Thursday, June 18, 2015

ASMA BRONKIALE



ASMA BRONKIALE
                              
No. ICD-10 : J. 45

I
Batasan
Adalah suatu penyakit kronis saluran nafas dimana yang berperan adalah sel-sel inflamasi seperti eusinofil, limfosit T, sel mast, dll. Inflamasi kronik ini akan menyebabkan terjadinya peningkatan hipereaktiviti bronkus hingga terjadi epidsode berulang dari mengi, sesak nafas dan batuk, yang bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobatan.
 
II
Patofisiologi

Adanya faktor pencetus merangsang proses inflamasi saluran nafas, menyebabkan hiperreaktiviti bronkus :
·           edem mukosa saluran nafas
·           kontraksi otot polos saluran nafas
·           hipersekresi
Hal ini menimbulkan episode berulang dari mengi, sesak nafas dan batuk.

III
Gejala Klinis










·           Bersifat episodik, seringkali reversibel dengan atau tanpa pengobatan
·           Gejala berupa batuk, sesak nafas, rasa berat di dada dan berdahak
·           Gejala timbul / memburuk terutama malam hari/ dini hari
·           Diawali oleh faktor pencetus yang bersifat individu
·           Respon terhadap pemberian bronkodilator

Hal lain yang perlu dipertimbangkan dalam riwayat penyakit
·           Riwayat keluarga (atopi)
·           Riwayat alergi / atopi
·           Penyakit lain yang memperberat
·           Perkembangan penyakit dan pengobatan

IV
Pemeriksaan dan Diagnosis


























Klasifikasi diagnosis
Pemeriksaan fisik : bervariasi tergantung berat penyakit
·           Ekspirasi memanjang
·           Dengan atau tanpa wheezing
·           Penggunaan otot bantu nafas
·           Pada serangan sangat berat, mengi bisa tidak terdengar (silent chest), tetapi biasanya diserta gejala lain misalnya gelisah, sukar bicara, takikardi, hiperinflasi dan penggunaan otot bantu nafas

Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
·         Laboratorium :
o   Darah rutin
o   Kadar eusinofil total
o   Kadar eusinofil saluran nafas
o   Kadar IgE
·         Foto toraks untuk menyingkirkan penyakit lain atau untuk melihat adanya infeksi sebagai faktor pencetus atau penyulit.
4.2. Khusus
·           Arus puncak ekspirasi (APE)
·           Spirometri
·           Uji bronkodilator
·           Uji provokasi bronkus bila diperlukan (gejala tidak khas)
·           Uji kulit (alergi)

Derajat beratnya asma :
  1. Asma intermitten
  2. Asma persisten ringan
  3. Asma persisten sedang
  4. Asma persisten berat

Derajat beratnya serangan :
  1. Asma serangan akut ringan
  2. Asma serangan akut sedang
  3. asma serangan akut berat

V
Diagnosis Banding
·           Penyakit Paru Obstruksi Kronik (PPOK)
·           Bronkitis kronik
·           Gagal jantung kongestif
·           Batuk kronik akibat lain-lain
·           Disfungsi larings
·           Obstruksi mekanis (misalnya tumor)
·           Emboli paru

VI
Penyulit / Komplikasi
6.1. Karena penyakit





6.2. Karena tindakan

·           Sinusitis
·           Emfisema subkutis
·           Pneumotoraks
·           Gagal nafas

·           Infeksi
·           Pneumomediastinum

VII
Penatalaksanaan
Terapi jangka panjang
7.1. Non-Farmakologi   
     



7.2. Farmakologi












































Terapi pada serangan akut
7.1.    Non-Farmakologi


7.5.  Farmakologi


·           “avoidance” menghilangkan faktor pencetus
·           Fisioterapi
·           Senam asma
·           Pendidikan dan penyuluhan kesehatan

1.         Kontroler :
Asma intermitten : tidak perlu
Asma persisten ringan : glukokortikosteroid inhalasi (Budesonid, Flutikason) 200 – 400 µg dua kali sehari (BD/hari)
Asma persisten sedang-berat : glukokortikosteroid inhalasi (Budesonid, Flutikason) 400 - 800 µg BD/hari
Atau glukokortikosteroid oral (Metil prednisolon 2 x 4-8 mg/hari)

2.         Reliever :
Agonis β-2 kerja singkat inhalasi : salmeterol, folmeterol
Bronkodilator oral
o      Aminofilin 3 x 150 mg
o      Salbutamol 3 x 2 mg
o      Terbutalin 3 x 2,5 mg
o      Theophylin 2-3 x 130-260 mg
o      Euphylin retard 1-2 x 125-250 mg

