RIFAMPICIN
Farmakologi
:
Durasi
kecil dari 24 jam. Diabsorpsi dengan baik pada pemberian oral, makanan dapat mengakibatkan penundaan absorpsi
(delay) atau sedikit menurunkan kadar puncak. Distribusi : sangat lipofilik ,
dapat menembus sawar darah otak (bood-brain barrier) dengan baik. Difusi
relatif dari darah ke dalam cairan serebrospinal : adekuat dengan atau tanpa
inflamasi. CSF : inflamasi meninges : 25%. Metabolisme utama dihati melalui
resirkulasi enterohepatik. Ikatan protein 80%. T½ eliminasi 3-4 jam; waktu
tersebut akan memanjang pada gagal hepar; gagal ginjal terminal : 1,8-11 jam. Waktu
untuk mencapai kadar puncak, serum adalah 2-4 jam. Ekskresi melalui feses (60%
- 65%) dan urin (~ 30%) sebagai obat yang tidak berubah
Indikasi
:
Tuberkulosis,
dalam kombinasi dengan obat lain, infeksi M. Leprae. Profilaksis meningitis
meningococcal dan infeksi haemophilus influenzae
Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain.
Brucellosis, penyakit legionnaires, endocarditis dan infeksi staphylococcus yang berat dalam kombinasi dengan obat lain.
Kontra
Indikasi :
Hipersensitivitas
terhadap rifampisin atau komponen lain yang terdapat dalam sediaan; penggunaan
bersama amprenavir, saquinafir/rotonavir (kemungkinan dengan proease
inhibitor), jaundice (penyakit kuning)
Dosis
:
Oral
(Dosis IV infusi sama dengan pemberian peroral). Terapi Tuberkulosis
Catatan : Regimen empat obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB. Bayi dan anak-anak < 12 tahun, terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari). Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari). Dewasa, terapi harian adalah 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari). Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) adalah 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari). Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid, dimana untuk anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan dan dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan. Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use) untuk bayi dan anak-anak adalah 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis dan dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari. Leprosy (unlabeled use) : dewasa, multibacillary adalah 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin, paucibacillary adalah 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson. Lesi tunggal : 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg. Profilaksis meningitis meningococcal untuk bayi 1 bulan adalah 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari. Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis), dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari. Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use) untuk anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain dan dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain. Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas.
Hemodialysis atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal
Catatan : Regimen empat obat (isoniazid, rifampisin, pirazinamid dan etambutol) lebih disukai untuk pengobatan awal, empirik TB. Bayi dan anak-anak < 12 tahun, terapi harian : 10 – 20 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari). Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) : 10 – 20 mg/kg (maksimal 600 mg/hari). Dewasa, terapi harian adalah 10 mg/kg/hari biasanya sebagai dosis tunggal (maksimal 600 mg/hari). Dua kali seminggu DOT (directly observed therapy) adalah 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari) ; 3 kali/minggu : 10 mg/kg (maksimal 600 mg/hari). Infeksi tuberkulosis latent (yang belum nampak): sebagai alternatif untuk isoniazid, dimana untuk anak-anak : 10 – 20 mg/kg/perhari (maksimal : 600 mg/hari) selama 6 bulan dan dewasa : 10 mg/kg/hari (maksimal : 600 mg/hari) selama 4 bulan. Profilaksis H. Influenzae (unlabeled use) untuk bayi dan anak-anak adalah 20 mg/kg/hari tiap 24 jam selama 4 hari, tidak lebih dari 600 mg/dosis dan dewasa : 600 mg setiap 24 jam selama 4 hari. Leprosy (unlabeled use) : dewasa, multibacillary adalah 600 mg sekali sebulan selama 24 bulan dalam kombinasi dengan ofloksasin dan minosiklin, paucibacillary adalah 600 mg sekali sebulan selama 6 bulan dalam kombinasi dengan dapson. Lesi tunggal : 600 mg sebagai dosis tunggal dalam kombinasi dengan ofloksasin 400 mg dan minosiklin 100 mg. Profilaksis meningitis meningococcal untuk bayi 1 bulan adalah 10 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari. Bayi = 1 bulan dan anak-anak : 20 mg/kg/hari dalam dosis terbagi tiap 12 jam selama 2 hari (maksimal 600 mg/dosis), dewasa : 600 mg tiap 12 jam selama 2 hari. Staphylococcus aureus pada nasal carrier (unlabeled use) untuk anak-anak: 15 mg/kg/hari dibagi tiap 12 jam selama 5 – 10 hari dalam kobinasi dengan antibiotik lain dan dewasa : 600 mg/hari selama 5 – 10 hari dalam kombinasi dengan antibiotik lain. Penyesuaian dosis pada pasien dengan kerusakan hepar : penurunan dosis diperlukan untuk meurunkan hepatotoksisitas.
