CHF (Gagal Jantung
Kongestif)
A.
PENGERTIAN
Gagal jantung sering
disebut juga gagal jantung kongestif (CHF) adalah ketidakmampuan jantung untuk
memompa darah dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi kebutuhan jaringan
terhadap nutrien dan oksigen. Mekanisme yang mendasar tentang gagal
jantung termasuk kerusakan sifat kontraktil dari jantung, yang mengarah pada curah
jantung kurang dari normal. Kondisi umum yang mendasari termasuk
aterosklerosis, hipertensi atrial, dan penyakit inflamasi atau degeneratif otot
jantung. Sejumlah faktor sistemik dapat menunjang perkembangan dan keparahan
dari gagal jantung. Peningkatan laju metabolic (misalnya: demam, koma,
tiroktoksikosis), hipoksia dan anemia membutuhkan suatu peningkatan curah
jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen.
Epidemiologi
Prevalensi CHF
tergantung umur. Menurut penelitian (2009) gagal jantung jarang terjadi <45
tahun tapi drastis meningkat pada usia 75-84 tahun. Dengan semakin meningkatnya
angka harapan hidup, akan didapati prevalensi dari CHF yang meningkat juga. Hal
ini dikarenakan semakin banyaknya lansia yang mempunyai hipertensi mungkin akan
berakhir dengan CHF. Selain itu semakin membaiknya angka keselamatan (survival)
post – infark pada usia pertengahan, menyebabkan meningkatnya jumlah lansia dengan
resiko mengalami CHF.
B.
ETIOLOGI
Di negara – negara
berkembang , penyebab tersering adalah :
1.
Kelainan otot jantung menyebabkan penurunan kontraktilitas jantung. Hal
yg mendasari penyebab kelainan fungsi otot mencakup atero sclerosis koroner,
hipertensi arterial dan degeneratif atau inflamasi.
2.
Penyakit arteri koroner yang menimbulkan infark miokard dan tidak berfungsinya
miokardium (kardiomiopati iskemik) karena terganggunya aliran darah keotot
jantung. Terjadi hipoksia dan asidosis akibat penumpukan as. Laktat. Infark
miokard biasanya mendahului terjadinya gagal jantung. Penyebab paling sering
adalah kardiomiopati alkoholik, miokarditis viral (termasuk infeksi HIV) dan
kardiomiopati dilatasi tanpa penyebab pasti (kardiomiopati idiopatik).
3.
Hipertensi Sistemik / pulmonal (peningkatan afterload), meningkatka beban kerja
jantung mengakibatkan hipertropi serabut otot jantung. Efek tersebut
(hipertropi miokard) dianggap sebagai kompensasi karena meningkatkan kontraktilitas
jantung, karena alasan yg tidak jelas hipertropi otot jantung dapat berfungsi
secara normal, akhirnya terjadi gagal jantung.
4.
Peradangan dan penyakit myocardium degeneratif b/d gagal jantung karena kondisi
ini secara langsung merusak serabut jantung, menyebabkan kontraktilitas
menurun.
5.
Penyakit jantung lain. Mekanisme yang biasanya terlibat mencakup gangguan
aliran darah melalui jantung (mis; stenosis katup semilunair), ketidakmampuan
jantung untuk mengisi darah (mis; tamponade pericardium, perikarditis
konstriktif, atau stenosis katup AV), atau pengosongan jantung abnormal (mis;
insuf katup AV). Peningkatan mendadak afterload akibat meningkatnya tekanan
darah sistemik (hipertensi Maligna) dapat menyebabkan gagal jantung meskipun
tidak ada hipertropi miokardial.
6.
Faktor sistemik : demam, tirotoksikosis, hipoksia, anemia ini memerlukan
peningkatan curah jantung untuk memenuhi kebutuhan oksigen sistemik.
Hipoksia dan anemia dapat menurunkan suplai oksigen kejantung. Asidosis
(respiratorik / metabolic) dan abnormalitas elektrolit dapat menurunkan
kontraktilitas jantung. Disritmia jantung akan terjadi dengan sendirinya secara
sekunder akibat gagal jantung menurunkan efisiensi keseluruhan fungsi jantung.
