Wednesday, April 22, 2015

SISTEM PERNAPASAN

    SISTEM PERNAPASAN

 Pengertian Sistem Pernapasan

Sistem pernapasan atau respirasi adalah sistem organ pada manusia yang berfungsi untuk mengambil oksigen dari udara luar dan mengeluarkan karbondioksida melalui paru-paru. Pernapasan adalah suatu proses yang terjadi secara otomatis walau dalam keadaan tertidur sekalipun karena sistem pernapasan dipengaruhi oleh susunan saraf otonom.
Pernapasan atau respirasi adalah suatu proses mulai dari pengambilan oksigen, pengeluaran karbohidrat hingga penggunaan energi di dalam tubuh. Manusia dalam bernapas menghirup oksigen dalam udara bebas dan membuang karbondioksida ke lingkungan. Menurut tempat terjadinya pertukaran gas maka pernapasan dapat dibedakan atas 2 jenis, yaitu pernapasan luar dan pernapasan dalam. 
Pernapasan luar adalah pertukaran udara yang terjadi antara udara dalam alveolus dengan darah dalam kapiler, sedangkan pernapasan dalam adalah pernapasan yang terjadi antara darah dalam kapiler dengan sel-sel tubuh. Masuk keluarnya udara dalam paru-paru dipengaruhi oleh perbedaan tekanan udara dalam rongga dada dengan tekanan udara di luar tubuh. Jika tekanan di luar rongga dada lebih besar maka udara akan masuk. Sebaliknya, apabila tekanan dalam rongga dada lebih besar maka udara akan keluar.
 Jenis - Jenis Pernapasan
   a.     Pernapasan dada
   Pernapasan dada adalah pernapasan yang melibatkan otot antar tulang rusuk. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut :
  • Fase inspirasi, terjadi kontraksi otot antartulang rusuk sehingga rongga   dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 
  • Fase ekspirasi, terjadi relaksasi otot antara tulang rusuk ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar.
 b.      Pernapasan Perut
        Pernapasan perut adalah pernapasan yang melibatkan otot diafragma. Mekanismenya dapat dibedakan sebagai berikut:
  • Fase inspirasi, terjadi kontraksi otot diafragma sehingga rongga dada membesar, akibatnya tekanan dalam rongga dada menjadi lebih kecil daripada tekanan di luar sehingga udara luar yang kaya oksigen masuk. 
  • Fase ekspirasi, terjadi relaksasi otot diaframa ke posisi semula yang dikuti oleh turunnya tulang rusuk sehingga rongga dada menjadi kecil. Sebagai akibatnya, tekanan di dalam rongga dada menjadi lebih besar daripada tekanan luar, sehingga udara dalam rongga dada yang kaya karbon dioksida keluar. 
Struktur dan Fungsi Sistem Pernapasan
 Respirasi berlangsung dalam 3 fase, yaitu sebagai berikut :
1.        Respirasi eksternal atau respirasi luar
Respirasi luar merupakan proses pertukaran gas antara udara luar (atmosfer) dengan paru – paru. O2atmosfer ,asuk kedalam paru – apru dan CO2 dari paru – paru dikeluarkan ke atmosfer. Selanjutnya, O2 dari rongga paru – paru masuk ke dalam pembuluh darah vena pulmonalis (vena paru – paru) untuk dibawah ke jantung.
2.        Respirasi internal atau repirasi dalam
Respirasi dalam merupakan proses pertukaran gas dari aliran darah ke sel – sel tubuh, dan sebaliknya dari sel – sel ke tubuh aliran darah.
3.        Respirasi Sel
Di dalam sel tubuh, O2akan digunakan untuk mengoksidasi zat makanan (glukosa) sehingga dihasilkan energi yang sangat diperlukan tubuh.Jumlah O2 yang diperlukan tubuh tergantung dari berat badan dan aktivitas seseorang. Pada orang dengan berat badan 70 kg ketika istirahat rata – rata konsumsi oksigennya adalah 200 ml/kg/jam, namun pada waktu bekerja berat konsumsi oksigennya dapat mencapai 400ml/kg/jam. Volume udara repirasi pada setiap orang berbeda – beda, tegantung pada ukuran paru – paru, kekuatan bernafas, dan cara benafas. Pada orang dewasa, volume paru – paru berkisar antara 5-6 liter.
Sistem pernapasan pada manusia mencakup dua hal, yakni saluran pernapasan dan mekanisme pernapasan. Sistem respirasi atausistem pernafasan mencakup semua prosespertukaran gas yang terjadi antara atmosfir melaluirongga hidung→faring  laring→trakea→bronkus→bronkiolus→paru-paru→alveolus→sel-sel melalui dinding kapiler darah. Penjelasan saluran dan organ pernapasan adalah sebagai berikut:
1.        Hidung
Hidung berfungsi sebagai alat pernapasan dan indra pembau. Hidung terdiri atas lubang hidung, rongga hidung, dan ujung rongga hidung.Rongga hidung memiliki rambut, banyak kapiler darah, dan selalu lembap dengan adanya lendir yang dihasilkan oleh selaput mukosa.


