Thursday, June 18, 2015

TUBERKULOSIS PARU


TUBERKULOSIS PARU

No. ICD-10 : A.15, A 16

1
Batasan
Adalah penyakit infeksi di paru yang bersifat kronik dan menular, disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis

2
Patofisiologi

-
3
Gejala klinis










1.  Gejala respiraorik
·           Batuk ringan (dengan atau tanpa dahak) sampai berat ≥2 minggu
·           Batuk darah
·           Sesak nafas
·           Nyeri dada

2.  Gejala sistemik
·           Demam terutama sore/malam hari
·           Gejala sistemik lainnya: malaise, keringat malam, anoreksia, berat badan menurun

4
Pemeriksaan dan Diagnosis



























































Klasifikasi diagnosis
Pemeriksaan jasmani :
·           Bervariasi, tergantung luas kelainan struktur paru
·           Pada awal penyakit umumnya tidak (atau sulit sekali) menemukan kelainan
·           Dapat ditemukan :
o   Suara nafas bronkial, amforik, atau suara nafas melemah
o   Ronki basah
o   Tanda-tanda penarikan paru, diafragma dan mediastinum

Pemeriksaan penunjang
4.1.    Umum
·               Foto toraks PA dan lateral (terutama bila lesi terlihat di lapangan tengah yang secara anatomis berasal dari puncak lobus bawah)

Foto toraks dianggap (+) bila meggambarkan kelainan terutama pada lapangan atas paru yang bersifat multiform yaitu :
o  Bercak berawan (infiltrat)
o  Kaviti
o  Bayangan bercak milier
o  Efusi pleura unilateral (umumnya) atau bilaetral (jarang)
o  Bercak kapur (kalsifikasi)
o  Garis fibrotik
o  Kompleks ranke
o  Schwarte atau penebalan pleura
Kelainan umumnya di lobus superior terutama apeks dan segmen posterior serta apeks lobus bawah

Luluh paru (destoyed lung) adalah gambaran radiologi yang memperlihatkan kerusakan paru yang luas, terdiri dari atelektasis, ektasis/multikaviti dan fibrosis parenkim paru

·               BTA langsung dari sputum pagi 3 x berturut atau sputum sewaktu-pagi-sewaktu (SPS)
·               Biakan M. tuberculosis dan uji resistensi
·               Laboratorium darah rutin
o   Jumlah leukosit mungkin normal atau sedikit meningkat
o   LED > 30 mm/ 1 jam I
o   Hitung jenis, biasanya didominasi limfosit
o   HB rendah pada kasus yang sudah lama

4.2.    Khusus
Pada kasus-kasus yang masih meragukan :
·               Bilasan bronkus untuk pemeriksaan kuman tuberkulosis (sediaan langsung, biakan). Pada anak biasanya dipakai bilasan lambung.
·               Identifikasi kuman tuberkulosis cara cepat (bila ada sarana) :
o   BACTEC
o   PCR
·               Pemeriksaan serologi (bila ada sarana)
o   ELISA
o   Immunochhromatographic tuberculosis (ICT)
o   Mycodot
o   Uji peroksidase anti peroksidase (PAP)

Berdasarkan hasil pemeriksaan BTA
·         TB paru BTA (+)
·         TB paru BTA (-)

Berdasarkan tipe penderita
·         Kasus baru
·         Kasus kambuh (relaps)
·         Kasus putus berobat (defaulted/drop out)
·         Kasus gagal pengobatan
·         Kasus kronik
·         Bekas TB

5
Diagnosis Banding
·           Bronkopneumonia
·           Bronkiektasis
·           Mikosis paru (infeksi jamur)
·           Tumor paru
Penyakit ini perlu diwaspadai pada kasus yang termasuk resiko tinggi untuk kanker paru yakni umur 40-50 tahun, laki-laki, perokok berat, BTA sputum (-), tidak menampakkan respon klinik yang memadai pada awal pengobatan.