Etilogi gagal jantung dapat disimpulkan sebagai berikut:
Etilogi gagal jantung dapat disimpulkan sebagai berikut:
- Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas miokard, dapat disebabkan oleh hilangnya miosit (infark miokard), kontraksi yang tidak terkoordinasi (left bundle branch block), berkurangnya kontraktilitas (kardimiopati)
- Kegagalan yang berhubungan dengan overload (hipertensi)
- Kegagalan yang berhubungan dengan abnormalitas katup
- Kegagalan yang disebabkan abnormalitas ritme jantung (takikardi)
- Kegagalan yang disebabkan abnormalitas perikard atau efusi perikard (tamponade)
- Kelainan congenital jantung
C.
PATOFISIOLOGI
Jika terjadi gagal
jantung, tubuh mengalami beberapa adaptasi baik pada jantung dan secara
sistemik. Jika stroke volume kedua ventrikel berkurang oleh karena penekanan
kontraktilitas atau afterload yang sangat meningkat, maka volume dan tekanan
pada akhir diastolik dalam kedua ruang jantung akan meningkat. Ini akan
meningkatkan panjang serabut miokardium akhir diastolik, menimbulkan waktu sistolik
menjadi singkat. Jika kondisi ini berlangsung lama, terjadi dilatasi ventrikel
. Cardiac output pada saat istirahat masih bisa baik tapi, tapi peningkatan
tekanan diastolik yang berlangsung lama /kronik akan dijalarkan ke kedua atrium
dan sirkulasi pulmoner dan sirkulasi sitemik. Akhirnya tekanan kapiler akan
meningkat yang akan menyebabkan transudasi cairan dan timbul edema paru atau
edema sistemik.penurunan cardiac output, terutama jika berkaitan dengan
penurunan tekanan arterial atau penurunan perfusi ginjal, akan mengaktivasi
beberapa sistem saraf dan humoral. Peningkatan aktivitas sistem saraf simpatis
akan memacu kontraksi miokardium, frekuensi denyut jantung dan vena ; perubahan
yang terkhir ini akan meningkatkan volume darah sentral.yang selanjutnya
meningkatkan preload. Meskipun adaptasi – adaptasi ini dirancang untuk
meningkatkan cardiac output, adaptasi itu sendiri dapat mengganggu tubuh. Oleh
karena itu , takikardi dan peningkatan kontraktilitas miokardium dapat memacu
terjadinya iskemia pada pasien – pasien dengan penyakit arteri koroner
sebelumnya dan peningkatan preload dapat memperburuk kongesti pulmoner.
Aktivasi sitem saraf
simpatis juga akan meningkatkan resistensi perifer ;adaptasi ini dirancang
untuk mempertahankan perfusi ke organ – organ vital, tetapi jika aktivasi ini
sangat meningkatmalah akan menurunkan aliran ke ginjal dan jaringan. Resitensi
vaskuler perifer dapat juga merupakan determinan utama afterload ventrikel,
sehingga aktivitas simpatis berlebihan dapat meningkatkan fungsi jantung itu
sendiri. Salah satu efek penting penurunan cardiac output adalah penurunan
aliran darah ginjal dan penurunan kecepatan filtrasi glomerolus, yang akan
menimbulkan retensi sodium dan cairan. Sitem rennin – angiotensin - aldosteron
juga akan teraktivasi, menimbulkan peningkatan resitensi vaskuler perifer
selanjutnta dan penigkatan afterload ventrikel kiri sebagaimana retensi sodium
dan cairan. Gagal jantung berhubungan dengan peningkatan kadar arginin
vasopresin dalam sirkulasi yang meningkat, yang juga bersifat vasokontriktor
dan penghambat ekskresi cairan. Pada gagal jantung terjadi peningkatan peptida
natriuretik atrial akibat peningkatan tekanan atrium, yang menunjukan bahwa
disini terjadi resistensi terhadap efek natriuretik dan vasodilator.
