BATU SALURAN
KEMIH
Batu saluran kemih (BSK) merupakan
kelompok penyakit utama terbanyak pada bidang urologi. Munculan klinis BSK
sangat bervariasi, mulai dari yang tanpa gejala sampai dengan kasus yang dating
dengan gagal ginjal akut ataupun gagal ginjal terminal. Diagnosis dapat
ditegakkan atas dasar anamnesa, pemeriksaan fisik sederhana, pemeriksaan
laboratorium, dan pencitraan saluran kemih.
1. DIAGNOSIS
Anamnesa
Nyeri pinggang
( dirasakan pada sudut kosto-vertebra ), kolik, demam, kencing berdarah,
perubahan pola miksi, riwayat keluar batu saat kencing, riwayat batu saluran
kemih pada keluarga,
pemeriksaan fisik
demam ( kalau
sudah ada infeksi ), nyeri tekan /ketok pada sudut costo-vertebra, Mungkin dapat
ditemukan pembesaran ginjal.
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium rutin adalah :
Urinalisa (
eritrosit, lekosit, bakteri ), serta kultur dan sensitivity test
Faal ginjal :
ureum dan creatinin serum
Kimia darah : calcium dan asam urat
Imaging
Imaging rutin
terdiri atas ; foto polos abdomen, ultrasonografi, dan intra venous pyelography
(IVP)
IVP tidak
disarankan pada kasus
·
Alergi dengan media contrast
·
Level creatinin > 2 mg% atau > 200 mmol/L
·
Sedang dalam pengobatan dengan metformin
·
Myelomatosis
Pemeriksaan
khusus yang dapat dilakukan
·
Spiral / helical unenhanced tomography (CT)
·
Scintigraphy
·
RPG / APG
Pemeriksaan analisa batu
Batu saluran
kemih baik yang keluar spontan, atau didapat setelah intervensi harus diperiksa
komposisinya.
Kalau sample tidak didapat maka perkiraan
komposisi batu disimpulkan atas dasar :
·
Qualitative cystine test ( sodium nitropruside
test, brand test, dll )
·
Bacteriuria/urine culture ( minta kultur untuk
mikroorganisme yang memproduksi urease
·
Gambaran kristal pada urinalisa
·
Kadar asam urat serum
·
Gambaran radiologis batu
2. TERAPI
2.1. PAIN
MANAGEMENT
Nyeri / kolik
dapat diatasi dengan obat : indomethazine, methamizol, sodium diclovenac,
ketoprofen, hydromorphone HCl + atrophine sulfat, tramadol, dll.
Treatment
dimulai dengan NSAID. Penggunaan diclofenac dapat memperburuk fungsi ginjal
pada pasien dengan gangguan fungsi ginjal. Apabila nyeri tidak berkurang dengan
terapi medikamentosa, dapat dilakukan tindakan drainage dengan stenting atau
percutaneous nephrostomy (PN) atau langsung dilakukan tindakan “stone removal”
2.2. STONE
REMOVAL
Persiapan
(Pre-operative Management)
·
Kultur urine
·
Pemeriksaan faal hemostatik
·
Penderita dengan gangguan pembekuan darah adalah
kontraindikasi untuk tindakan : ESWL, PNL, URS, dan OPERASI TERBUKA.
Penderita
hamil adalah kontraindikasi untuk tindakan : ESWL, PNL, URS. Untuk wanita hamil
disarankan terapi drenase perkutan atau DJ stenting.
Indikasi stone
removal
·
Batu
dengan diameter > 6 mm, sangat disarankan kalau;
o
Nyeri persistent
o
Obstruksi persistent, ada resiko perburukan
fungsi ginjal
o
Disertai ISK
o
Ada
resiko pyonephrosis atau urosepsis
o
Single kidney
o
Obstuksi bilateral
2.2.1. BATU URETER
Untuk situasi
serta kemungkinan jenis batu yang berbeda teknik / cara stone removal dapat
dilihat pada table 1,2,3.
Tabel 1: prinsip stone removal
pada batu ureter proksimal
Batu radio-opak
|
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
|
Batu asam urat
|
|
Batu cystine
|
|
Tabel 2 : prinsip stone removal
pada batu ureter 1/3 tengah
Batu radio-opak
|
1. Ureterolitotomi
2. URS
3. push-up + PNL
4. Push-up + stenting + ESWL
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
1. antibiotics +
Ureterolitotomi
2. antibiotics + URS
3. Antibiotics + push-up + PNL
4. antibiotics + Push-up + stenting + ESWL
|
Batu asam urat
|
1. Ureterolitotomi
2. URS
3. Push-up + PNL
4. Push-up + stenting + ESWL
5. Stenting + oral chemolysis
|
Batu cystine
|
1. Ureterolitotomi
2. URS
3. push-up + PNL
|
Tabel 3: prinsip stone removal
pada batu ureter distal
Batu radio-opak
|
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
|
Batu asam urat
|
|
Batu cystine
|
|
Tindakan
ulangan sering diperlukan kalau menggunakan ESWL. TIngkat kegagalan terapi
makin tinggi kalau batu impacted.
BATU GINJAL
Tingkat
keberhasilan terapi dengan menggunakan ESWL sangat tergantung pada ukuran
ukuran batu ( stone burden ). Makin besar ukuran makin tinggi resiko
pengulangan terapi. Masih diperdebatkan Efektifitas terapi pada batu ginjal
> 20 mm dengan menggunakan ESWL versus PNL. Overview terapi dapat dilihat
pada table 10.
Tabel 4.
Prinsip stone removal pada batu ginjal < 20 mm dan > 20 mm
BATU GINJAL ukuran < 20 mm
|
|
Batu radio-opak
|
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
|
Batu Asam Urat
|
|
Batu Cystine
|
|
BATU GINJAL
ukuran > 20 mm
|
|
Batu radio-opak
|
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
3. Antibiotika + Stenting + ESWL
|
Batu Asam Urat
|
|
Batu Cystine
|
|
Batu sisa
“Clinically Insignificant fragments” atau CIRF sering ditemukan setelah terapi
dengan ESWL Batu kaliks inferior yang disertai dengan tidak berfungsinya
parenchyma pada bagian tersebut sebaiknya di treatment dengan lower-pole
reseksi.
2.2.3. BATU
STAGHORN ( PARSIAL / KOMPLIT )
Yang dimaksud
dengan batu staghorn adalah batu yang mengisi pielum dan minimal mengisi 1
sistim kaliks. Staghorn parsial adalah batu yang hanya mengisi sebagian kaliks,
sedangkan staghorn komplit adalah batu yang mengisi seluruh sistim kaliks.
Tabel 5:
Prinsip Stone removal pada batu Staghorn
Batu radio-opak
|
|
Batu infeksi
Batu disertai infeksi
|
|
Batu Asam Urat
|
4. Stenting + ESWL + Oral Chemolysis
|
Batu Cystine
|
|
- Penyulit
6.1. operasi
terbuka : -
6.2.
Uretero-renoskopi ( URS )
laserasi-perforasi
ureter 9-11% , striktura ureter 1%
6.3. Percutaneous Nephrolitotrypsi
Perforasi
organ sekitar, perdarahan
No comments:
Post a Comment