging buah kelapa (Cocos nucifera).
·         Menentukan bobot jenis, indeks bias, dan bilangan asam dari minyak kelapa yang diperoleh.

II.                Tinjauan Pustaka
Minyak kelapa adalah minyak yang diperoleh dari daging buah kelapa (Cocos nucifera) dengan berbagai metoda pembuatan. Minyak kelapa telah digunakan secara turun temurun selama berabad-abad oleh nenek moyang bahkan sampai sekarang masih digunakan oleh penduduk pedalaman dan pedesaan dimana pohon kelapa tumbuh subur dan merupakan bahan makanan fungsional utama dari hasil pertanian mereka.

Dibandingkan dengan minyak sayur dan minyak yang berasal dari keluarga yang sama, minyak kelapa mutunya adalah paling tinggi berdasarkan pada besarnya kadar asam lemak jenuh dan asam laurat yang terkandung. Berdasarkan penelitian, kadar asam lemak jenuh dalam minyak kelapa adalah 92%. Paling tinggi dibandingkan yang lainnya.

Selain itu minyak asal keluarga kelapa mengandung anti mikroba alami yang poten karena kandungan asam lauratnya yang cukup tinggi (48%) yang hampir setara dengan air susu ibu (50%), juga asam kaprilik (8%) dan asam capric (7%).


Metoda pembuatan minyak kelapa ada bermacam-macam, diantaranya:
1.      Dengan penambahan zat-zat yang merangsang pembentukan minyak kelapa. Zat –zat ini dapat berupa getah pepaya (papain), air perasan nenas, ragi, atau pun dengan minyak itu sendiri.
2.      Pemanasan tidak dengan api langsung
3.      Pemanasan dengan api langsung.

Dengan cara pertama, akan diperoleh Virgin Coconut Oil (VCO) atau minyak kelapa mutu I yang berbau khas dan bening tak berwarna. Cara kedua akan memberikan minyak kelapa mutu II yang bening agak kekuningan. Sedangkan cara ketiga, menghasilkan minyak kelapa mutu III yang berwarna kuning.

Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa mutu terbaik. VCO mengandung asam laurat yang tinggi (sampai 53%) yang merupakan lemak jenuh dengan rantai karbon sedang (12 atom karbon) yang biasa disebut medium-chain fatty acid atau MCFA.

Berbeda dari minyak kelapa biasa, VCO dibuat dari buah kelapa tua yang masih segar dan tanpa pemanasan. Untuk menghasilkan 1 liter VCO dibutuhkan 15 – 17 butir kelapa. Proses yang tidak melibatkan pemanasan ini tidak saja dapat menghasilkan asam lemak rantai sedang, tetapi juga dapat menjamin keberadaan vitamin E dalam kandungannya.

Tidak seperti minyak jenis lain (seperti minyak hewani dan minyak sayur) yang mengandung asam lemak dengan rantai karbon panjang, VCO dengan MCFA ini secara fisiologis dan biologis aman karena tidak meningkatkan kadar kolesterol darah. VCO setelah dikonsumsi, sesampainya di saluran cerna akan segera diserap oleh dinding usus karena ukuran molekul komponennya yang kecil. Hal ini dapat terjadi tanpa melalui proses hidrolisa dan enzimatika. Kemudian, komponen VCO seperti asam laurat tersebut dipasok ke aliran darah dan dibawa ke hati untuk dimetabolisir. Di dalam hati minyak kelapa ini diproses untuk memproduksi energi saja dan bukan kolesterol dan jaringan adiposa.

Dalam pemanfaatannya, VCO dapat dikonsumsi secara langsung, sebagai emolien, zat tambahan untuk kosmetik atau sediaan farmasi lainnya, dan digunakan untuk memasak. Dengan struktur kimia yang tidak mengandung ikatan rangkap, minyak ini bersifat tahan terhadap panas, cahaya, oksigen, dan tahan terhadap proses degradasi. Dengan sifat tersebut VCO dapat disimpan dengan mudah pada suhu kamar selama bertahun-tahun.

Hasil-hasil penelitian menunjukkan bahwa pengguunaan VCO untuk memasak makanan akan meningkatkan ketahanan tubuh terhadap penyakit-penyakit yang mematikan. Dalam tubuh manusia, asam laurat akan diubah menjadi monolaurin, suatu senyawa monogliserida yang bersifat antivirus, antibakteri dan antiprotozoa.