6
Penyulit / Komplikasi
6.1.    Karena penyakit







6.2.    Karena tindakan

·         Penyebaran milier
·         TB ekstrapulmoner
·         Destroyed lung / lobe
·         Batuk darah masif / berulang
·         Pneumotoraks
·         Efusi pleura
·         Empiema

 Sesuai tindakan

7
Penatalaksanaan
7.1.    Non-Farmakologi



7.2.    Farmakologi





































































7.3.    Terapi khusus

·           Perbaiki gizi : nutrisi parenteral (Ka-En MG 3, Aminovel, Pan Amin G, Triofusin, Albumin)
·           Pendidikan kesehatan

Obat yang dipakai
·           Jenis obat utama (lini 1)
R = Rifampisin
H = INH (Isoniazid)
E = Ethambutol
Z = Pirazinamid
S = Sterptomisin
·           Jenis obat tambahan (lini 2)
Kanamisin
Amikasin
Kuinolon
Makrolid dan ko-amoksiklav (masih dalam penelitian)
Beberapa obat berikut belum/tidak tersediadi Indonesia
o      Kapreomisin
o      Sikloserin
o      PAS (dulu tersedia)
o      Dervat rifampisin dan INH
o      Thioamides (ethionamide dan prothionamide)

Dosis OAT
Obat
Dosis
Mg/KgBB/hr
Dosis yg dianjurkan
BB (Kg)
Rute
< 40
40-60
> 60

R
H
Z
E
S


8-12
4-6
20-30
15-20
15-18

10
5
25
15
15

300
150
750
500
Sesuai BB

450
300
1000-1250
750
750

450
300
1500
1000
1000


Oral
Oral
Oral
Oral
IM
Panduan OAT (Obat anti tuberkulosis)
o      Kategori I
à2 RHZE / 4 RH, alternatif 2 RHZE / 4H3R3
                                             2 RHZE / 6 HE
Idikasi :
1.       Kasus baru, BTA (+)
2.       Kasus baru, BTA (-), Rontgen luas
3.       Kasus baru, TB ekstrapulmoner berat, seperti meningitis, perikarditis, TB usus / peritonitis, pleuritis masif, spondilitis, TB saluran kemih, dll.

o      Kategori II
à2 RHZES / 1 RHZE / 5 RHE
alternatif 2 RHZES / 1 RHZE / 5 R3H3E3
               2 RHZES / 1 RHZE / 6 HE

Indikasi : BTA (+)
1.       Kasus kambuh (relaps)
2.       Kasus putus berobat (default)
3.       Kasus gagal pengobatan

o      Kategori III
à 2 RHZ / 4 RH, alternatif 2 RHZ / 4 R3H3
                                           2 RHZ / 6 HE

Indikasi :
1.       Kasus baru, BTA (-), Rontgen minimal
2.       Kasus baru, TB ekstra pulmoner ringan

o      Kategori IV
à 2 obat yang sensitif + minimal 2 obat second line (Ciprofloxacine, Ofloxacine, Kanamycine, Eritromisin, Azytromicine, dll)

Indikasi :
1.       Kasus kronik
2.       MDR-TB
 
·         Hepatoprotektor
o      Curcuma, 3 x 1-2 tablet, oral
o      Kombinasi: lesitin, silimarin dan ekstrak schizandra
3 x 1 tablet atau sirup 3 x 1 cth

·         Terapi bedah
Indikasi mutlak
o      Semua pasien yang telah mendapat OAT adekuat tetapi dahak tetap positif
o      Batuk darah masif, tidak dapat diatasi dengan cara konservatif
o      Pasien dengan fistula bronkopleura dan empiema yang tidak dapat diatasi secara konservatif

Indikasi relatif
o      Pasien dengan dahak negatif dengan batuk darah berulang
o      Kerusakan satu paru atau lobus dengan keluhan
o      Sisa kaviti yang menetap

·         Tindakan invasif selain bedah
o      Bronkoskopi
o      Punksi pleura
o      Pemasangan WSD

8
Catatan Tambahan
Pada pengobatan TB paru, pemantauan respons klinik pada awal penyakit amat penting. Usia ≥ 50 tahun, sputum BTA (-) perokok berat, sebaiknya dilakukan pemeriksaan diagnostik kearah kanker paru :
·         Sitologi sputum
·         Bronkoskopi
·         TTB
·         CT Scan toraks dengan kontras
Hal iniperlu diperhatikan , karena amat sering ditemukan kasus yang diduga TB, ternyata belakangan terbukti kanker paru, sehingga diagnosis terlambat.
9
Daftar Pustaka
1.             Aditama TY. Hasil Kesepakatan PDPI : Pedoman penatalaksanaan TB Paru. dalam; Tuberkulosis: Diagnosis, Terapi & Masalahnya. Edisi IV. Jakarta: Ikatan Dokter Indonesia (IDI): 2002
2.             Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang Jakarta: 1998
3.             Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. Tuberkulosis:  Pedoman Diagnosis dan Penatalaksanaan Di Indonesia. PDPI. Jakarta: 2006
4.              



No comments:

Post a Comment