Didalam rongga hidung, udara akan mengalami tahap sebagai berikut:
a.   Penyaringan
Ditujukan kepada benda-benda asing yang tidak berbentuk gas, misalnya debu. Benda-benda tersebut dihalangi oleh rambut-rambut yang tumbuh kearah luar lubang hidung.
b.  Penghangatan
Yaitu mengubah suhu udara agar sesuai dengan suhu tubuh. Penghangatan ini dimungkinkan karena didalam dinding rongga hidung terdapat konka yang banyak mengandung kapiler darah. Konka hidung (konka nasalis) adalah selaput lendir yang berlipat-lipat. Bila udara yang masuk suhunya lebih rendah dari suhu tubuh maka darah kapiler akan melepaskan energinya ke rongga hidung, sehingga suhu udara yang masuk menjadi hangat. Disamping menghangatkan udara, adanya lendir menyebabkan udara kering yang masuk ke rongga hidung menjadi lembab.
2.    Faring (tekak)
Faring merupakan tempat terjadinya persimpangan antara saluran pernapasan dengan saluran pencernaan. Pada bagian ini terdapat klep atau epiglotis yang bertugas mengatur pergantian perjalanan udara pernapasan dan makanan pada persimpangan tersebut.
3.    Laring (pangkal tenggorok)
Laring disebut juga pangkal tenggorok atau kotak suara.Laring terdiri atas tulang rawan yang membentuk jakun.Jakun tersusun atas tulang lidah, katup tulang rawan, perisai tulang rawan, piala tulang rawan, dan gelang tulang rawan.Pangkal tenggorok dapat ditutup oleh katup pangkal tenggorokan (epiglotis).Pada waktu menelan makanan, epiglotis melipat ke bawah menutupi laring sehingga makanan tidak dapat masuk dalam laring. Sementara itu, ketika bernapas epiglotis akan membuka.Pada pangkal tenggorok terdapat selaput suara atau lebih dikenal dengan pita suara.

4.    Trakhea (batang tenggorok)


Trakhea berbentuk seperti pipa yang panjangnya kira-kira 9 cm dan dindingnya terdiri atas tiga lapisan. Lapisan luar terdiri atas jaringan ikat, lapisan tengah terdiri atas otot polos dan cincin tulang rawan, sedangkan lapisan terdalam terdiri atas jaringan epitel bersilia.Trakea tersusun atas enam belas sampai dua puluh cincin-cincin tulang rawan yang berbentuk C. Cincin-cincin tulang rawan ini di bagian belakangnya tidak tersambung yaitu di tempat trakea menempel pada esofagus. Hal ini berguna untuk mempertahankan agar trakea tetap terbuka. Trakea dilapisi oleh selaput lendir yang dihasilkan oleh epitelium bersilia. Silia-silia ini bergerak ke atas ke arah laring sehingga dengan gerakan ini debu dan butir-butir halus lainnya yang ikut masuk saat menghirup napas dapat dikeluarkan. Di paru-paru trakea ini bercabang dua membentuk bronkus.
5.    Paru-paru
Paru-paru terletak dalam rongga dada. Letaknya di sebelah kanan dan kiri serta di tengahnya dipisahkan oleh jantung. Jaringan paru-paru mempunyai sifat elastik, berpori, dan seperti spon. Apabila diletakkan di dalam air, paru-paru akan mengapung karena mengandung udara di dalamnya. Paru-paru dibagi menjadi beberapa belahan atau lobus. Paru-paru kanan mempunyai tiga lobus dan paru-paru kiri dua lobus. Setiap lobus tersusun atas lobula. Paru-paru dilapisi oleh selaput atau membran serosa rangkap dua disebut pleura. Di antara kedua lapisan pleura itu terdapat eksudat untuk meminyaki permukaannya sehingga mencegah terjadinya gesekan antara paru-paru dan dinding dada yang bergerak saat bernapas. Dalam keadaan sehat kedua lapisan itu saling erat bersentuhan. Namun dalam keadaan tidak normal, udara atau cairan memisahkan kedua pleura itu dan ruang di antaranya menjadi jelas.Tekanan pada rongga pleura atau intratoraks lebih kecil daripada tekanan udara luar (± 3–4 mmHg).
Paru-paru terdiri atas :
a.         Bronkus (cabang batang tenggorokan)
Bronkus berjumlah sepasang, yang satu menuju ke paru-paru kanan dan yang satu lagi menuju ke paru-paru kiri. Tempat percabangan ini disebut bifurkase. Bronkus mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama. Bronkus yang ke kiri lebih panjang dan sempit serta kedudukannya lebih mendatar.
b.      Bronkiolus
Bronkiolus merupakan cabang dari bronkus, dindingnya lebih tipis dan salurannya lebih kecil. Semakin kecil salurannya, semakin berkurang tulang rawannya dan akhirnya tinggal dinding fibrosa dengan lapisan silia. Setiap bronkiolus terminal (terakhir) bermuara ke dalam seberkas kantung-kantung kecil mirip anggur yang disebut alveolus.
c.       Alveolus
Alveolus merupakan saluran akhir dari alat pernapasan yang berupa gelembung-gelembung udara. Dindingnya tipis, lembab, dan berlekatan erat dengan kapiler – kapiler darah. Alveolus terdiri atas satu lapis sel etitelium pipih dan disinilah darah hamper langsung bersentuhan dengan udara. Adanya alveolus memungkinkan terjadinya perluasan daerah permukaan yang berperan penting dalam pertukaran gas O2 dari udara bebas ke sel – sel darah dan CO2 dari sel – sel darah ke udara. Jumlahnya lebih kurang 300 juta buah. Dengan adanya alveolus, luas permukaan paru – paru di perkirakan mencapai 160 m2 atau 100 kali lebih luas dari pada luas permukaan tubuh. 


