INFEKSI SALURAN
KEMIH
BATASAN
Adanya pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih
KLASIFIKASI
- Berdasarkan anatomi/lokasi :
- ISK atas
- ISK bawah
- Berdasarkan ada atau tidaknya kelainan struktur :
·
ISK
penyulit
·
ISK
non penyulit
- Berdasarkan ada atau tidaknya gejala :
·
ISK
simptomatik
·
ISK
non simptomatik
- Berdasarkan onset klinis :
·
ISK
akut
·
ISK
berulang atau kronik
ETIOLOGI
Terbanyak E Coli : ISK akut (90%) dan ISK berulang (70-80%)
PATOFISIOLOGI
- Terbanyak asenderen, jarang perkontinuitatum atau limfogen.
- Pada neonatus, terbanyak hematogen.
.
KRITERIA DIAGNOSIS
1. Gejala Klinis
a. Asimptomatik
b. Simptomatik
c. Neonatus :
Gambaran sepsis dengan gejala tidak khas
seperti demam, ikterus, malas minum,
muntah, mencret, BB tidak naik dan kesadaran menurun
d. Anak :
Disuria, frekuensi meningkat, urgensi,
polakisuria, nyeri perut/pinggang,
gangguan pertumbuhan, muntah, demam yang tidak diketahui penyebabnya, dan
enuresis.
2.
Bakteriuria
bermakna
Tergantung dari metode pengambilan urin
3.
Pemeriksaan
untuk meningkatakan kewaspadaan kemungkinan ISK :
a. Adanya kuman pada air kemih tidak dipusing
dengan atau tanpa pewarnaan : Bila
ditemukan 2 kuman/10 LPB atau 5
kuman/LPB
b. Adanya piuria atau lekosituria
Sedimen air kemih : leukosist ≥ 5/LPB
Jumlah leukosit dalam air kemih tidak
dipusing : laki-laki ≥ 10/mm3
Perempuan ≥ 50/mm3
c. Tes kimiawi
Nitrit,
reduktase biru metilen
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Urin : leukosit
Kuman (gram/biakan/jumlah koloni)
Kimia
PENYULIT
1. Sepsis
2. Abses perinefrik
3. Gagal ginjal kronis
KONSULTASI
Bagian bedah Urologi
PENATALAKSANAAN
Terapi Non-Farmakologi
1.
Bedah
Koreksi bedah sesuai dengna kelainan saluran kemih
yang ditemukan.
2.
Suportif
Selain
pemberian antibiotik, penderita ISK perlu mendapat asupan cairan yang cukup,
perawatan hygiene daerah perineum dan periuretra, pencegahan konstipasi.
3. Lain-lain (rujukan subspesialis, rujukan spesialis lainnya, dll)
· Rujukan ke Bedah Urologi sesuai dengan
kelainan yang ditemukan.
· Rujukan ke Unit Rehabilitasi Medik untuk
buli-buli neurogenik.
· Rujukan kepada SpA(K) bila ada gagal
ginjal.
Terapi Non-Farmakologi
Penyebab
tersering ISK ialah Escherichin coli.
Sebelum ada hasil biakan urine dan uji kepekaan, antibiotik diberikan secara
empiris selama 7-10 hari untuk eradikasi infeksi akut. Jenis antibiotik dan
dosis dapat dilihat pada lampiran.
PEMANTAUAN (MONITORING)
1. Terapi
1. Dalam 2 x 24 jam setelah pengobatan fase
akut dimulai, gejala ISK umumnya menghilang. Bila belum menghilang, dipikirkan
untuk mengganti antibiotik yang lain.
2. Dilakukan pemeriksaan kultur dan uji resistensi
urin ulang 3 hari setelah pengobatan fase akut dihentikan, dan bila
memungkinkan setelah 1 bulan dan setiap 3 bulan. Jika ada ISK berikan
antibiotik sesuai hasil uji kepekaan.
3. Bila ditemukan adanya kelainan anatomi
maupun fungsional yang menyebabkan obstruksi, maka pengobatan fase akut
dilanjutkan dengan antibiotik profilaksis (lihat lampiran). Antibiotik
profilaksis juga diberikan pada ISK berulang, ISK pada neonatus, dan
pielonefritis akut.
Tabel interpretasi hasil
biakan urin
Cara Penampungan
|
Jumlah koloni
|
Kemungkinan infeksi
|
Fungsi supra pubik
Kateterisasi
Urin pancar tengah
Laki-laki
Perempuan
|
Bakteri gram negative : asal ada kuman
Bakteri Gram positif: beberapa ribu
> 105
104-105
103-104
< 103
> 104
3 x biakan > 105
2 x biakan > 105
1 x biakan > 105
5 x 104 - 105
104 - 5 x 104 :
Klinis simtomatik
Klinis asimtomatik
< 104
|
> 99%
95%
Diperkirakan ISK
Diragukan, ulangi
Tidak ada ISK (kontaminasi)
Diperkirakan ISK
95%
90%
80%
Diragukan, ulangi
Diperkirakan ISK, ulangi
Tidak ada ISK
Tidak ISK
|
2. Tumbuh Kembang
ISK simpleks umumnya tidak mengganggu proses tumbuh kembang, sedangkan ISK
kompleks bila disertai dengan gagal ginjal kronik akan mempengaruhi proses
tumbuh kembang.
Jenis dan dosis antibiotik
untuk terapi ISK
Table Dosis Antibiotika parenteral (a), oral (b) dan profilaksis (c)
untuk pengobatan ISK
Obat
|
Dosis mg/kgBB/hari
|
Frekuensi/ (umur bayi)
|
(A) Parenteral
|
||
Ampisilin
Sefotaksim
Gentamisin
Seftriakson
Seftazidim
Sefazolin
Tobramisin
Ticarsilin
|
100
150
5
75
150
50
5
100
|
Tiap 12 jam (bayi < 1 minggu)
Tiap 6-8 jam (bayi >
1minggu)
Dibagi setiap 6 jam
Tiap 12 jam (bayi < 1
minggu)
Tiap 8 jam (bayi > 1 minggu)
Sekali sehari
Dibagi setiap 6 jam
Dibagi setiap 8 jam
Dibagi setiap 8 jam
Dibagi setiap 6 jam
|
(B) Oral
Rawat jalan, antibiotik oral (pengobatan standar)
|
||
Amoksisilin
Ampisilin
Augmentin
Sefaleksin
Sefiksim
Nitrofurantoin*
Sulfisoksazole*
Trimetoprim*
sulfamatetoksazole
|
20-40 mg/kg/hari
50-100 mg/kg/hari
50 mg/kg/hari
50 mg/kg/hari
4 mg/kg
6-7 mg/kg
120-150
6-12 mg/kg
30-60 mg/kg
|
q8h
q6h
q8h
q6-8h (C) Terapi profilaksis
q12h 1 x malam hari
q6h ……….. 1-2 mg/kg
q6-8h …….. 50 mg/kg
q6h………... 2 mg/kg
q6-8h……… 10 mg/kg
|
* Tidak direkomendasikan untuk
neonatus dan penderita dengan insufisiensi ginjal
|
No comments:
Post a Comment