Sunday, June 14, 2015

ANAFILAKSIS



Anafilaksis/anafilaktoid

BATASAN
Anafilaksis
Respon klinis akut, sangat berat, berpotensi mengancam kehidupan, menyerang berbagai organ tubuh, akibat reaksi hipersensitivitas tipe I (atopi), yang merupakan efek farmakologik zat mediator yang dilepaskan dengan cepat dari sel mast dan basofil karena interaksi alergen dan antibody IgE spesifik yang terikat pada sel tersebut
Anafilaktoid
Gejala klinis sama dengan anafilaksis
Pelepasan mediator karena efek langsung terhadap sel mast dan basofil, bukan karena interaksi alergen dan IgE

KLASIFIKASI
            Secara imunopatologik reaksi anafilaksis/anafilaktoid dibagi menjadi :
  • Yang diperankan oleh IgE atau IgG
  • Karena lepasnya mediator secara langsung
  • Transfusi
  • Yang diinduksi prostaglandin oleh pengaruh aspirin atau obat lain

ETIOLOGI
  • Antibiotika : penisilin dan derivatnya, basitrasin, neomisin, tetrasiklin, streptomisin, dan lain-lain
  • Ekstrak alergen : rumput-rumputan atau jamur, serum (ATS, ADS, anti bisa ular)
  • Bahan yang sering digunakan untuk prosedur diagnosis : zat radioopak, bromsulftalein, benzilpenisiloil-polilisin
  • Bisa (racun) : ular, semut api, lebah, kumbang
  • Darah : lengkap, produk, gamaglobulin, kriopresipitat, serum, imunoglobulin i.v.
  • Makanan : susu sapi, kerang, kacang-kacangan, telur, udang
  • Lateks

PATOGENESIS
            Reaksi hipersensitivitas tipe I

KRITERIA DIAGNOSIS
            Riwayat penggunaan obat, makanan, gigitan binatang, atau transfusi

PEMERIKSAAN PENUNJANG
·         Dilakukan setelah keadaan gawat darurat teratasi
·         Pemeriksaan darah lengkap : Ht meningkat (hemokonsentrasi), SGOT meningkat, CPK (fosfokinase kreatin) meningkat, LDH (dehidrogenase laktat) meningkat, sebagai tanda kerusakan miokardium
·         Foto toraks : emfisema (hiperinflasi), atelektasis, atau edema paru
·         EKG : perubahan EKG bersifat sementara (kecuali pada infark miokardium) ; depresi gelombang ST, Bundle Branch Block, fibrilasi atrium, berbagai aritmia ventrikular



PENATALAKSANAAN
                      
Terapi Non-Farmakologi

Tindakan harus segera
1.      Resusitasi kardiopulmonal
2.      Trakeostomi sesuai indikasi

Terapi Farmakologi

1.      Adrenalin (epinefrin) 1/1000 0,01 ml/kgBB s.k./i.m., bila perlu ulangi lagi dengan interval 15 – 30 menit
2.      Bila syok/kolaps vaskular : adrenalin 1/10.000 0,01 – 0,05 ml/kgBB diberikan i.v. perlahan-lahan.
3.      Bila penyebabnya suntikan : adrenalin 1/1000 0,1 – 0,2 ml s.k. pada daerah bekas suntikan, untuk mengurangi absorpsi antigen
4.      Tourniquet (proksimal dari tempat gigitan) bila penyebabnya sengatan/gigitan hewan berbisa atau obat yang disuntikkan pada ekstremitas. Longgarkan tourniquet tiap 10 menit selama 1 – 2 menit
5.      Oksigen bila sianosis, dispnea, atau mengi, dosis : 5 – 10 L/menit melalui masker atau kateter hidung 
6.      Difenhidramin 1- 2 mg/kgBB (maksimal 50 mg) i.v./i.m. perlahan-lahan selama 5 – 10 menit, dilanjutkan p.o. setiap 6 jam setelah keadaan gawat teratasi
7.      Bila penderita masih hipotensi, dispnea, gawat : rawat di PICU
¨      Cairan intravena untuk mengatasi syok : larutan NaCl fisiologis dan glukosa 5% dengan perbandingan 1 : 4, 30 ml/kgBB sampai syok teratasi paling lama 2 jam. Setelah syok teratasi, infus diteruskan sesauai berat badan dan umur anak
¨      Aminofilin : pada bronkospasme diberikan 4 – 7 mg/kgBB, larutkan dalam D 5% sama banyak, suntikkan i.v. secara lambat (15 – 20 menit). Bila belum teratasi dilanjutkan perinfus, kecepatan 0,2 – 1,2 mg/kgBB/jam atau 4 – 5 mg/kgBB i.v. selama 20 – 30 menit setiap 6 jam. Kalau memungkinkan, monitor kadar aminofilin darah
¨      Vasopresor bila tekanan darah belum terkontrol, berikan salah satu obat di bawah ini :
§  Metaraminol bitartrat (Aramine) 0,01 mg/kgBB (maksimal 5 mg) dosis tunggal i.v. secara perlahan sambil memonitor bunyi jantung. Bila terjadi aritmia jantung, hentikan segera. Dosis dapat diulang
§  Levaterenol bitartrat (Levophed) 1 mg (1 ml) dalam 250 ml cairan i.v., kecepatan 0,5 ml/menit
§  Dopamin, berikan bersama infus, kecepatan 0,3 – 1,2 mg/kgBB/jam
8.      Kortikosteroid, diberikan setelah fase akut teratasi, memperpendek lama sakit dan mencegah rekurensi. Diberikan hidrokortison 7 – 10 mg/kgBB i.v. di;lanjutkan 5 mg/kgBB setiap 6 jam. Hentikan setelah 2 – 3 hari
9.      Suportif, setelah stabil

No comments:

Post a Comment