Mekanisme Pernapasan
Mekanisme ini terbagi pada tarikan nafas (inspirasi) dan hembusan nafas (ekspirasi) yang melibatkan berapa bagian tubuh, antara lain:
  • Otot interkosta 
  • Tulang rusuk 
  • Diafragma 
  • Isi padu rongga toraks 
  • Tekanan udara di paru- paru
a.   Inspirasi
Saat menarik napas (inspirasi), otot interkosta luar berkontraksi (tulang rusuk dinaikkan ke atas); otot diafragma berkontraksi (diafragma menjadi datar), isi pada rongga toraks bertambah dan tekanan udara paru-paru menjadi rendah, tekanan udara di luar yang lebih tinggi mendorong udara ke dalam paru-paru.
b.   Ekspirasi
Saat menghembuskan napas (ekspirasi), otot interkosta luar mengendur (tulang rusuk dmenurun ke bawah); otot diafragma mengendur (diafragma melengkung ke atas), isi pada rongga toraks berkurang dan tekanan udara paru-paru menjadi tinggi, tekanan udara dalam paru-paru yang lebih tinggi mendorong udara keluar.

Mekanisme Jalannya Udara pada Saat Bernapas

Paru-paru mamalia terletak dalam rongga dada. Paru-paru mamalia mempunyai tekstur yang mirip spons dan berbentuk seperti sarang lebah dengan epithelium lembap yang berfungsi sebagai pertukaran respirasi. Luas total permukaan epithelium (sekitar 100 m2 pada manusia) sudah cukup untuk melakukan pertukaran gas untuk keseluruhan tubuh. Sebuah sistem saluran yang bercabang mengirimkan udara ke paru-paru. Udara masuk melalui lubang hidung kemudian disaring oleh rambut, dihangatkan, dilembapkan, dan dicek jika ada bebauan, sementara udara mengalir berbagai ruang di dalam rongga hidung. Rongga hidung mengarah ke faring, semacam persimpangan dimana jalur untuk udara dan makanan saling silang. Ketika makanan ditelan, laring bergerak ke atas dan merebahkan epiglottis di atas glotis. Hal tersebut membuat makanan dapat masuk ke esophagus hingga lambung. Pada waktu lain, glotis berada dalam keadaan terbuka dan manusia dapat bernafas. Dinding laring diperkuat dengan tulang rawan. Pada manusia dan mamalia lain, laring diadaptasikan sebagai kotak suara. Ketika ada udara dihembuskan udara tersebut akan melintasi pasang pita suara dalam laring, kemudian suara dihasilkan ketika otot sadar dalam kotak suara menjadi tegang dan meregangkan pita suara tersebut sehingga pita suara bergetar. Suara berada tinggi dihasilkan ketika pita suara sangat teregang dan bergetar cepat; suara bernada rendah berasal dari pita suara yang tidak terlalu tegang bergetar secara perlahan.
Dari laring, udara lewat ke dalam trakea atau batang tenggorokan. Cincin tulang rawan (sebenarnya berbentuk seperti huruf C) mempertahankan bentuk trakea. Trakea bercabang menjadi dua bronki (tunggal, bronkus) masing-masing menuju ke setiap paru-paru. Di dalam paru-paru bronkus bercabang secara berulang-ulang menjadi pipa yang semakin halus disebut sebagai bronkiolus. Keseluruhan system saluran udara tampak seperti pohon terbalik, dimana batang berperan sebagai trakea. Epithelium yang melapisi cabang utama pohon respirasi ditutupi oleh silia dan sebuah lapisan tipis mukus. Mukus akan menjerat debu, serbuk sari, dan partikel partikel kontaminan lainnya. Silia yang berdenyut menggerakkan mukus ke arah atas menuju faring dimana mukus dapat ditelan ke dalam esophagus. Proses ini membantu membersihkan sistem respirasi.
Pada ujungnya, bronkiolus yang paling kecil berakhir dan membentuk sekumpulan kantung udara yang disebut alveoli (tunggal, alveolus). Epithelium tipis yang terdiri dari jutaan alveoli di dalam paru-paru berfungsi sebagai permukaan respirasi. Oksigen di udara yang dikirimkan ke alveoli melalui pohon respirasi akan larut dalam lapisan tipis yang lembap dan berdifusi melewati epithelium dan masuk ke dalam suatu jaringan kapiler yang mengelilingi masing-masing alveolus. Karbondioksida berdifusi dari kapiler, menembus epithelium alveolus dan masuk ke dalam ruangan udara.