3.         Atau kombinasi kontroler dan reliever (kombinasi bronkodilator – glukokortikosteroid inhalasi) pada asma persisten sedang-berat, misalnya
o      Salmeterol/flutikason, 2 x 1 – 2 puff
o      Folmeterol/budesonid, 2 x 1-2 puff

4.         Mukolitik, ekspektoran :
·               ambroksol, 3 x 1 tablet / sirup 3 x cth 1
·               bromheksin, 3 x 1 tablet / sirup 3 x cth 1
·               N-asetylcystein, 3 x 1 tablet / sirup 3 x cth 1

5.         Antibiotika oral
1.             Awal terapi bersifat empirik
Ko-amoksiklav, 3 x 625 mg
Ciprofloksasin, 2 x 500 mg
Levofloksasin, 1 x 500 mg
Azitromisin, 1 x 500 mg hari I, dilanjutkan
                   1 x 250 mg hari berikutnya
Eritromisin, 4 x 500 mg
Metronidazol, 3 x 500 mg
2.             Kalau perlu dikultur, setelah keluar hasil kultur, antibiotika diberikan sesuai kultur
·           Oksigen
·           Terapi cairan

1.         Bronkodilator
o      Agonis β-2 kerja singkat inhalasi (mis. Salbutamol nebules) 3x1 nebules (200 mcg) dengan interval 20 menit
Atau Agonis β-2 kerja singkat injeksi (mis. Terbutalin injeksi) 3 x 0,3-0,5 cc SC dengan interval 20 menit
Atau kombinasi Agonis β-2 kerja singkat + antikolinergik inhalasi (mis. Salbutamol + Ipratroprium bromide) 3 x 1 nebules dengan interval 20 menit
2.         Glukokortikosteroid
o      Metil prednisolon injeksi 62,5 – 125 mg
o      Atau Budesonide inhalasi
o      Atau Fluticasone propionat inhalasi
Nilai ulang setelah observasi 1 jam
o      Respon baik à pulangkan
o      Respon tidak sempurna à rawat di rumah sakit
o      Respon Buruk à rawat di ICU

Terapi dirawat :
Bronkodilator
o      Agonis β-2 kerja singkat inhalasi (mis. Salbutamol nebules 200 mcg) 4 – 6 x sehari
Atau Agonis β-2 kerja singkat injeksi (mis. Terbutalin injeksi) 4-6 x 0,3-0,5 cc SC
Atau kombinasi Agonis β-2 kerja singkat + antikolinergik inhalasi (mis. Salbutamol + Ipratroprium bromide) 4-6 x 1 nebules

Glukokortikosteroid
o      Metil prednisolon injeksi 2 x 62,5 – 125 mg, IV
o      Atau Budesonide inhalasi 4-6 x 1 nebules
o      Atau Fluticasone propionat inhalasi 2 -4 x 1 nebules

3.         Antibiotika
1.       Awal terapi bersifat empirik
o   Oral :
Ko-amoksiklav, 3 x  625 mg
Ciprofloksasin, 2 x 500 mg
Levofloksasin, 1 x 500 mg
Azitromisin, 1 x 500 mg hari I, dilanjutkan
                   1 x 250 mg hari berikutnya
Eritromisin, 4 x 500 mg
Metronidazol, 3 x 500 mg

o   Injeksi :
Ko-amoksiklav, 3 x  625 mg IV
Ciprofloksasin, 2 x 200 – 400 mg IV
Levofloksasin, 1 x 500 mg IV
Ceftriakson, 2 x 1 gr IV
Amoksisilin, 3 x 500 mg IV
Metronidazol, 3 x 500 mg IV

2.             Setelah keluar hasil kultur, antibiotika diberikan sesuai kultur

·           Mukolitik / Ekspektoran :
o      Ambroksol 3 x1 tablet, p.o atau sirup 3 x cth1
o      Bromheksin 3 x 1 tablet , p.o atau sirup 3 x cth 1 atau injeksi 3 x 1 ampul
o      N-asetilsistein 3 x 1 kapsul, p.o atau 3 x 1 sachet

VIII

Catatan Tambahan
-
IX
Daftar Pustaka
1.       Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Asma: Pedoman Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia, PDPI, Jakarta, 2004.
2.       Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang Jakarta: 1998.



No comments:

Post a Comment