Sunday, June 14, 2015

KEJANG DEMAM



KEJANG DEMAM

BATASAN
  • Kejang demam ialah bangkitan kejang yang terjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rectal di atas 38 oC) yang disebabkan oleh suatu proses ekstrakranium. 
  • Kejang merupakan gangguan syaraf yang sering dijumpai pada anak
  • Insiden kejang demam pada anak di bawah usia 5 tahun adalah 2,2-5%
  • Anak laki-laki lebih sering dari pada perempuan dengan perbandingan 1,2–1,6:1
  • Kemungkinan kejang demam berulang pada anak yang mengalami kejang demam sebelum usia 12 tahun adalah 62,2%
  • pada anak setelah usia 12 tahun sebesar 45%
  • Kejang demam kompleks dan kejang demam fokal merupakan prediksi untuk terjadinya epilepsi
  •  Anak yang pernah mengalami kejang tanpa demam, kemudian kejang demam kembali, tidak termasuk dalam kejang demam
  • Bila anak berusia kurang dari 6 bulan atau lebih dari 5 tahun mengalami kejang didahului demam, pikirkan kemungkinan lain, misalnya infeksi susunan syaraf pusat, atau epilepsi yang kebetulan terjadi bersama demam.

KLASIFIKASI
1.      Kejang Demam Sederhana (simple febrile seizure)
Kejang demam yang berlangsung singkat, kurang dari 15 menit, dan umumnya akan berhenti sendiri. Kejang berbentuk umum tonik dan atau klonik, tanpa gerakan fokal. Kejang tidak berulang dalam waktu 24 jam.

2.      Kejang Demam Kompleks (complex febrile seizure)
Kejang dengan salah satu ciri berikut ini:
  • Kejang lama > 15 menit
  • Kejang fokal atau parsial satu sisi, atau kejang umum didahului kejang parsial
  • Berulang atau lebih dari 1 kali dalam 24 jam

MANIFESTASI KLINIS
Anamnesis
  • Adanya kejang, jenis kejang, kesadaran, lama kejang, suhu sebelum/saat kejang, frekuensi, interval, pasca kejang, dan penyebab kejang di luar SSP
  • Riwayat kelahiran, perkembangan, kejang demam dalam keluarga, epilepsi dalam keluarga
  • Singkirkan penyebab kejang yang lain
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran, suhu tubuh, tanda rangsangan meningeal, tanda peningkatan TIK, tanda infeksi di luar SSP
Pemeriksaan Penunjang
  1. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorium tidak dikerjakan secara rutin pada kejang demam, tetapi dapat dikerjakan untuk mengevaluasi sumber infeksi penyebab demam. Pemeriksaan laboratorium yang dapat dikerjakan misalnya darah perifer, elektrolit, dan gula darah
  1. Pungsi Lumbal
Pemeriksaan cairan serebrospinal dilakukan untuk menegakkan atau menyingkirkan kemungkinan meningitis. Mengingat pada bayi kecil manifestasi klinis meningitis tidak jelas, maka pungsi lumbal:
  • Sangat dianjurkan pada bayi < 12 bulan
  • Dianjurkan pada bayi berusia antara 12-18 bulan
  • Tidak rutin pada bayi > 18 bulsn
Elektroensefalografi
    • Tidak direkomendasikan karena tidak dapat memprediksi berulangnya kejang, ataupun memperkirakan kemungkinan kejadian epilepsi di kemudian hari.
    • Dapat dilakukan pada keadaan kejang demam yang tidak khas.

  1. Pencitraan
Foto x-ray kepala, CT-scan, atau MRI tidak rutin, dan hanya dikerjakan atas indikasi, seperti:
  • Kelainan neurologik fokal yang menetap
  • Paresis nervus VI
  • Papil edema
                       
TATALAKSANA
 Tujuan pengobatan kejang demam pada anak adalah untuk:
• Mencegah kejang demam berulang
• Mencegah status epilepsi
• Mencegah epilepsi dan/ atau mental retardasi
• Normalisasi kehidupan anak dan keluarga.
.  Mengatasi kejang
1. Pengobatan Fase Akut
·         Prioritas utama adalah menjaga agar jalan nafas tetap terbuka.
o   Pakaian dilonggarkan
o   Posisi anak dimiringkan
o   Pengisapan lendir
o   Pemberian oksigen (kalau perlu intubasi)
·         Perhatikan kebutuhan cairan, kalori dan elektrolit.
·         Turunkan suhu tubuh
o   kompres air hangat (diseka)
o   Berikan antipiretik (asetaminofen oral 10-15 mg/ kg BB, 4 kali sehari atau ibuprofen oral 5-10 mg/kg BB, 4 kali sehari).
·         Diazepam merupakan obat pilihan utama untuk kejang demam fase akut, karena diazepam mempunyai masa kerja yang singkat. Dosis diazepam pada anak adalah 0,3-0,4 mg/kg BB, diberikan secara intravena pada kejang demam fase akut. Tetapi pemberian tersebut sering gagal pada anak < 6 bulan.
·         Pilihan kedua, dapat diberikan phenobarbital suntikan intravena dengan dosis 5-6 mg/ kg BB/ hari untuk infants. Dosis ini dapat diberikan sebagai dosis tunggal atau dua dosis terbagi.