Ventilasi Paru-paru

 Vertebrata memventilasi paru-parunya dengan cara bernapas yaitu penghirupan (inhalasi) dan penghembusan (ekshalasi) udara secara bergantian. Ventilasi mempertahankan konsentrasi oksigen maksimum dan konsentrasi karbondioksida minimum di dalam alveoli. Mamalia memventilasi paru-parunya dengan pernapasan bertekanan negatif, yang bekerja seperti pompa penyedot udara dan bukan mendorong udara sehingga udara mengalir ke paru-paru. Pernapasan dengan tekanan negatif disebabkan oleh perubahan volume paru-paru dan bukan oleh perubahan volume rongga mulut.
Kerja otot mengubah volume rongga dada dan sangkar tulang rusuk kemudian paru-paru menyusul berbuat hal yang sama. Hal ini dapat terjadi karena paru-paru terbungkus oleh kantung dinding ganda. Lapisan bagian dalam kantung itu menempel ke bagian luar menempel ke dinding rongga dada. Sebuah ruang tipis yang terisi penuh dengan cairan memisahkan kedua lapisan itu. Karena tegangan permukaan, maka kedua lapisan berperilaku seperti dua lempengan gelas yang ditempelkan bersama-sama oleh suatu lapisan tipis air. Lapisan-lapisan tersebut dapat menggelincir dengan mulus satu sama lain, tetapi lapisan-lapisan itu tidak dengan mudah dapat dipisahkan. Tegangan permukaan juga menyambung pergerakan paru-paru dengan tulang rusuk.
Volume paru-paru meningkat sebagai akibat kontraksi otot rusuk dan diafragma, lapisan otot rangka yang membentuk dinding dasar pada rongga dada. Kontraksi otot rusuk membesarkan sangkar tulang rusuk dengan cara menarik tulang rusuk ke arah atas dan tulang dada ke arah luar. Saat bersamaan, rongga dada membesar ketika diafragma berkontraksi dan turun seperti piston. Semua perubahan tersebut meningkatkan volume paru-paru dan sebagai akibatnya, tekanan udara di dalam alveoli menjadi lebih rendah dibandingkan tekanan di atmosfer. Karena udara mengalir dari tekanan tinggi ke tekanan rendah, maka udara mengalir dari lubang hidung dan masuk ke pipa pernapasan sampai ke alveoli. Selama ekhalasi, otot tulang rusuk dan diafragma relaksasi, volume paru-paru berkurang, dan peningkatan tekanan udara di dalam alveoli memaksa udara naik ke pipa pernapasan dan keluar melalui lubang hidung.
Kontraksi otot tuselang rusuk dan diafragma bertanggung jawab atas peningkatan volume paru-paru selama pernapasan dangkal, ketika mamalia dalam kondisi istirahat. Selama aktivitas fisik berat, otot lain pada leher, punggung, dan dada selanjunya meningkatkan volume paru-paru dengan cara menaikkan peregangn sangkar tulang rusuk lebih jauh.
Volume udara yang dihirup dan dikeluarkan pada pernapasan normal disebut sebagai udara tidal. Volume udara tidal pada manusia 500mL. Volume udara maksimum yang dapat dihirup dan dikeluarkan selama pernapasan yang dipaksa disebut kapasitas vital. Volume kapasitas vital yaitu 3400mL dan 4800mL, secara berturut-turut untuk wanita dan laki-laki. Kapasitas vital bergantung pada berbagai faktor, salah satunya kelenturan paru-paru. Paru-paru sebenarnya dapat menampung lebih banyak udara dibandingkan dengan kapasitas vitalnya, tetapi hal yang tidak mungkin adalah mengempiskan alveoli sepenuhnya, maka masih terdapat udara sisa.
