ISONIAZID (INH)
Indikasi :
Tuberkulosis, dalam indikasi dengan obat lain
Dosis :
Bayi dan anak-anak :
Pengobatan pada LTBI (latent TB infection) : 10 – 20 mg/kg/hari dalam 1 –
2 dosis terbagi (maksimal 300 mg/hari) atau 20 – 40 mg/kg (maksimal 900 mg/
dosis) dua kali seminggu selama 9 bulan
Pengobatan infeksi TB aktif :
Terapi harian 10 – 15 mg/kg/hari dalam 1 – 2 dosis terbagi (maksimal 300
mg/hari)
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg).
Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 20 – 30 mg/kg (maksimal 900 mg).
Farmakokinetik :
Absorpsi cepat dan lengkap, kecepatan absorpsi dapat
berkurang dengan adanya makanan. Terdistribusi pada semua jaringan tubuh dan
cairan tubuh termasuk cairan serebrospinal, menembus plasenta, masuk ke dalam
air susu. Ikatan protein 10%-50%. Metabolisme melalui hati dengan penurunan kecepatan
metabolisme tergantung pada tipe asetilator. T½ eliminasi, asetilator cepat
30-100 menit, asetilator lambat 2-5 jam dan terjadi perpanjangan pada pasien
dengan kerusakan hati dan ginjal yang berat. Waktu
untuk mencapai kadar puncak, serum: 1- 2 jam. Ekskresi melalui urin (75% sampai 95%), melalui feses dan saliva. Rentang terapeutik adalah 1-7 mcg/ml (SI : 7-51
µmol/L) dan toxic 20-710 mcg/mL (SI: 146-5176 µmol/L).
Kontra Indikasi:
Drug induced liver disease (obat dapat menginduksi
timbulnya penyakit hati), Hipersensitivitas terhadap isoniazid atau komponen
lain dalam sediaan ; penyakit hati akut, riwayat kerusakan hati selama terapi
dengan isoniazid.
Efek Samping :
Mual, muntah, konstipasi; neuritis perifer dengan
dosis tinggi (diperlukan profilaksis piridoksin), neuritis optik, konvulsi,
episode psikosis, vertigo; reaksi hipersensitivitas termasuk demam, eritema
multiforma, purpura; gangguan darah termasuk agranulositosis, anemia
haemolitik, anemia aplastik; hepatitis (terutama umur diatas 35 tahun); syndrom
like-systemic lupus erythematosus, pellagra, hyper reflexia, hiperglikemia dan
dilaporkan ginekomastia
Interaksi Obat :
·
Efek sitokrom
P450: substrat CYP2E1 (major); Menghambat CYP1A2 (lemah), 2A6 (sedang) , 2C8/9
(sedang) , 2C19 (kuat) , 2 D6 (sedang), 2E1 (sedang), 3A4 (kuat) ; induksi
CYP2E1 (sesudah dihentikan)
·
Meningkatkan
efek/toksisitas : penggunaan bersama disulfiram menyebabkan reaksi intoleransi
akut. Isoniazid dapat meningkatkan kadar/efek amiodaron, ampfetamin,
benzodiazepin, beta-blocker, calcium channel blocker, citalopram,
deksmedetomidin, anestesi, lidokain, mesoridazin, methsuksimid, mirtazapin,
nateglinid, nefazodon, paroksetin, fenitoin, pioglitazon, propanolol,
risperidon, ritonavir, rosiglitazon, sertralin, sildenafil (dan inhibitor
PDE-5yanglain), tacrolimus, teofilin, thioridazin, antidepresan trisiklik,trimetadon,venlafaxin.
·
Warfarin dan
substrat dari CYP2A6,2C8/9,2C19, 2D6,2E1 , atau 3A4. Benzodiazepin tertentu
(midazolam dan triazolam), cisaprid, alkaloid ergot, HMG-CoA reduktase
inhibitor tertentu (lovastatin dan simvastatin),dan pimozide biasanya
kontraindikasi dengan inhibitor CYP3A4 kuat. Mesoridazine dan thioridazine
biasanya kontraindikasi dengan inhibitor CYP2D6 kuat. Jika digunakan dengan
inhibitor CYP3A4 kuat, diperlukan penyesuaian dosis untuk sildenafil dan
inhibitor PDE-5 yang lain.
·
Menurunkan
efek: / efek kadar isoniazid diturunkan oleh garam aluminium atau antasida.
Isoniasid dapat menurunkan efek/kadar subsrat prodrug CYP2D6 (seperti kodein,
hidrokodone, oksikodon, tramadol).
Interaksi
dengan makanan
Harus digunakan satu jam sebelum atau dua jam
sesudah makan pada keadaan lambung kosong; peningkatan asupan makanan yang
mengandung folat, niasin, magnesium. Tidak diperlukan pembatasan makanan yang
mengandung tyramin
Pengaruh Terhadap Hasil Labor
Interaksi tes laboratorium dengan isoniazid: terjadi
reaksi positif palsu pada pemeriksaan glukosa urin dengan Clinitest®
Peringatan
Kerusakan hati; kerusakan ginjal; status asetilator
lambat (meningkatkan risiko efek samping); epilepsi; riwayat psikosis;
ketergantungan alkohol, malnutrisi, diabetes melitus, infeksi HIV (resiko
neuritis perifer) ; kehamilan dan menyusui ; porfiria.
Informasi Untuk
Pasien
·
Jumlah dan
frekuensi penggunaan obat tergantung dari beberapa faktor, seperti kondisi
pasien, umur dan berat badan. Bila anda mempunyai pertanyaan yang berkaitan
dengan jumlah dan/ frekuensi pemakaian obat tanyakan pada dokter atau apoteker.
·
Gunakan pada saat
lambung kosong, sedikitnya 1 jam sebelum atau 2 jam sesudah makan. Jika perlu,
gunakan obat ini bersama makanan untuk menurunkan rasa tidak enak pada lambung.
·
Pasien tidak
boleh lupa minum obat, jangan menghentikan pemakaian obat ini tanpa berkonsultasi
dengan dokter. Ketidakpatuhan pasien dalam menggunakan obat hingga pengobatan
selesai akan mengakibatkan kegagalan terapi dan meningkatkan risiko memburuknya
kesehatan.
·
Jika pasien
lupa minum obat, segera mungkin minum obat setelah ingat. Jika terlewat
beberapa jam dan telah mendekati waktu minum obat berikutnya jangan minum obat
dengan dosis ganda, kecuali atas saran dari tenaga kesehatan. Jika lebih dari
satu kali dosis terlewat, mintalah nasehat dokter atau apoteker
·
Minimalisasi
penggunaan alkohol. Alkohol dapat meningkatkan resiko hepatitis.
·
Segera
memeriksakan diri ke dokter bila timbul lemah yg berkepanjangan,atau demam
lebih dari 3 hari, nafsu makan berkurang,mual, muntah, warna kuning pada kulit
dan mata, urin berwarna gelap,ruam, mati rasa atau terjadi rasa gatal pada kaki
dan tangan.
·
Jangan
menggunakan obat melebihi jumlah yang telah diresepkan, kecuali atas anjuran
dokter.
·
Kondisi medis
awal pasien harus diceritakan pada petugas kesehatan sebelum menggunakan obat
ini.
·
Jangan
menggunakan OTC atau obat resep yang lain tanpa memberitahu dokter yang merawat
No comments:
Post a Comment