Dengan sifatnya itu, monolaurin dapat menanggulangi serangan virus-virus seperti HIV, herpes simplex virus, vesicular stomatitis, visna virus, cytomegalovirus, influenza, dan berbagai bakteri patogen termasuk listeria monocytoenes dan helicobacter pyloryd, serta protozoa dan giardia lamblia.

Selain asam laurat, VCO juga mengandung asam capric yang juga bermanfaat bagi kesehatan. Dalam tubuh, asam lemak ini diubah menjadi monocaprin yang bermanfaat untuk mengobati virus HSV-2 dan HIV-1, dan bakteri Neisseria gonorrhoeae.

 



III.             Prosedur Kerja
            Alat
·         Botol kaca bermulut lebar
·         Sendok
·         Saringan
·         Kertas Tisu
·         Wadah penampung
·         Botol kecil
·         Kuali
·         Penangas air
·         Pignometer
·         Refraktometer Abbe

            Bahan
·         Buah kelapa tua 5 butir, diambil daging buahnya.
·         Papain, air nenas muda, ragi, atau VCO untuk memancing keluarnya minyak.
·         Eter dan etanol untuk penentuan bilangan asam.











            Cara Kerja
1.      Kelapa tua sebanyak 5 butir, diparut daging buahnya kemudian ditimbang.
2.      Lalu hasil parutan diperas, dengan peras kempa ataupun secara manual.
3.      Hasil perasan (santan) diamkan selama satu malam pada suhu kamar.
4.      Pisahkan air dengan krim yang terbentuk, bagian krim ditambah dengan salah satu zat pemancing minyak (papain, ragi, air nenas muda atau VCO yang telah jadi)
5.      Diamkan selama ±24 jam, kemudian saring. Diperoleh VCO.
6.      Ampas dari saringan tersebut dipanaskan di penangas air selama beberapa waktu hingga menggumpal. Kemudian saring, dan diperoeh minyak II.
7.      Ampas dari saringan yang kedua ini kemudian dipanaskan dengan api langsung di dalam kuali. Saring dan peras. Diperoleh minyak III.
8.      Lakukan penentuan Bobot Jenis, Indeks Bias, dan Bilangan asam.














IV.             Hasil dan Pembahasan
            Hasil
Dari praktikum yang kami lakukan, diperoleh hasil sebagai berikut:
Dari 5 butir kelapa tua diperoleh daging buah kelapa yang telah diparut sebanyak 1,95 kg.

·         VCO
Volume yang diperoleh 204 ml, bening tak berwarna, bau khas.
·         Minyak II
Volume yang diperoleh 36 ml, warna agak kekuningan, agak keruh, dan berbau khas.
·         Minyak III
Volume yang diperoleh 34 ml, berwarna kuning dan tembus cahaya (bening)

4.1.1 Perhitungan Bobot Jenis
      Penentuan bobot jenis dilakukan dengan menggunakan pignometer 10 ml dan alat timbangan digital. Diperoleh data sebagai berikut:
Berat pignometer kosong = 12,7534 g
Volume = 10 ml

VCO
Berat VCO + pignometer = 21,9570 g
Berat VCO = 21,9570 g – 12,7534 g = 9,2036 g


9,2036 g
 
 
10 ml
 
BJ VCO =             = 0,9237 g/ml



Minyak II
Berat minyak II + pignometer = 22,0072 g
Berat minyak II = 22,0072 g – 12,7534 g = 9,2254 g


9,2254 g
 
 
10 ml
 
BJ Minyak II =                 = 0,9225 g/ml


Minyak III
Berat minyak III + pignometer = 21,9900 g
Berat minyak III = 21,9900 g – 12,7534 g = 9,2366 g


9,2366 g
 
 
10 ml
 
BJ Minyak III =                = 0,9237


4.1.2 Penentuan Indeks bias dan perhitungan
Penentuan Indeks bias dilakukan dengan menggunakan Refraktometer Abbe. Diperoleh data:
VCO = 1,45645 pada suhu 31oC
Minyak II = 1,45644 pada suhu 35oC
Minyak III = 1,45645 pada suhu 35oC

Menurut Farmakope Indonesia edisi III, oleum cocos murni mempunyai Indeks bias 1,450 – 1,453 pada suhu 20oC. maka dapat dilakukan perhitungan menurut rumus berikut:
       nt = n20o + (20o – t). 2 x 10-4
dimana t adalah suhu pengukuran.

Maka dapat dihitung indeks bias VCO, minyak II, dan minyak III pada suhu 20oC:


VCO
nt = 1,453 + (20o – 31o). 2 x 10-4 = 1,4508
Minyak II
 nt = 1,453 + (20o – 35o). 2 x 10-4 = 1,450
Minyak III
nt = 1,453 + (20o – 35o). 2 x 10-4 = 1,450

Kedua data diatas, dapat dilakukan perbandingan.