Pusat kontrol pernapasan berlokasi pada medulla oblongata dan pons. Pusat kontrol di pons membantu agar pusat medulla menentukan irama dasar pernapasan. Ketika manusia bernapas dalam-dalam, mekanisme umpan balik negatif mencegah paru-paru supaya tidak membesar secara berlebihan. Sensor peregangan dalam jaringan paru-paru mengirimkan impuls saraf kembali ke medula yang akan menghambat pusat kontrol pernapasannya.
Pusat kontrol medulla oblongata membantu mempertahankan homeostatis dengan cara memonitor kadar CO2 dalam darah dan mengatur jumlah CO2 yang dibuang oleh alveoli. Petunjuk utama mengenai konsentrasi CO2 datang dari munculnya perubahan pH darah dan cairan jaringan (cairan serebrospinal) yang menggenangi otak. Karbondioksida bereaksi dengan air untuk membentuk asam karbonat, yang akan menurunkan pH. Ketika pusat kontrol yang berada di medulla mendeteksi penurunan pH (peningkatan CO2) cairan serebrospinal atau darah akan meningkatkan kedalaman laju pernapasan dan kelebihan CO2 dibuang ke udara. Hal ini terjadi ketika olahraga.
Konsentrasi O2 dalam darah umumnya mempunyai sedikit pengaruh pada pusat kontrol pernapasan. Akan tetapi, ketika kadar O2 turun (misal pada tempat yang berketinggian tinggi) maka sensor O2 di aorta dan arteri carotid di leher akan mengirimkan sinyal peringatan pada pusat kontrol pernapasan dan pusat itu merespon dengan cara meningkatkan kedalaman dan laju pernapasan. Peningkatan kadar karbondioksida menunjukkan indikasi bahwa adanya penurunan oksien. Karena karbondioksida dihasilkan melalui proses yang sama dengan yang mengkonsumsi oksigen yaitu respirasi seluler. Tetapi, pusat kontrol pernapasan dapat dikelabui dengan ventilasi yang berlebihan. Pernapasan yang dalam dan cepat dapat secara berlebihan mengeluarkan banyak CO2 dari darah sehingga pusat pernapasan sementara terhenti dalam mengirimkan impuls ke otot tulang rusuk dan diafragma. Pernapsan terhenti sampai kadar CO2 meningkat cukup banyak untuk menghidupkan kembali pusat pernapasan.

 Sediaan Inhaler Aerosol
 Terapi inhalasi merupakan satu teknik pengobatan penting dalam proses pengobatan penyakit respiratori (saluran pernafasan) akut dan kronik. Penumpukan mukus di dalam saluran napas, peradangan dan pengecilan saluran napas ketika serangan asma dapat dikurangi secara cepat dengan obat dan teknik penggunaan inhaler yang sesuai. 
Terapi inhalasi dapat menghantarkan obat langsung ke paru-paru untuk segera bekerja. Dengan demikian, efek samping dapat dikurangi dan jumlah obat yang perlu diberikan adalah lebih sedikit dibanding cara pemberian lainnya. Sayangnya pada cara pemberian ini diperlukan alat dan metoda khusus yang agak sulit dikerjakan, sukar mengatur dosis, dan sering obatnya mengiritasi epitel paru.
Terapi inhalasi adalah pemberian obat ke dalam saluran napas dengan cara inhalasi. Terapi inhalasi juga dapat diartikan sebagai suatu pengobatan yang ditujukan untuk mengembalikan perubahan-perubahan patofisiologi pertukaran gas sistem kardiopulmoner ke arah yang normal, seperti dengan menggunakan respirator atau alat penghasil aerosol.

