Sunday, June 21, 2015

infus admixture



INTERAKSI OBAT IN-VITRO
PADA PENAMBAHAN BAHAN ADITIF (ADMIXTURE)
DALAM LARUTAN INFUS

I.         PENDAHULUAN
Obat atau bahan aditif dapat ditambahkan atau dicampurkan kedalam wadah larutan infus standar, dengan harapan larutan infus dapat berfungsi ganda, yaitu infus sebagai pemelihara atau menjaga keseimbangan cairan tubuh dan obat yang terkandung didalamnya diharapkan dapat mempertahankan kadar terapeutik obat dalam plasma
Kecenderungan penambahaan obat kedalam larutan infus dalam praktek di Rumah Sakit semakin meningkat. Hasil survey ditemukan 39,2 % infus diberikan dengan penambahan obat lain (admixture)
Penambahan obat kedalam infus secara sembarangan dapat berakibat fatal jika infus tersebut diberikan kepada pasien. Obat (bahan aditif) yang ditambahkan dapat bereaksi dan beriteraksi dengan bahan yang dalam infus sebelum campuran admixture tersebut diberikan kepada pasien. Dalam ilmu farmaseutika disebut inkompatibilitas atau interaksi in-vitro.
Interaksi in-vitro dapat menimbulkan perubahan pada infus berupa :
·      Infus menjadi keruh
·      Endapan partikel halus
·      Perubahan warna
·      Penurunan aktifitas obat

II.      INTERAKSI SECARA FISIKA DAN KIMIA

Interaksi obat atau inkompatibilitas obat adalah :
Tidak tercampurkannya satu bahan kimia atau obat jika dicampurkan dengan bahan kimia atau obat lain.
Akibat reksi dan interaksi ini akan terjadi :
  • Perubahan sifat kimia dan sifat fisika
  • Potensi menurun
  • Kemungkinan terjadi toksik
Secara fisik larutan infus tampak berkabut atau ada endapat/kristal halus. Dalam beberapa hal interaksi sukar diamati secara visual. Interaksi obat dapat terjadi pada setiap saat dalam larutan infus, jika kedalam larutan ditambahkan obat atau bahan aditif lainnya.
        
Interaksi obat secara fisika lebih banyak berkaitan dengan perubahan sifat-sifat fisika obat berupa :
  • Penurunan solubilitas
  • Supersaturasi pada suhu rendah
  • Perubahan pada bentuk lain yang sukar larut
Umumnya interaksi secara fisika didahului  oleh interaksi secara kimia atau terjadi secara bersamaan.

Interaksi obat secara kimia lebih banyak mendominasi interaksi 2 atau lebih bahan obat dalam larutan infus.
Reaksi kimia yang terjadi pada pencampuran obat dan infus ialah :
  • Perubahan pH
  • Hidrolisis
  • Oksidasi dan reduksi
  • Efek salting-out
  • Pembentukan senyawa kompleks
  • Perubahan konsentrasiperubahan kimiawi
  • Endapan partikel halus (menyebabkan tromboflebitis)

Kemungkinan yang terjadi pada interaksi obat in-vitro secara fisika dan kimia ialah :
  1. Interaksi antara obat dengan obat yang ditambahkan
  2. Interaksi antara obat dengan bahan pembantu (buffer dll)
  3. Interaksi antara bahan pembantu dengan bahan pembantu
  4. Interaksi antara obat dengan wadah (gelas, plastik)
  5. Interaksi antara bahan pembantu dengan wadah (gelas, plastik)
Interaksi antara bahan obat dengan bahan pambantu dengan wadah larutan infus dapat terjadi jika kualitas wadah yan gtidak memenuhi syarat.
·         Wadah dari gelas yang baik terbuat dari barosilikat yang harus memenuhi syarat USP yaitu pelepasan alkali gelas kedalam larutan wadah
·         Wadah plastik untuk larutan infus mempynuai permasalahan khusus karena komponen pembentuk plastik seperti bahan tambahan olastikcizer, bahan pengisi, lubrikan, pigmen dll. sehingga banyak kemungkinan berinteraksi dengan obat dan bahan pembantu dalam infus. Pelepasan bahan plastik kedalam larutan, penyerapan obat dari larutan oleh wadah plastik dan perubahan permeabilitas wadah adalah faktor-faktor yang perlu diperhatikan