Gagal jantung pada
masalah utama kerusakan dan kekakuan serabut otot jantung, volume
sekuncup berkurang dan curah jantung normal masih dapat dipertahankan.
Volume sekuncup, jumlah
darah yang dipompa pada setiap kontraksi tergantung pada tiga faktor :
- Preload : jumlah darah yang mengisi pada jantung berbanding langsung dengan tekanan yang ditimbulkan oleh panjangnya regangan serabut jantung.
- Kontraktilitas: mengacu pada perubahan kekuatan kontraksi yang terjadi pada tingkat sel dan b/d perubahan panjang regangan serabut jantung
- Afterload : mengacu pada besarnya tekanan ventrikel yg harus dihasilkan untuk memompa darah melawan perbedaan tekanan yg ditimbulkan oleh tekanan arteriole.
a) Mekanisme
Frank-Starling
Pada gagal jantung,
mekanisme Frank-Starling membantu mendukung cardiac output. Cardiac output
mungkin akan normal pada penderita gagal jantung yang sedang beristirahat,
dikarenakan terjadinya peningkatan volume ventricular end diastolic dan
mekanisme Frank-Starling. Mekanisme ini menjadi tidak efektif ketika jantung
mengalami pengisian yang berlebihan dan serat otot mengalami peregangan.
b) Aktivasi
Neurohormonal yang Mempengaruhi SW Sistem Saraf Simpatetik
Stimulasi langsung
irama jantung dan kontraktilitas oto jantung oleh pengaturan vascular tone,
sistem saraf simpatetikmembantu memelihara perfusi berbagai organ, terutama
otak dan jantung.
c) Mekanisme
Renin – Angiostensin – Aldosteron
Salah satu efek yang
paling penting dalam menurunkan cardiac output dalam gagal jantung adalah
reduksi aliran darah pada ginjal dan kecepatan filtrasi glomerulus, yang
menyebabkan retensi garam dan air.
d) Peptida
Natriuretik dan Substansi Vasoaktif yang Diproduksi Secara Lokal
Yaitu ANP (atrial
natriuretic peptide) dihasilkan dari sel atrial sebagai respon meningkatkan
ketegangan tekanan atrial, memproduksi natriuresis cepat dan sementara,
diuretic dan kehilangan kaliun dalam jumlah sedang dalam urin, BNP (brain
natriuretic peptide) dikeluarkan sebagai respon tekanan pengisian ventrikel dan
CNP (C-type natriuretic peptide) fungsinya masih belum jelas
e) Hipertrofi
Otot Jantung dan Remodeling
Perkembangan hipertrofi
otot jantung dan remodeling merupakan salah satu mekanisme akibat meningkatnya
kerja yang berlebih. Meskipun hipertrofi ventrikel memperbaiki kerja jantung,
ini juga merupakan faktor resiko yang penting bagi morbiditas dan mortalitas.