Proses absorbsi sediaan inhaler aerosol
            Untuk memahami tentang penggunaan serta farmakokinetik (terutama absorpsi dan bioavailabilitas) dan farmakodinamik obat secara inhalasi, sebelumnya kita harus memahami anatomi dan fisiologi pernapasan terlebih dahulu.
Secara fungsional saluran pernapasan dibagi atas bagian yang berfungsi sebagai konduksi (penghantar udara) dan bagian yang berfungsi sebagai respirasi (pertukaran gas). Pada bagian konduksi, udara bolak-balik di antara atmosfir dan jalan napas seakan organ ini tidak berfungsi (dead space), akan tetapi organ tersebut selain sebagai konduksi juga berfungsi sebagai proteksi dan pengaturan kelembaban udara. Adapun yang termasuk ke dalam konduksi adalah rongga hidung, rongga mulut, faring, laring, trakea, sinus bronkur dan bronkiolus nonrespiratorius
Pada bagian respirasi akan terjadi pertukaran udara (difus) yang sering disebut dengan unit paru (lung unit), yang terdiri dari bronkiolus respiratorius, duktus alveolaris, atrium dan sakus alveolaris. Secara histologis epitel yang melapisi permukaan saluran pernapasan terdiri dari epitel gepeng berlapis berkeratin dan tanpa keratin di bagian rongga mulut; epitel silindris bertingkat bersilia pada rongga hidung, trakea, dan bronkus; epitel silindris rendah/kuboid bersilia dengan sel piala pada bronkiolus terminalis; epitel kuboid selapis bersilia pada bronkiolus respiratorius; dan epitel gepeng selapis pada duktus alveolaris dan sakus alveolaris serta alveolus. Di bawah lapisan epitel tersebut terdapat lamina propria yang berisi kelenjar-kelenjar, pembuluh darah, serabut saraf dan kartilago. Dan berikutnya terdapat otot polos dan serabut elastin.
Dari semua itu barulah kita pahami bagaimana obat dapat masuk dan bekerja pada paru-paru. Obat masuk dengan perantara udara pernapasan (mekanisme inspirasi dan ekspirasi) melalui saluran pernapasan, kemudian menempel pada epitel selanjutnya diabsorpsi dan sampai pada target organ bisa berupa pembuluh darah, kelenjar dan otot polos. Agar obat dapat sampai pada saluran napas bagian distal dan mencapai target organ, maka ukuran partikel obat harus disesuaikan dengan ukuran/ diameter saluran napas.
Tujuan dan sasaran sediaan inhaler aerosol

Karena terapi inhalasi obat dapat langsung pada sasaran dan absorpsinya terjadi secara cepat dibanding cara sistemik, maka penggunaan terapi inhalasi sangat bermanfaat pada keadaan serangan yang membutuhkan pengobatan segera dan untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkannya. Biasanya terapi inhalasi ditujukan untuk mengatasi bronkospasme, mengencerkan sputum, menurunkan hipereaktiviti bronkus, serta mengatasi infeksi. Terapi inhalasi ini baik digunakan pada terapi jangka panjang untuk menghindari efek samping sistemik yang ditimbulkan obat, terutama penggunaan kortikosteroid.
Cara penggunaan berbagai terapi inhalasi
 
Ada beberapa cara dalam terapi inhalasi :
(1) inhaler dosis terukur (MDI, metered dose inhaler)
(2) penguapan (gas powered hand held nebulizer)
(3) inhalasi dengan intermitten positive pressure breathing (IPPB)
(4) pemberian melalui intubasi pada pasien yang menggunakan ventilator.
  
A. Inhaler dosis terukur
Inhaler dosis terukur atau lebih sering disebut MDI diberikan dalam bentuk inhaler aerosol dengan/ tanpa spacer dan bubuk halus (dry powder inhaler) yaitu diskhaler, rotahaler, dan turbohaler. Pada umumnya digunakan pada pasien yang sedang berobat jalan dan jarang dipergunakan di rumah sakit. Cara ini sangat mudah dan dapat dibawa kemana-mana oleh pasien, sehingga menjadi pilihan utama pagi penderita asma. MDI terdiri atas 2 bagian, yaitu bagian kotak yang mengandung zat dan bagian mouthpiece. Bila bagian kotak yang mengandung zat ini dibuka (ditekan), maka inhaler akan keluar melalui mouthpiece. 


