Thursday, June 4, 2015

LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT



LEUKEMIA LIMFOBLASTIK AKUT

1. Batasan
            Leukemia adalah suatu keganasan organ pembuat darah, sehingga sumsum tulang didominasi oleh klon maligna limfositik dan terjadi penyebaran sel-sel ganas tersebut ke darah dan semua organ tubuh.

2. Epidemiologi
            Leukemia menempati 40% dari semua keganasan pada anak. Faktor resiko terjadi leukemia adalah kelainan kromosom, bahan kimia, radiasi, faktor hormonal, infeksi virus.

3. Patogenesis dan klasifikasi
·         Blastosit abnormal gagal berdiferensiasi menjadi bentuk dewasa, sementara proses pembelahan berlangsung terus. Sel-sel ini mendesak komponen hemopoitik normal sehingga terjadi kegagalan sumsum tulang. Di samping itu, sel-sel abnormal melalui peredaran darah melakukan infiltrasi ke organ-organ tubuh.
·         Klasifikasi:
Dikenal 2 golongan besar leukemia akut:
ü  Leukemia limfoblastik akut (LLA) : sel induk berasal dari sel induk sistem limfoid
ü  Leukemia mieloblastik akut (LMA) : sel induk berasal dari sel induk sistem mieloid

4. Diagnosis
I. Anamnesis
ü  Anemia, sering demam, perdarahan, berat badan turun, anoreksia, kelemahan umum.
ü  Keluhan pembesaran kelenjar getah bening dan perut.
II. Pemeriksaan fisis
ü  Anemis dan tanda perdarahan : mukosa anemis, perdarahan, ulsera, angina Ludwig
ü  Pembesaran kelenjar limfe general
ü  Splenomegali, kadang hepatomegali
ü  Pada jantung terjadi gejala akibat anemia
ü  Infeksi pada kulit, paru, tulang
III. Pemeriksaan penunjang
ü  Anemia normositik normokromik, kadang-kadang dijumpai normoblas
ü  Pada hitung jenis terdapat limfloblas. Jumlah limfoblas dapat mencapai 100%.
ü  Trombositopenia, uji tourniquest positif dan waktu perdarahan memanjang
ü  Retikolositopenia
ü  Kepastian diagnostik : pungsi sumsum tulang, terdapat pendesakan eritropoiesis, trombopoesis, dan granulopoesis. Sumsum tulang didominasi oleh limfoblas.
ü  Rontgen foto toraks AP dan lateral untuk melihat infiltrasi mediastinal
ü  Lumbal pungsi: untuk mengetahui ada infiltrasi ke cairan serebrospinal.

5. Penatalaksanaan
1.      Protokol pengobatan
Protokol pengobatan menurut IDAI ada 2 macam yaitu:
a.       Protokol half dose Metothrexate (Jakarta 1994)
b.      Protokol Wijaya Kusuma (WK-ALL 2000)
2.      Pengobatan suportif
Terapi suportif misalnya transfusi komponen darah, pemberian antibiotik, nutrisi, dan psikososial.



6. Pemantauan
I. Terapi
       Komplikasi terapi adalah alopesia, depresi sumsum tulang, agranulositosis. Sepsis merupakan komplikasi selama pengobatan sitostatik. Pemberian cortikosteroid dapat terjadi perubahan perilaku, misalnya marah, dan nafsu makan yang berlebihan
II. Tumbuh kembang
       Pasien secepatnya masuk sekolah. Dalam jangka lama perlu observasi fungsi hormonal dan tumbuh kembang anak.

Berikut ini adalah foto dari Indonesian ALL Protocol-2006
 Standart Risk Maintenance


Standart Risk



Hight Risk maintenance


Hight Risk

No comments:

Post a Comment