Keadaan ini dapat menyebabkan perubahan dalam struktur (massa otot, dilatasi
chamber) dan gangguan fungsi sistolik dan diastolic
PATHWAY
D. KLASIFIKASI
GAGAL JANTUNG
Ø Kelas I :
bila pasien dapat melakukan aktifitas berat tanpa keluhan
Ø Kelas II : bila
pasien tidak dapat melakukan aktifitas lebih berat atau aktifitas sehari-hari
Ø Kelas
III: bila
pasien tidak dapat melakukan aktifitas sehari-hari tanpa keluhan
Ø Kelas IV: bila pasien sama sekali tidak dapat melakukan aktifitas apapun dan harus
tirah baring
Menurut New York Heart Association (NYHA)
Menurut New York Heart Association (NYHA)
Ø NYHA
kelas I : para penderita penyakit jantung tanpa pembatasam dalam kegiatan fisik
serta tidak menunjukkan gejala-gejala penyakit jantung seperti cepat lelah,
sesak nafas atau berdebar-debar, apabila melakukan kegiatan biasa
Ø NYHA
kelas II : penderita dengan sedikit pembatasan dalam kegiatan fisik. Mereka tidak
mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan fisik yang biasa
menimbulkan gejala-gejala insufisiensi jantung seperti kelelahan, jantung
berdebar, sesak nafas atau nyeri dada
Ø NYHA
kelas III : penderita penyakit jantung dengan banyak pembatasan dalam kegiatan
fisik. Mereka tidak mengeluh apa-apa waktu istirahat, akan tetapi kegiatan
fisik yang kurang dari kegiatan biasa sudah menimbulkan gejala-gejala insufisiensi
jantung
Ø NYHA
kelas IV : penderita tidak mampu melakukan kegiatan fisik apapun tanpa
menimbulkam keluhan. Waktu istirahat juga dapat menimbulkan gejala-gejala
insufisiensi jantung, yang bertambah apabila mereka melakukan kegiatan fisik
meskipun sangat ringan
Menurut
American College of Cardiology and the American Heart Association
Ø Tahap
A : mempunyai resiko tinggi terhadap perkembangan gagal jantung tetapi tidak
menunjukkan struktur abnormal dari jantung
Ø Tahap
B : adanya struktur yang abnormal pada jantung pasien tetapi tidak ada gejala
Ø Tahap
C : adanya structural yang abnormal dari pasien dengan gejala awal gagal
jantung
Ø Tahap
D : pasien dengan gejala tahap akhir gagal jantung sulit diterapi dengan
pengobatan standar
E.
MANIFESTASI KLINIK
- Peningkatan volume intravaskular (gambaran dominan)
- Kongesti jaringan terjadi akibat tekanan arteri dan vena meningkat akibat gagal jantung
- Peningkatan desakan vena pulmonal dapat menyebabkan cairan mengalir dari kapiler paru kealveoli, akibatnya terjadi edema paru, ditandai oleh batuk dan sesak nafas,
- Peningkatan desakan vena sistemik seperti yang terlihat pada edema perifer umum dan penambahan berat badan.
- Penurunan curah jantung dengan disertai pening, kekacauan mental, keletihan, intoleransi jantung terhadap latihan, ekstremitas dingin dan oliguria.
- Tekanan perfusi ginjal menurun mengakibatkan pelepasan rennin dari ginjal menyebabkan sekresi aldosteron, retensi Na dan cairan, serta peningkatan volume
Gagal jantung ada dua yaitu gagal jantug
kanan dan gagal jantung kiri, ventrikel kanan dan ventrikel kiri dapat
mengalami kegagalan terpisah. Gagal ventrikel kiri paling sering mendahului
gagal ventrikel kanan. Gagal ventrikel kiri sinonim dengan edem paru akut.
1.
GAGAL JANTUNG KIRI :
Ventrikel kiri tidak
mampu memompa darah dari paru sehingga terjadi peningkatan tekanan sirkulasi
paru mengakibatkan cairan terdorong kejaringan paru. Tandanya : (dispnu,
batuk, mudah lelah, tachikardi, bunyi jantung S3, cemas,
gelisah). Dispnu karena enimbunan
cairan dalam alveoli, ini bias terjadi saat istirahat / aktivitas.
Ortopnu : kesulitan
bernafas saat berbaring, biasanya yg terjadi malam hari (paroximal nocturnal
dispnu / PND)
Batuk : kering / produktif,
yang sering adalah batuk basah disertai bercak darah
Mudah lelah : akibat curah jantung
< menghambat jaringan dari sirkulasi normal dan oksigen serta menurunnya
pembuangan sisa hasil katabolisme. Juga meningkatnya energi yg digunakan.
Gelisah dan cemas : akibat gangguan
oksigenasi jaringan, stress akibat kesakitan bernafas.
2.