Pemakaian inhaler aerosol

Inhaler dikocok lebih dahulu agar obat homogen, lalu tutupnya dibuka, inhaler dipegang tegak, kemudian dilakukan maksimal ekspirasi pelan-pelan, mulut inhaler diletakan di antara kedua bibir, lalu katupkan kedua bibir dan lakukan inspirasi pelan-peran. Pada waktu yang sama kanester ditekan untuk mengeluarkan obat tersebut dan penarikan napas diteruskan sedalam-dalamnya, tahan napas sampai 10 detik atau hitungan 10 kali dalam hati. Prosedur tadi dapat diulangi setelah 30 detik sampai 1 menit kemudian tergantung dosis yang diberikan oleh dokter. 

Pemakaian inhaler aerosol dengan ruang antara (spacer)

Inhaler dikocok lebih dahulu dan buka tutupnya, kemudian mulut inhaler dimasukan ke dalam lubang ruang antara  mouth piece diletakan di antara kedua bibir, lalu kedua bibir dikatupkan, pastikan tidak ada kebocoran. Kemudian tangan kiri memegang spacer, dan tangan kanan memegang kanester inhaler tekan kanester sehingga obat akan masuk ke dalam spacer, kemudian tarik napas perlahan dan dalam, tahan napas sejenak, lalu keluarkan napas lagi. Hal ini bisa diulang sampai merasa yakin obat sudah terhirup habis. 

Pemakaian diskhaler


Lepaskan tutup pelindung diskhaler, pegang kedua sudut tajam, tarik sampai tombol terlihat tekan kedua tombol dan keluarkan talam bersamaan rodanya letakkan diskhaler pada roda, angka 2 dan 3 letakkan di depan bagian mouth piece  masukan talam kembali, letakan mendatar dan tarik penutup sampai tegak lurus dan tutup kembali keluarkan napas, masukan diskhaler dan rapatkan bibir, jangan menutupi lubang udara, bernapas melalui mulut sepat dan dalam, kemudian tahan napas, lalu keluarkan napas perlahan-lahan. Putar diskhaler dosis berikut dengan menarik talam keluar dan masukan kembali. 

Pemakaian rotahaler

Pegang bagian mulut rotahaler secara vertikal, tangan lain memutar badan rotahaler sampai terbuk, masukan rotacaps dengan sekali menekan secara tepat ke dalam lubang empat persegi sehingga puncak rotacaps berada pada permukaan lubang, pegang permukaan rotahaler secara horizontal dengan titik putih di atas dan putar badan rotahaler berlawanan arah sampai maksimal untuk membuka rotacap. Kemudian keluarkan napas semaksimal mungkin di luar rotahaler, masukan rotahaler dan rapatkan bibir dengan kepala agak ditinggikan dengan kepala agak ditengadahkan ke belakang, hiruplah dengan kuat dan dalam, kemudian tahan napas selama mungkin. Lalu keluarkan rotahaler dari mulut, sambil keluarkan napas secara perlahan-lahan.

Pemakaian turbohaler

Putar dan lepas penutup turbohaler, pegang turbohaler dengan tangan kiri dan menghadap atas lalu dengan tangan kanan putar pegangan (grip) ke arah kanan sejauh mungkin kemudian putar kembali keposisi semula sampai terdengar suara klik, hembuskan napas maksimal di luar turbohaler, letakkan mouth piece di antara gigi, rapatkan kedua bibir sehingga tidak ada kebocoran di sekitar mouth piece kemudian tarik napas dengan tenang sekuat dan sedalam mungkin sebelum menghembuskan napas, keluarkan turbohaler dari mulut. Jika yang diberikan lebih dari satu dosis ulangi tahapan 2 – 5 (tanda panah) dengan selang waktu 1 – 2 menit – pasang kembali tutupnya.

Setelah penggunaan inhaler

Basuh dan kumur dengan menggunakan air. Ini untuk mengurangi/ menghilangkan obat yang tertinggal di dalam rongga mulut dan tenggorokan, juga untuk mencegah timbulnya penyakit di mulut akibat efek obat (terutama kortikosteroid).

Cara mencuci


Kegagalan mencuci inhaler dengan cara yang benar akan menimbulkan sumbatan dan pada akhirnya dapat mengurangi jumlah/ dosis obat. Cuci bekas serbuk yang tertinggal di corong inhaler. Keluarkan bekas obat dan basuh inhaler dengan air hangat dengan sedikit sabun. Keringkan dan masukan kembali ke dalam tempatnya.

