KEJANG DEMAM
BATASAN
- Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium.
- Kejang merupakan gangguan syaraf yang sering dijumpai pada anak
- Insiden kejang demam pada anak di bawah usia 5 tahun adalah 2,2-5%
- Anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1
- Kemungkinan kejang demam berulang pada anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun adalah 62,2%
- pada anak setelah usia 12 tahun sebesar 45%
- Kejang demam kompleks dan kejang demam fokal merupakan prediksi untuk terjadinya epilepsi
- Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali, tidak termasuk dalam kejang demam
- Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi susunan syaraf pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.
KLASIFIKASI
1.
Kejang Demam Sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam
yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti
sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal.
Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.
2.
Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)
Kejang dengan salah satu ciri berikut ini:
- Kejang lama > 15 menit
- Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
- Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam
MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
- Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, dan penyebab kejang di luar SSP
- Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
- Singkirkan penyebab kejang yang lain
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsangan meningeal,
tanda peningkatan TIK, tanda infeksi di luar SSP
Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan
laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat
dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium
yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah
- Pungsi Lumbal
Pemeriksaan
cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan
meningitis. Mengingat pada bayi kecil manifestasi klinis meningitis tidak
jelas, maka pungsi lumbal:
- Sangat dianjurkan pada bayi < 12 bulan
- Dianjurkan pada bayi berusia antara 12-18 bulan
- Tidak rutin pada bayi > 18 bulsn
Elektroensefalografi
- Tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di kemudian hari.
- Dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.
- Pencitraan
Foto x-ray kepala, CT-scan, atau MRI tidak rutin,
dan hanya dikerjakan atas indikasi, seperti:
- Kelainan neurologik fokal yang menetap
- Paresis nervus VI
- Papil edema
TATALAKSANA
Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:
Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:
• Mencegah kejang demam berulang
• Mencegah status epilepsi
• Mencegah epilepsi dan/ atau mental
retardasi
• Normalisasi kehidupan anak dan
keluarga.
.
Mengatasi
kejang
1. Pengobatan
Fase Akut
·
Prioritas utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap
terbuka.
o Pakaian dilonggarkan
o Posisi anak
dimiringkan
o Pengisapan
lendir
o Pemberian
oksigen (kalau perlu intubasi)
·
Perhatikan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit.
·
Turunkan suhu tubuh
o kompres air
hangat (diseka)
o Berikan
antipiretik (asetaminofen oral 10-15 mg/ kg BB, 4 kali sehari atau ibuprofen
oral 5-10 mg/kg BB, 4 kali sehari).
·
Diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang
demam fase akut, karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Dosis
diazepam pada anak adalah 0,3-0,4 mg/kg BB, diberikan secara intravena pada
kejang demam fase akut. Tetapi pemberian tersebut sering gagal pada anak < 6
bulan.
·
Pilihan kedua, dapat diberikan phenobarbital suntikan
intravena dengan dosis 5-6 mg/ kg BB/ hari untuk infants. Dosis ini dapat
diberikan sebagai dosis tunggal atau dua dosis terbagi.
2. Mencari
dan Mengobati Penyebab
Kejang
dengan suhu badan yang tinggi dapat terjadi karena faktor lain, seperti
meningitis atau ensefalitis. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan serebrospinal diindikasikan
pada anak pasien kejang demam berusia kurang dari 2 tahun, karena gejala
rangsang selaput otak lebih sulit ditemukan pada kelompok umur tersebut. Pemeriksaan
laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari penyebab, seperti
pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan
pada anak dengan kejang yang tidak diprovokasi oleh demam dan pertama kali
terjadi, terutama jika kejang atau pemeriksaan post iktal menunjukkan
abnormalitas fokal.
3. Pengobatan
Profilaksis Terhadap Kejang Demam Berulang
Pencegahan kejang demam berulang
perlu dilakukan, karena dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Terdapat
2 cara profilaksis, yaitu
·
Profilaksis intermittent pada waktu demam
·
Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap
hari.
Profilaksis Intermittent pada Waktu
Demam
Pengobatan
profilaksis intermittent dengan anti konvulsan segera diberikan pada waktu
pasien demam. Pilihan obat harus dapat masuk dan bekerja ke otak.
Antipiretik saja dan fenobarbital tidak mencegah timbulnya kejang berulang. Pilihan
pertama adalah diazepam yang efektif untuk mencegah kejang demam berulang dan
bila diberikan intermittent hasilnya lebih baik karena penyerapannya lebih
cepat.
Selain itu, juga dapat diberikan klonazepam sebagai obat anti
konvulsan intermittent (0,03 mg/kg BB per dosis tiap 8 jam) selama suhu diatas
38oC dan dilanjutkan jika masih demam.
Profilaksis Terus Menerus dengan Antikonvulsan
Tiap Hari
Indikasi pemberian profilaksis terus
menerus adalah:
·
Sebelum kejang demam yang pertama, anak sudah
menunjukkan kelainan atau gangguan perkembangan neurologis.
·
Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat
genetik pada orang tua atau saudara kandung.
·
Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau
diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap
·
Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12
bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.
Antikonvulsan
profilaksis terus menerus diberikan selama 1 – 2 tahun setelah kejang terakhir,
kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 – 2 bulan. Pemberian profilaksis
terus menerus hanya berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi
tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Pemberian
fenobarbital 5 – 6 mg/kg BB perhari menunjukkan hasil yang bermakna untuk
mencegah berulangnya kejang demam.
Upaya yang dapat dilakukan untuk
mencegah terjadinya kejang berulang adalah:
·
Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup
informasi mengenai penanganan demam dan kejang.
·
Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan
diazepam dosis 0,3-0,4 mg/kg BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam
·
Profilaksis terus menerus dengan fenobarbital per oral
5-6 mg/ kg BB/ hari sebagai dosis tunggal atau 2 dosis terbagi. Berikan selama
12 bulan.
.
Pemberian
obat pada saat demam
- Antipiretik
Parasetamol
10-15mg/kg/kali atau ibuprofen 5-10mg/kg/kali dapat diberikan meskipun tidak
terdapat bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang
demam
- Antikonvulsan
Diazepam oral
0,3mg/kg atau diazepam rectal 0,5mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 oC
dapat menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus
.
Pemberian
obat rumatan
Pengobatan
rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut
(salah satu):
- kejang lama > 15 menit
- terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
- kejang fokal
- dapat dipertimbangkan bila:
ª
kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
ª
terjadi pada bayi berusia < 12 bulan
ª
kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Obat pilihan
adalah asam valproat 15-40mg/kg/hari dalm 2-3 dosis, atau fenobarbital
3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas
kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selam 1-2 bulan.
PROGNOSIS
ª
Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap
normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kecacatan dan kematian karena kejang
demam tidak pernah dilaporkan.
ª
Faktor resiko berulangnya kejang demam:
1.
riwayat kejang demam dalam keluarga
2.
usia kurang dari 12 bulan
3.
temperatur yang rendah saat kejang
4.
cepatnya timbul kejang setelah demam
ª
Faktor resiko terjadinya epilepsi
1. Kelainan neurologis atau
perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
2.
kejang demam kompleks
3.
riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung
DAFTAR PUSTAKA
UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI, 2006
No comments:
Post a Comment