4.1.3 Penentuan Bilangan asam
Penentuan bilangan asam dilakukan menurut cara yang tertera pada Farmakope Indonesia edisi III, adalah sebagai berikut:
Timbang saksama 10 g zat uji dalam labu 250 ml, tambahkan 50 ml campuran etanol (95%) P dan eter P volume sama yang telah dinetralkan dengan NaOH 0,1 M menggunakan indikator fenolftalein P. jika zat uji tidak larut dalam pelarut dingin, refluks hati-hati hingga larut. Titrasi dengan KOH 0,1 N sambil terus menerus dikocok hingga terjadi warna merah jambu yang mantap selama 15 detik. Hitung dengan rumus:


 


α adalah jumlah ml KOH 0,1 N yang diperlukan untuk titrasi zat uji.
g adalah bobot dalam gram zat uji.

Penentuan ini tidak dilakukan dalam praktikum karena ketidaktersediaan bahan (eter).




Perhitungan Rendemen


204 ml
 
 
1450 g
 
Rendemen VCO =                          x 100% = 14,07%


36 ml
 
 
1450 g
 
Rendemen minyak II =                 x 100% = 2,48%


34 ml
 
 
1450 g
 
Rendemen minyak III =               x 100% = 2,34%


            Pembahasan
Pada praktikum ini, digunakan 5 butir kelapa tua. Digunakan kelapa yang sudah tua karena semakin tua, kandungan minyaknya menjadi semakin banyak. Pemerasan dilakukan secara manual dengan tangan dan penambahan air. Setelah didiamkan selama ±12 jam (1 malam) terbentuk 3 lapisan, yakni air, krim dan minyak. Minyak telah terbentuk sebelum penambahan zat-zat pemancing pembentukan minyak, hal ini kemungkinan disebabkan oleh pengerjaan yang tidak steril sehingga ada kontaminasi mikroba yang mempercepat pembentukan minyak.

Setelah dilakukan proses pembuatan, diperoleh VCO, minyak II dan minyak III. VCO yang diperoleh hanya 204 ml (14,07%) yang cukup rendah kadarnya hal ini karena proses pemerasan yang dilakukan dengan tangan. Hasil yang lebih banyak akan diperoleh dengan pemerasan kempa. Begitu juga minyak II hanya 2,48% dan minyak III sebanyak 2,34%.

Dari penentuan bobo jenis diperoleh bobot jenis VCO adalah 0,9237, minyak II adalah 0,9225, dan minyak III adalah 0,9237. ketiga jeniss minyak ini tidak menunjukkan perbedaan yang berarti terhadap faktor bobot jenis. Akan tetapi jika dibandingkan dengan bobot jenis oleum cocos murni menurut literatur yakni 0,940 – 0,950, bobot jenis ketiga jenis minyak yang diperoleh lebih rendah.

Dari penentuan Indeks bias, diperoleh data indeks bias VCO adalah 1,45645 pada 31oC dibandingkan perhitungan berdasarkan literatur, pada suhu yang sama bobot jenis oleum cocos murni adalah 1,4508. Hal ini menunjukkan bahwa indeks bias VCO lebih tinggi dibandingkan oleum cocos murni. Begitu juga dengan minyak II dan minyak III dibandingkan oleum cocos murni. Jika VCO, minyak II, dan minyak III dibandingkan indeks biasnya, maka tidak terdapat perbedaan yang signifikan.

Penentuan bilangan asam untuk ketiga jenis minyak yang diperoleh tidak dilakukan pada praktikum kali ini disebabkan karena ketidaktersediaan bahan untuk melakukan penetuan bilangan asam tersebut. Menurut literatur, bilangan asam untuk oleum cocos adalah tidak lebih dari 0,2 dan oleum cocos murni adalah tidak lebih dari 1,0.















V.                Kesimpulan dan Saran
            Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut:
  1. VCO
Rendemen = 14,07%
Bobot Jenis = 0,9237
Indeks Bias =1,45645 pada 31oC
  1. Minyak II
Rendemen = 2,48%
Bobot jenis = 0,9225
Indeks bias = 1,45644 pada 35oC
  1. Minyak III
Rendemen = 2,34%
Bobot jenis = 0,9237
Indeks bias = 1,45645 pada 35oC

            Saran
Dalam melakukan praktikum pembuatan minyak kelapa ini hendaknya hati-hati dan bersih.

No comments:

Post a Comment