Bagaimana cara untuk mengetahui inhaler sudah kosong


Setiap inhaler telah dilabelkan dengan jumlah dos yang ada. Contoh di bawah akan menerangkan bagaimana untuk menentukan kandungan obat di dalam inhaler. Jika botol obat mengandungi 200 hisapan dan kita harus mengambil 8 hisapan sehari, maka obat habis dalam 25 hari. Jika kita mula menggunakan inhaler pada tanggal 1 Mei, maka gantikan inhaler tersebut dengan yang baru pada/atau sebelum tanggal 25 Mei.Tulis tanggal mula menggunakan inhaler pada botol obat untuk menghindari kesalahan. Kandungan inhaler juga boleh diperkirakan dengan cara memasukkan botol obat ke dalam air. Kedudukan botol obat di dalam air menggambarkan kandungan obat dalam inhaler.
B. Penguapan (nebulizer)


Cara ini digunakan dengan memakai disposible nebulizer mouth piece dan pemompaan udara (pressurizer) atau oksigen. Larutan nebulizer diletakan di dalam nebulizer chamber. Cara ini memerlukan latihan khusus dan banyak digunakan di rumah sakit. Keuntungan dengan cara ini adalah dapat digunakan dengan larutan yang lebih tinggi konsentrasinya dari MDI. Kerugiannya adalah hanya 50 – 70% saja yang berubah menjadi aerosol, dan sisanya terperangkap di dalam nebulizer itu sendiri.
Jumlah cairan yang terdapat di dalam hand held nebulizer adalah 4 cc dengan kecepatan gas 6 – 8 liter/ menit. Biasanya dalam penggunaannya digabung dalam mukolitik (asetilsistein) atau natrium bikarbonat. Untuk pengenceran biasanya digunakan larutan NaCl. Cara menggunakannya yaitu, buka tutup tabung obat, masukan cairan obat ke dalam alat penguap sesuai dosis yang ditentukan. Gunakan mouth piece atau masker (sesuai kondisi pasien). Tekan tombol “on” pada nebulizer. Jika memakai masker, maka uap yang keluar dihirup perlahan-lahan dan dalam inhalasi ini dilakukan terus menerus sampai obat habismasker. Bila memakai mouth piece, maka tombol pengeluaran aerosol ditekan sewaktu inspirasi, hirup uap yang keluar perlahan-lahan dan dalam. Hal ini dilakukan berulang-ulang sampai obat habis (10 – 15 menit). 

Beberapa contoh jenis nebulizer antara lain: 
  • Simple nebulizer/ Jet nebulizer: menghasilkan partikel yang lebih halus, yakni antara 2 – 8 mikron. Biasanya tipe ini mempunyai tabel dan paling banyak dipakai di rumah sakit. Beberapa bentuk jet nebulizer dapat pula diubah sesuai dengan keperluan, sehingga dapat digunakan pada ventilator dan IPPB, dimana dihubungkan dengan gas kompresor 
  • Ultrasonik nebulizer: alat tipe ini menggunakan frekuensi vibrator yang tinggi, sehingga dengan mudah dapat mengubah cairan menjadi partikel kecil yang bervolume tinggi, yakni mencapai 6 cc/menit dengan partikel yang uniform. Besarnya partikel adalah 5 mikron dan partikel dengan mudah masuk ke saluran pernapasan, sehingga dapat terjadi reaksi, seperti bronkospasme dan dispnoe. Oleh karena itu alat ini hanya dipakai secara intermiten, yakni untuk menghasilkan sputum dalam masa yang pendek pada pasien dengan sputum yang kental 
  • Antomizer nebulizer: partikel yang dihasilkan cukup besar, yakni antara 10 – 30 mikron.Digunakan untuk pengobatan laring, terutama pada pasien dengan intubasi trakea.

C. Intermiten positive pressure breathing
 
Cara ini biasanya diberikan di rumah sakit dan memerlukan tenaga yang terlatih. Cara ini jauh lebih mahal dan mempunyai indikasi yang terbatas, terutama untuk pasien yang tidak dapat bernapas dalam dan pasien-pasien yang sedang dalam keadaan gawat yang tidak dapat bernapas spontan. Untuk pengobatan di rumah cara yang terbaik adalah dengan menggunakan MDI.
D. Ventilator

Dapat dengan menggunakan MDI atau hand held nebulizer, yakni melalui bronkodilator Tee. Dengan cara ini sebenarnya tidak efektif oleh karena banyak aerosol yang mengendap, sehingga cara ini dianggap kurang efektif dibandingkan dengan MDI.

No comments:

Post a Comment