III.   PENAMBAHAN BAHAN ADITIF (ADMIXTURE) DALAM LARUTAN INFUS
Persyaratan infus lebih ketat dari larutan injeksi biasa karena :
·         Infus diberikan melalui i.v.
·         Diberikan dalam volume besar

Persyaratan infus :
·         Harus jernih (bebas partikel)
·         Steril dan bebas pirogen
·         Tidak boleh diberikan zat pengawet dan bahan pembantu
Untuk tujuan praktis Dokter dan Perawat menambahkan atau mencampurkan obat secara lansung kedalam infus karena :
  1. Pertimbangan jika diberikan secara oral dirasa kurang efektif terutama jika pasien dalam kondisi kritis
  2. Jika absorbsi i.m kurang baik karena gangguan sirkulasi, terutama untuk terapi intensif dengan obat antikoagulan
  3. Penggunaan obat multiple drug therapy
  4. Pengenceran obat jika obat dianggap terlalu pekat jika diberikan dalam bentuk bolus atau i.v.
  5. Mencegah hipotensi secara mendadak
  6. Lebih praktis karena infus berfungsi ganda yaitu infus sebagai pemelihara keseimbangan cairan dan obat berfungsi mempertahankan kadar terapeutik dalam plasma

IV.   PERMASALAHAN
Belakangan ini banyak dijumpai masalah bahwa :
·         Obat  tidak jelas khasiatnya jika diberikan sendiri atau dengan campuran
·         Jika obat atau beberapa obat ditambahkan dalam infus standar dapat terjadi beberapa kemungkinan terjadinya perubahan larutan infus
·         Kecepatan terjadi berbeda dari kondisi satu dengan yang lainnya yang idpengaruhi oleh suhu, waktu, pH, adanya sinar, elektrolit dan yang berkaitan dengan stabilitas infus (infus dalam bentuk emulsi, cairan jenuh atau hampir jenuh)

Interaksi  obat yang sering terjadi dalam campuran obat dalam infus :
1.        Obat tidak aktif
2.        Perubahan respon terapi
3.        Toksik
4.        Perubahan  warna
5.        Menimbul endapan, kabut partikel à tromboflebitis. Dijumpai pada penambahan diazepam, sodium bicarbonat, sodium thiopentone , doxorubicin, MTX, 5-FU à ekstravasasi à nekrosis kulit

V.      BEBERAPA PERTIMBANGAN
Pertimbangan yang perlu dilakukan sebelum menambahkan bahan-bahan obat/aditif kedalam infus :
  1. Perlukah atau haruskah pencapuran obat kedalam infus?
  2. Ditinjau dari Stabilitas obat, berapa lama obat cukup stabil dalam campuran infus jika dikehendaki “multiple-additive” apakah stabilitas dari masing-masing obat dalam pelarut infus dapat dijamin
  3. Ditinjau dari segi terapeutik, dapatkah obat dicampur atau diencerkan dengan pelarut infus memberikan efek terapi yang dikehendaki, mengingant terapi infus memerlukan waktu ayang cukup lama
  4. Karena suatu obat dapat terurai atai terdegradasi secara perlahan dalam larutan infus, maka waktu penambahannya dan pelksanaannya harus dilakukan sesegera mungkin
  5. Perlu diperhatikan bahwa praktek pencampuran beberapa macam injeksi kedalam satu infus tidak dapat dibenarkan, karena adanya perbedaan pH, kelarutan dll.