Hemodialysis atau peritoneal dialysis : konsentreasi plasma rifampisin tidak signifikan dipengaruhi oleh hemodialisis atau dialisis peritoneal
Efek
samping
Gangguan
saluran cerna seperti anoreksia, mual, muntah, diare (dilaporkan terjadi
kolitis karena penggunaan antibiotika); sakit kepala, drowsiness; gejala
berikut terjadi terutama pada terapi intermitten termasuk gelala mirip
influenza (dengan chills, demam, dizziness, nyeri tulang), gejala pada respirasi
(termasuk sesak nafas), kolaps dan shock, anemia hemolitik, gagal ginjal akut,
dan trombositopenia purpura; gangguan fungsi liver, jaundice (penyakit kuning);
flushing, urtikaria dan rash; efek samping lain dilaporkan : edema, muscular
weakness dan myopathy, dermatitis exfoliative, toxic epidermal necrolysis,
reaksi pemphigoid, leucopenia, eosinophilia, gangguan menstruasi; urin, saliva
dan sekresi tubuh yang lain berwarna orange-merah; tromboflebitis dilaporkan
pada penggunaan secara infus pada periode yang lama
Interaksi
Obat
Efek
Cytochrome P450 : substrat CYP2A6, 2C8/9, 3A4 (major) ; Induksi CYP1A2 (kuat), 2A6 (kuat), 2B6 (kuat), 2 C8/9(kuat), 2C19 (kuat), 3A4 (kuat).
Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide
atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol, aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid,
inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)
Meningkatkan efek/toksisitas : Rifampisin dapat meningkatkan efek terapeutik clopidogrel, penggunaan bersama dengan isoniazid pyrazinamide
atau protease inhibitor (amprenavir saquinavir/ritonavir) dapat meningkatkan resiko hepatotoksisitas; antibiotika makrolida dapat meningkatkan kadar/toksisitas rifampin.
Menurunkan efek : Rifampisin dapat menurunkan efek/kadar obat-obat berikut: asetaminofen, alfentanil, amiodaron,angiotensin II receptor blocker (irbesartan dan losartan), 5-HT3 antagonis, antifungi imidazol, aprepitant, barbiturat, benzodiazepin (dimetabolisme melalui oksidasi), beta blocker, buspiron, calsium channel blocker, kloramfenikol, kortikosteroid, siklosporin; substrat CYP1A2, 2A6, 2B6, 2C8/9, 2C19 DAN 3A4 (contoh : aminofilin, amiodaron, bupropion, fluoksetin, fluvoksamin, ifosfamid, methsuksimid, mirtazapin, nateglinid, pioglitazon, promethazin, inhibitor pompa proton, ropinirol, rosiglitazon, selegilin, sertralin, teofilin, venlafaxin dan zafirlukast; dapson, disopiramid, kontrasepsi estrogen dan progestin, feksofenadin, flukonazol, asam fusidat, HMG-CoA reductase inhibitor, metadon, morfin, fenitoin, propafenon, inhibitor protease, quinidin, repaglinid,
inhibitor reverse transkriptase (non-nucleoside), sulfonilurea, takrolimus, tamoksifen, terbinafin, tocainide, antidepresan trisiklik, warfarin,zaleplon, zidovudin, zolpidem. Efek rifampisin diturunkan oleh inducer CYP2A6, 2C8/9, dan 3A4 (seperti : aminoglutethimide, barbiturat, karbamazepin, nafcillin, nevirapin dan fenitoin)
No comments:
Post a Comment