GAGAL JANTUNG KANAN
Sisi jantung kanan
tidak mampu mengosongkan volume darah dengan dengan adekuat sehingga dapat
mengakomodasi darah secara normal kembali dari sirkulasi vena. Manifestasi
klinis yang nampak adalah : edema ekstremitas (pitting edema), penambahan BB,
hepatomegali, distensi vena leher, asites (penimbunan cairan dalam rongga
peritoneum), anoreksia, mual, muntah, nokturia dan lemah.
Edema ; mulai dari kaki dan
tumit, bertahap keatas tungkai dan paha akhirnya kegenalia eksterna dan tubuh
bagian bawah.
Pitting edema : edem dg penekanan
ujung jari
Hepatomegali : nyeri tekan pada kanan
atasabdomen karena pembesaran vena dihepar.
Asites : pengumpulan cairan
dalam rongga abdomen dapat mengakibatkan tekanan pada diafragma dan distress
pernafasan.
Anoreksia dan
mual : terjadi karena desakan vena dan stasis vena dalam
rongga abdomen
Nokturia : ingin kencing malam
hari terjadi karena ferfusi renal didukung oleh posisi penderita saat
berbaring. Diuresis terbaik pada malam hari karena curah jantung akan membaik
dg istirahat.
Lemah : karena menurunnya
curah jantung, gangguan sirkulasi dan pembuangan produk sampah katabolisme yg
tidak adekuat dari jaringan.
F.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Hitung darah dapat menunjukan anemia , merupakan suatu penyebab gagal jantung output tinggi dan sebagai faktor eksaserbasi untuk bentuk disfunsi jantung lainnya
- Pemeriksaan biokimia untuk menunjukan insufiensi ginjal
- Tes fungsi ginjal untuk menentukan apakah gagal jantung ini berkaitan dengan azotemia prerenal
- Pemeriksaan elektrolit untuk mengungkap aktivitas neuroendokrin
- Fungsi tiroid pada pasien usia lanjut harus dinilai untuk mendeteksi tirotoksikosis atau mieksedema tersembunyi
- Pemeriksaan EKG
- Radiografi dada
- Angiografi radionuklir mengukur fraksi ejeksi ventrikel kiri dan memungkinkan analisis gerakan dinding regional
- Kateterisasi jantung untuk menentukan penyakit arteri koroner sekaligus luas yang terkena.
G.
KOMPLIKASI
1.
Kematian
2.
Edema pulmoner akut
Faktor Resiko
a) Kebiasaan
merokok
Merokok dapat
meningkatkan 2-3 kali lipat resiko kematian akibat penyakit jantung koroner dan
penyakit kardiovaskular.
b) Kurangnya
aktifitas fisik
Secara umum, aktifitas
fisik memperbaiki metabolisme glukosa, mengurangi lemak tubuh dan menurunkan
tekanan darah
c) Perubahan
pola diet, kelebihan berat badan dan hiperlipidemia
d) Diabetes
dan hipertensi
e) Faktor
usia dan jenis kelamin
Resiko yang paling
terbesar terserang penyakit CHF adalah pada laki-laki dengan usia >45 tahun
dan wanita >55 tahun
f) Faktor
keturunan
H.
PENATALAKSANAAN
- Koreksi sebab – sebab yang dapt diperbaiki , penyebab – penyebab utama yang dapat diperbaiki adalah lesi katup jantung, iskemia miokard, aritmia, depresi miokardium diinduksi alcohol, pirau intrakrdial dan keadaan output tinggi.
- Diet dan aktivitas, pasien – pasien sebaiknya membatasi garam (2 gr natrium atau 5 gr garam). Pada gagal jantung berat dengan pembatasan aktifitas, tetapi bila pasien stabil dianjurkan peningkatan aktifitas secara teratur
- Terapi diuretic
- Penggunaan penghambat sistem rennin – angiotensin – aldosteron
- Terapi beta blocker
- Terapi glikosida digitalis
- Terapi vasodilator
- Obat inotropik positif generasi baru
- Penghambat kanal kalsium
- Atikoagulan
- Terapi antiaritmia
- Revaskularisasi koroner
- Transplantasi jantung
- Kardoimioplasti
No comments:
Post a Comment