2. Mencari dan Mengobati Penyebab
Kejang dengan suhu badan yang tinggi dapat terjadi karena faktor lain, seperti meningitis atau ensefalitis. Oleh sebab itu pemeriksaan cairan serebrospinal diindikasikan pada anak pasien kejang demam berusia kurang dari 2 tahun, karena gejala rangsang selaput otak lebih sulit ditemukan pada kelompok umur tersebut. Pemeriksaan laboratorium lain dilakukan atas indikasi untuk mencari penyebab, seperti pemeriksaan darah rutin, kadar gula darah dan elektrolit. Pemeriksaan CT-Scan dilakukan pada anak dengan kejang yang tidak diprovokasi oleh demam dan pertama kali terjadi, terutama jika kejang atau pemeriksaan post iktal menunjukkan abnormalitas fokal.

3. Pengobatan Profilaksis Terhadap Kejang Demam Berulang
Pencegahan kejang demam berulang perlu dilakukan, karena dapat menyebabkan kerusakan otak yang menetap. Terdapat 2 cara profilaksis, yaitu
·         Profilaksis intermittent pada waktu demam
·         Profilaksis terus menerus dengan antikonvulsan tiap hari.

Profilaksis Intermittent pada Waktu Demam
Pengobatan profilaksis intermittent dengan anti konvulsan segera diberikan pada waktu pasien demam. Pilihan obat harus dapat masuk dan bekerja ke otak. Antipiretik saja dan fenobarbital tidak mencegah timbulnya kejang berulang. Pilihan pertama adalah diazepam yang efektif untuk mencegah kejang demam berulang dan bila diberikan intermittent hasilnya lebih baik karena penyerapannya lebih cepat. Selain itu, juga dapat diberikan klonazepam sebagai obat anti konvulsan intermittent (0,03 mg/kg BB per dosis tiap 8 jam) selama suhu diatas 38oC dan dilanjutkan jika masih demam.

Profilaksis Terus Menerus dengan Antikonvulsan Tiap Hari
Indikasi pemberian profilaksis terus menerus adalah:
·         Sebelum kejang demam yang pertama, anak sudah menunjukkan kelainan atau gangguan perkembangan neurologis.
·         Terdapat riwayat kejang tanpa demam yang bersifat genetik pada orang tua atau saudara kandung.
·         Kejang demam lebih lama dari 15 menit, fokal atau diikuti kelainan neurologis sementara atau menetap
·         Kejang demam terjadi pada bayi berumur kurang dari 12 bulan atau terjadi kejang multipel dalam satu episode demam.

Antikonvulsan profilaksis terus menerus diberikan selama 1 – 2 tahun setelah kejang terakhir, kemudian dihentikan secara bertahap selama 1 – 2 bulan. Pemberian profilaksis terus menerus hanya berguna untuk mencegah berulangnya kejang demam berat, tetapi tidak dapat mencegah timbulnya epilepsi di kemudian hari. Pemberian fenobarbital 5 – 6 mg/kg BB perhari menunjukkan hasil yang bermakna untuk mencegah berulangnya kejang demam.

Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya kejang berulang adalah:
·         Orang tua atau pengasuh anak harus diberi cukup informasi mengenai penanganan demam dan kejang.
·         Profilaksis intermittent dilakukan dengan memberikan diazepam dosis 0,3-0,4 mg/kg BB perhari, per oral pada saat anak menderita demam
·         Profilaksis terus menerus dengan fenobarbital per oral 5-6 mg/ kg BB/ hari sebagai dosis tunggal atau 2 dosis terbagi. Berikan selama 12 bulan.
.  Pemberian obat pada saat demam
  1. Antipiretik
Parasetamol 10-15mg/kg/kali atau ibuprofen 5-10mg/kg/kali dapat diberikan meskipun tidak terdapat bukti bahwa penggunaan antipiretik mengurangi resiko terjadinya kejang demam
  1. Antikonvulsan
Diazepam oral 0,3mg/kg atau diazepam rectal 0,5mg/kg setiap 8 jam pada suhu > 38,5 oC dapat menurunkan resiko berulangnya kejang pada 30-60% kasus
.  Pemberian obat rumatan
Pengobatan rumat hanya diberikan bila kejang demam menunjukkan ciri-ciri sebagai berikut (salah satu):
  1. kejang lama > 15 menit
  2. terdapat kelainan neurologis yang nyata sebelum atau sesudah kejang
  3. kejang fokal
  4. dapat dipertimbangkan bila:
ª      kejang berulang dua kali atau lebih dalam 24 jam
ª      terjadi pada bayi berusia < 12 bulan
ª      kejang demam ≥ 4 kali per tahun
Obat pilihan adalah asam valproat 15-40mg/kg/hari dalm 2-3 dosis, atau fenobarbital 3-4mg/kg/hari dalam 1-2 dosis. Pengobatan diberikan selama 1 tahun bebas kejang, kemudian dihentikan secara bertahap selam 1-2 bulan.


PROGNOSIS
ª      Perkembangan mental dan neurologis umumnya tetap normal pada pasien yang sebelumnya normal. Kecacatan dan kematian karena kejang demam tidak pernah dilaporkan.
ª      Faktor resiko berulangnya kejang demam:
1.      riwayat kejang demam dalam keluarga
2.      usia kurang dari 12 bulan
3.      temperatur yang rendah saat kejang
4.      cepatnya timbul kejang setelah demam
ª      Faktor resiko terjadinya epilepsi
1.      Kelainan neurologis atau perkembangan yang jelas sebelum kejang demam pertama
2.      kejang demam kompleks
3.      riwayat epilepsi pada orang tua atau saudara kandung

DAFTAR PUSTAKA
UKK Neurologi IDAI. Konsensus Penatalaksanaan Kejang Demam. Jakarta: Badan Penerbit IDAI, 2006


No comments:

Post a Comment