Saturday, June 13, 2015

dialisis peritoneal



DIALISIS PERITONEAL

Dialisis peritoneal suatu teknik pemisahan molekul besar (koloid) dari molekul kecil dalam suatu larutan karena perbedaan kemampuan difusi melalui selaput semipermeabel yaitu peritoneum.

INDIKASI
a.       Pada gagal ginjal akut:
  • Indikasi klinis
-          Sindrom uremia yang mencolok : muntah, kejang, kesadaran menurun
-          Kelebihan cairan yang menimbulkan gagal jantung, edema paru dan hipertensi
-          Asidosis yang tidak dapat dikoreksi
  • Indikasi biokimia
-          Ureum darah > 200 mg/dl atau kreatinin > 15 mg/dl
-          Hiperkalemia > 7mEq/L
-          Bikarbonas plasma < 12mEq/L
b.      Gagal ginjal kronik yang belum didialisis dan menunjukkan gejala akut (acute on chronic renal failure)
c.       Intoksikasi obat dan keracunan yang berat.
Kontra indikasi absolutetidak ada. Kontra indikasi relatif adalah super obesitas, perlekatan dalam abdomen, peritonitis, pasca operasi atau trauma abdomen, kelainan intra abdominal yang tidak diketahui diagnosisnya.

LANGKAH PERSIAPAN
·         Evaluasi predialisis
-          Keseimbangan cairan, bila terdapat dehidrasi dilakukan rehidrasi lebih dahulu
-          Pemantauan balans cairan elektrolit
·         Persetujuan orang tua (informed consent)
·         Persiapan alat:
-          Kateter stilet
-          Cairan dialisat isotonis dan hipertonis
-          Larutan NaCl 0,9% untuk asites buatan
-          Lidokain 2% untuk anestesi lokal
-          Heparin
-          Larutan KCl 1 mEq/ml
-          Antibiotika garamisin atau amoksisilin intravena/intraperitoneum
-          Peritoneal infusion set
-          Trokar untuk memasukkan kateter
-          Set bedah minor

LANGKAH PELAKSANAAN
·         Anak ditidurkan dalam posisi telentang, sebelumnya dapat diberi premedikasi dengan diazepam. Bila kandung kemih masih terisi, dilakukan kateterisasi. Daerah abdomen antara umbilikus dan pubis disterilkan dengna menggunakan iodium dan alkohol.
·         Pada kulit garis tengah (lena alba) ditentukan lokasi tempat kateter peritoneum. Dimasukkan yaitu 2-3 cm di bawah umbilikus. Pada lokasi tersebut dilakukan anestesi lokal dengan lidokain 2%.
·         Dibuat asites buatan melalui lokasi tersebut bila pasien tidak menderita asites yang cukup dengan memasukkan cairan NaCl sejumlah 20 ml/kgBB melalui jarum besar.
·         Kateter dimasukkan ke dalam rongga peritoneum melalui bantuan trokar, kemudian didorong ke bawah masuk ke rongga pelvis sampai semua lubang pada kateter berada dalam rongga peritoneum. Kemudian kateter difiksasi.
·         Cairan dihangatkan terlebih dahulu. Cairan dialisat dimasukkan sebanyak 30‑0 m/kgBB. Satu siklus dibutuhkan 60 menit dengan waktu pemasukan dan pengeluaran cairan 15 menit, dan cairan dibiarkan dalam rongga peritoneum selama 30 menit
·         Pada 1‑2 siklus pertama, heparin 1000 unit/L ditambahkan kedalam cairan dialisat
·         Antibiotik profilaksis (gentamisin 5 mg/L atau ampisilin 250 mg/L) dapat ditambahkan ke cairan dialisat. Penambahan KCl ke cairan dialisat disesuaikan dengan kadar ka­lium darah. Bila kadar kalium darah normal, ditambahkan cairan KCI 4 mEq/L.

LANGKAH PEMANTAUAN

Pemantauan Jangka Pendek
Pemantauan terhadap komplikasi:
·         Komplikasi mekanik: perfrasi alat visera (usus dan kandung kemih), perdarahan pada tempat masuknya kateter dan perdarahan dalam rongga peritoneum, gangguan aliran dialisat yang tidak lancar, komplikasi mekanik lain seperti ekstravasasi cairan dialisis ke jaringan subkutan, hernia, omentum.
·         Monitoring meliputi berat badan, balans cairan, warna dan kekeruhan cairan dialisat; laboratorium: Hb, asam basa dan elektrolit kalsium, fosfor, natrium, kailum, glukosa, ureum, kreatinin
Pemantauan Jangka Panjang
·         Komplikasi metabolik berupa gangguan keseimbangan cairan, gangguan keseimbangan elektrolit, gangguan keseimbangan asam basa, hilangnya protein selama dialisis
·         Komplikasi radang. Pengobatan peritonitis akibat dialisis peritoneal dapat dilihat pada lampiran.

PENGHENTIAN DIALISIS
·         Bila keadaan klinis dan laboratorium telah membaik
·         Bila lebih dari 3 kali 24 jam tidak terjadi perbaikan, dirujuk ke dokter spesialis nefrologi anak.

No comments:

Post a Comment