VI.   PEDOMAN PENAMBAGAHN BAHAN ADITIF SECARA LANGSUNG KEDALAM INFUS
  1. Obat atau bahan aditif hanya dtambahkan kedalam infus jika diperlukan agar kadar obat dalam plasma tetap berada dalam batas kadar terapeutik, atau jika pada pemberian i.v. bolus obat tersebut merangsang atau memberikan efek samping yang tidak dikehendaki sehingga perlu pengenceran dengan infus untuk doberikan dalam bentuk drips
  2. Hanya satu jenis obat yang dapat ditambahkan kedalam infus dan harus diketahui dengan jelas bahwa obat tercampurkan dengan infus. Obat yang akan ditambahkan sebaiknya dilarutkan terlebih dulu. Jangan menambahkan obat apapun kedalam darah, manitol dan sodium karbonat
  3. Kocok obat setelah dicampurkan agar tercampur secara homogen. Sebelum pelaksanaan infus, periksa larutan apakah jernih atau ada endapan
  4. Pencampuran harus dilakukan secara aseptis (dalam laminar air-flow). Infus set tidak boleh digunakan > 24 jam
  5. Setiap wadah infus harus diberi label yang mencantumkan hari dan tanggal, waktu dan saat penambahan obat/additif, nama dan jumlahobat, nama pasien. Sisakan sedikit infus untuk bahan pemeriksaan jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan
  6. Dianjurkan selama infus diberikan kepada pasien selalu diawasi dan dimonitor agar jika terjadi kekeruhan, endapan atau perubahan warna, kontaminasi dapat segera dihentikan
  7. Obat injeksi yang pada penyediaannya perlu direkonstruksi lebih dulu, harus ditambahkan kedalam larutan infus sesegera mungkin, agar dapat dihindari kemungkinan terjadinya degradasi atau perubahan formulasi (injeksi ampisilin pada rekonstruksi akan cepat terdegradasi pada penyimpanan, dan dapat membentuk senyawa polimer yang dapat mengakibatkan reaksi hipersensitif)
  8. Beberapa obat jika ditambahkan akan memerlukan suasana/lingkungan pH larutan infus tertentu.
·      Injeksi Amphotericin pada pemberiannya memerlukan pengenceran dengan larutan glukosa dengan pH >4,2. injeksi
·      pH Inj. Furosemid  jika dicampurkan dalam infus harus > 5.5
  1. Injeksi Amphotericin, dacarbazin dan Na nitoprusid yang pemberiannya melalui infus, botol harus dilindungi dari sinar matahari

COMPATIBILITY dan STABILITY
OBAT DALAM INFUS

Infus
Dextrose 2,5%
Dextrose 5%
Obat
Comp.
Stabilitas.
Comp.
Stabilitas.
Aminophylin
C
24 jam
C
24 jam
Ca Glukonas
C
24 jam
C
24 jam
Dopamin
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
Dobutamin
C
24 jam
C
24 jam
KCl
C
24 jam
C
24 jam
Phenitoin
I (↓)
Kristalisasi
I (↓)
Kristalisasi
Meylon
C
24 jam
C
24 jam

Infus
Dextrose  10%
Dextrose 40%
GZ
Obat
Comp.
Stabilitas.
Comp.
Stabilitas.
Comp.
Stabilitas.
Aminophylin
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Ca Glukonas
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Dopamin
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
Dobutamin
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
KCl
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Phenitoin
I (↓)
Kristalisasi
I (↓)
Kristalisasi
I (↓)
Kristalisasi
Meylon
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam

Infus
NaCl 0,9%
NaCl  3%
RL
Obat
Comp.
Stabilitas.
Comp.
Stabilitas.
Comp.
Stabilitas.
Aminophylin
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Ca Glukonas
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Dopamin
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
C
Terurai dlm 24 jam (<5%)
Dobutamin
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
KCl
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam
Phenitoin
C
670 mg/L (PD)
I (↓)
Kristalisasi
I (↓)
Kristalisasi
Meylon
C
24 jam
C
24 jam
C
24 jam

No comments:

Post a Comment