STROKE yang berhubungan dengan ATRIUM FIBRILASI
DEFINISI
Terjadinya oklusi
pembuluh darah serebral oleh karena lepasnya emboli yang berasal dari jantung bersamaan dengan AF
(ataxia of the pulse and delirium cordis).
ETIOLOGI / FAKTOR RESIKO
Emboli berasal dari
jantung yang disertai dengan AF pada pasien yang menderita aterosklerosis
intrakranial dan ekstrakranial.
PATOFISIOLOGI
1.
Karena tidak efektivenya kontraksi atrium (ineffectual
atrial contractions) menyebabkan terjadinya 'left appendage thrombi' sehingga
terjadi 'sluggish blood flow'. Disusul terjadinya penurunan fungsi ventrikel
kiri. Kondisi ini ditunjang oleh faktor usia lanjut, hipertensi, adanya emboli
sbelumnya dan DM.
2. Adanya penyakit jantung
seperti mitral stenosis, katup buatan (prosthetic heart valves), CAD dan CHF.
GAMBARAN KLINIK
1.
Dijumpai penurunan kesadaran
(pada 20% kasus).
2. Gejala lain relative non
spesifik.
Defisit neurologik terjadi
tiba tiba dan maksimal pada permulaan (umumnya
oklusi pada arteri serebri media atau cabangnya dan jarang terjadi
infark subkortikal pada teritorial arteri penetrans profunda).
3. Dijumpainya AF pada saat
masuk rumah sakit pada 25% kasus, sedangkan sepertiga kasus dijumpai intermiten
atau paroksismal serta disritmia.
DIAGNOSIS
1. Dijumpai adanya stroke iskhemik
dan AF co-exist.
2. Echocardiografi prekordial
untuk menyingkirkan MS (oklusi) dan tumor atrium.
DIAGNOSA BANDING
1. Stenosis karotis dengan AF
(12%).
2. Hipertensi dengan AF (50%).
PENATALAKSANAAN
Terapi Medikamentosa
1. Intensitas optimal
antikoagulan untuk pencegahan stroke pada AF adalah pada ratio normalisasi
internasional 2,0-3,0. Keampuhan warfarin menurun dengan tajam dibawah rasio
normal internasional 2,0 dan resiko perdarahan meningkat secara bermakna diatas
rasio 3,0.
2. Warfarin dianjurkan untuk
pencegahan stroke pada AF dan satu atau beberapa faktor resiko termasuk stroke
sebelumnya (TIA), hipertensi, gagal jantung, DM, CAD. MS dan
tirotoksikosis.
3. Pada usia lanjut yang
berhubungan dengan stroke pada penderita AF tanpa adanya faktor resiko lain,
warfarin dianjurkan pemakaiannya pada semua penderita usia diatas 75 tahun.
Sebaliknya pasien usia dibawah 65 tahun tanpa faktor resiko, terjadinya stroke
adalah rendah. Jadi warfarin tidak dianjurkan, sementara aspirin atau antithrombotik
sebaiknya diberikan.
4. Saat pemberian terapi
antikoagulan pada pasien dengan serangan stroke akut masih merupakan sesuatu
yang belum pasti.
5. Pemberian antikoagulan
segera pada stroke kardio-embolik berhubungan dengan tingginya resiko
hemorhagik transformasi dan pemburukan defisit neurologik
6. Pada pasien dengan infark
yang luas, hipertensi yang tak terkontrol, ataw 'low risk relative', untuk
rekurensi dini, penundaan antikoagulan selama beberapa hari sampai 1 minggu
dapat mengurangi resiko perdarahan. Jadi pencegahan terjadinya hemorhagik
infark bermakna, antikoagulan sebaiknya ditunda, namun hemorhagik infark
bukanlah kontra-indikasi absolut pada pengobatan antikoagulan, terutama bagi
pasien dengan 'high risk' sumber emboli.
PROGNOSIS dan KOMPLIKASI
1. Warfarin (international Normalized Ratio =
2,0-3,0) mengurangi resiko stroke pada pasien dengan AF, dan berkaitan dengan
diterimanya 'low risk' perdarahan pada pasien yang dikelola dengan baik dan
hati hati.
2.
'Annual
risk' terjadinya stroke pada pasien usia 69 tahun (mean of age) adalah 1,4%
dengan terapi warfarin dan 4,5% dengan kelompokkontrol.
3.
'Annual risk' terjadinya perdarahan hebat (major
hemorrhage) yang memerlukan hospitalisasi adalah 1,3% pada warfarin grup dan
1,0% pada grup kontrol.
4.
Resiko perdarahan intrakranial pada warfarin grup hanya
0,3% pertahun. Sementara pada penelitian lain pada sub-grup usia 80 tahun (mean
of age) didapatkan 'annual rate' perdarahan intraserebral 1,8% pada pemberian
warfarin dibanding 0,8% pemberian aspirin.
5.
Penemuan ini sependapat dengan amannya pemberian
antikoagulan pada usia lanjut. Penelitian ini juga menyimpulkan bahwa aspirin
kurang ampuh dibanding warfarin.
No comments:
Post a Comment