DIALISIS PERITONEAL
Dialisis peritoneal suatu teknik
pemisahan molekul besar (koloid) dari molekul kecil dalam suatu larutan karena
perbedaan kemampuan difusi melalui selaput semipermeabel yaitu peritoneum.
INDIKASI
a.
Pada gagal ginjal akut:
- Indikasi klinis
-
Sindrom uremia yang mencolok : muntah, kejang,
kesadaran menurun
-
Kelebihan
cairan yang menimbulkan gagal jantung, edema paru dan hipertensi
-
Asidosis yang tidak dapat dikoreksi
- Indikasi biokimia
-
Ureum darah > 200 mg/dl atau kreatinin > 15 mg/dl
-
Hiperkalemia > 7mEq/L
-
Bikarbonas plasma < 12mEq/L
b.
Gagal ginjal kronik yang belum didialisis dan
menunjukkan gejala akut (acute on chronic
renal failure)
c. Intoksikasi obat dan keracunan yang berat.
Kontra indikasi absolutetidak ada. Kontra
indikasi relatif adalah super obesitas, perlekatan dalam abdomen, peritonitis,
pasca operasi atau trauma abdomen, kelainan intra abdominal yang tidak
diketahui diagnosisnya.
LANGKAH PERSIAPAN
·
Evaluasi predialisis
-
Keseimbangan cairan, bila terdapat dehidrasi dilakukan
rehidrasi lebih dahulu
-
Pemantauan balans cairan elektrolit
·
Persetujuan
orang tua (informed consent)
·
Persiapan alat:
-
Kateter stilet
-
Cairan
dialisat isotonis dan hipertonis
-
Larutan NaCl 0,9% untuk asites buatan
-
Lidokain 2% untuk anestesi lokal
-
Heparin
-
Larutan KCl 1 mEq/ml
-
Antibiotika
garamisin atau amoksisilin intravena/intraperitoneum
-
Peritoneal infusion set
-
Trokar untuk memasukkan kateter
-
Set bedah minor
LANGKAH PELAKSANAAN
·
Anak ditidurkan dalam posisi telentang,
sebelumnya dapat diberi premedikasi dengan diazepam. Bila kandung kemih masih terisi, dilakukan
kateterisasi. Daerah abdomen antara umbilikus dan pubis disterilkan dengna
menggunakan iodium dan alkohol.
·
Pada
kulit garis tengah (lena alba) ditentukan lokasi tempat kateter peritoneum.
Dimasukkan yaitu 2-3 cm di bawah umbilikus. Pada lokasi tersebut dilakukan
anestesi lokal dengan lidokain 2%.
·
Dibuat
asites buatan melalui lokasi tersebut bila pasien tidak menderita asites yang
cukup dengan memasukkan cairan NaCl sejumlah 20 ml/kgBB melalui jarum besar.
·
Kateter
dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui bantuan trokar, kemudian didorong
ke bawah masuk ke rongga pelvis sampai semua lubang pada kateter berada dalam
rongga peritoneum. Kemudian kateter difiksasi.
·
Cairan dihangatkan terlebih dahulu. Cairan
dialisat dimasukkan sebanyak 30‑0 m/kgBB. Satu siklus dibutuhkan 60 menit
dengan waktu pemasukan dan pengeluaran cairan 15 menit, dan cairan dibiarkan
dalam rongga peritoneum selama 30 menit
·
Pada
1‑2 siklus pertama, heparin 1000 unit/L ditambahkan kedalam cairan dialisat
·
Antibiotik
profilaksis (gentamisin 5 mg/L atau ampisilin 250 mg/L) dapat ditambahkan ke
cairan dialisat. Penambahan KCl ke cairan dialisat disesuaikan dengan kadar kalium
darah. Bila kadar kalium darah normal, ditambahkan cairan KCI 4 mEq/L.
LANGKAH PEMANTAUAN
Pemantauan Jangka Pendek
Pemantauan
terhadap komplikasi:
·
Komplikasi
mekanik: perfrasi alat visera (usus dan kandung kemih), perdarahan pada tempat
masuknya kateter dan perdarahan dalam rongga peritoneum, gangguan aliran
dialisat yang tidak lancar, komplikasi mekanik lain seperti ekstravasasi cairan dialisis ke jaringan subkutan, hernia, omentum.
·
Monitoring meliputi berat badan, balans cairan,
warna dan kekeruhan cairan dialisat; laboratorium: Hb, asam basa dan elektrolit
kalsium, fosfor, natrium, kailum, glukosa, ureum, kreatinin
Pemantauan Jangka Panjang
·
Komplikasi metabolik berupa gangguan keseimbangan
cairan, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa,
hilangnya protein selama dialisis
·
Komplikasi radang. Pengobatan peritonitis akibat
dialisis peritoneal dapat dilihat pada lampiran.
PENGHENTIAN DIALISIS
·
Bila
keadaan klinis dan laboratorium telah membaik
No comments:
Post a Comment