LUPUS
ERITEMATOSUS SISTEMIK (LES)
BATASAN
Lupus
eritematosus sistemik (LES) merupakan penyakit sistemik yang mengenai satu atau
beberapa organ tubuh, ditandai oleh inflamasi luas pada pembuluh darah dan
jaringan ikat, bersifat episodik yang diselingi periode remisi. Manifestasi
klinis LES sangat bervariasi dengan perjalanan penyakit yang sulit diduga dan
sering berakhir dengan kematian.
KLASIFIKASI
Lupus laten
LES
Lupus diskoid
Lupus obat
Lupus stadium lanjut
Sindroma antifosfolipid
(SAF)
ETIOLOGI
Tidak
diketahui, kecuali pada tipe tertentu, misalnya drug induced LES
Faktor risiko genetik dan
lingkungan dapat mencetuskan manifestasi klinis, antara lain : genetik,
hormonal, sinar ultraviolet, imunitas, obat tertentu, stres, infeksi
KRITERIA DIAGNOSIS
Bila
ditemukan 4 dari 11 kriteria menurut American
Rheumatism Association (ARA), maka diagnosis LES dapat ditegakkan
- Bercak malar (butterfly rash)
- Bercak diskoid
- Fotosensitif
- Ulser mulut/hidung, biasanya tidak sakit
- Artritis non erosif
- Nefritis : proteinuria > 0,5 g/hari, sedimen urin : eritrosit/leukosit/Hb
- Ensefalopati/kelainan neurologik
Konvulsi bukan karena obat, kelainan metabolik,
gangguan elektrolit
Psikosis
- Pleuritis atau perikarditis
- Salah satu kelainan darah : anemia hemolitik dengan retikulositosis, leukopenia, trombositopenia
- Salah satu kelainan imunologik
Anti dsDNA di atas titer normal
Anti Sm (Smith) di atas titer normal
Sel LE (+)
Tes sifilis (+) palsu
- Tes ANA (+)
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan darah
- Hb, leukosit, dan trombosit
- Anemia dan leukopenia : 50% anak
- Trombositopenia : 15% anak
- LED dan CRP
- Indikator reaksi inflamasi nonspesifik
- Sering meningkat
- Retikulosit
- PT dan PTT
- Biasanya memanjang, karena adanya circulating anticoagulant yang menghambat aktivitas prothrombin activator complex
- Komplemen : C3, C4, dan CH50
- Selama masa aktif, fraksi komplemen akan terpakai sehingga kadar komplemen akan rendah terutama bila disertai gangguan ginjal
- Kadar komplemen C3 dan C4 bersama-sama dengan anti ds-DNA dapat dipakai untuk menilai respon terapi dan aktivitas penyakit terutama pada penderita dengan lupus nefritis
- Uji Coomb
- Positif pada 10% penderita dengan anemia hemolitik
- Positif pada 30% penderita tanpa anemia hemolitik
- Uji ANA (antibodi antinuklear)
- Merupakan pemeriksaan skrining LES yang sangat membantu
- Positif pada semua anak dengan penyakit yang aktif
- Hasil positif bukan merupakan dasar diagnosis LES
- Anti ds-DNA
- Pada 50 – 70% anak LES
- Lebih spesifik pada penyakit ini dibandingkan dengan uji ANA, dan jarang terjadi pada penyakit lain
- Kenaikan titer berhubungan dengan aktivitas penyakitnya, terutama pada lupus nefritis
- Sangat bermanfaat untuk menilai respon terapi
- Sel LE : kurang sensitif dibandingkan dengan uji ANA
- Anti Smith
- Hanya pada 30% penderita
- Hasil positif diagnostik untuk LES
- Antibodi antiplatelet : pada 75% penderita tanpa trombositopenia
- Antibodi antinetrofil : menyebabkan netropenia
- Antibodi antifosfolipid : meningkatkan resiko trombosis dan tromboemboli vena bagian dalam dengan jalan bereaksi dengan bagian fosfolipid yang ada pada prothrombin activator complex
- Antibodi antihiston : titer yang tinggi sering dihubungkan dengan drug induced LES
- Uji ATA (antibodi antitiroid) : pada 40% penderita LES
- VDRL : hasil (+) palsu disebabkan karena adanya reaksi silang antara antibodi antifosfolipid dengan antibodi antikardiolipin
- SGOT dan SGPT
- Peningkatan ringan sesaat transaminase serum (25% penderita)
- Biasanya dihubungkan dengan pengobatan aspirin
- Kadar T3 dan T4 : hipotiroid pada 10 – 15% penderita
- Ureum dan kreatinin
- Protein dan albumin darah
Urin : rutin (mid stream), 24 jam
(total protein dan klirens kreatinin), biakan kuman
Foto toraks
Untuk melihat adanya pleuritis, efusi pleura,
pneumonitis akut, infiltrasi interstitial, perikarditis, efusi perikardium, dan
kardiomegali
Foto persendian : untuk melihat adanya artritis
Elektrokardiografi : untuk melihat bentuk gangguan jantung
Biopsi kulit
Pada penderita suspek LES
dengan uji ANA (-)
Dengan lupus band test dapat dideteksi adanya
deposit kompleks Ig dan komplemen pada dermal-epidermal
junction
Biopsi ginjal : menentukan derajat nefritis
Pemeriksaan mata : melihat cotton
wool exudates, episkleritis, dan skleritis
Diagnosis Banding
Penyakit
paru seperti TB
Penyakit ginjal
Penyulit
Kelainan
jantung, paru, otak
PENATALAKSANAAN
Terapi Farmakologi
Efektivitas obat yang digunakan pada LES sulit untuk dievaluasi karena
sering terjadi remisi spontan
Pengobatan tergantung dari berat ringannya penyakit
Sistemik
1. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) :
bila ada gejala artritis
a. Salisilat : < 20 kg : 80 – 90
mg/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 – 4 x bersamaan dengan makan, >20 kg : 60 –
80 mg/kgBB/hari p.o. dibagi dalam 3 – 4 x bersamaan dengan makan. Karena
hepatotoksik, SGOT/SGPT harus dimonitor.
Kontraindikasi : trombositopenia, gangguan
homeostasis
b. Naproksen : 10 – 20 mg/kgBB/hari
c. Tolmetin
sodium (Tolektin) : 20 –
30 mg/kgBB/hari
2. Hidroksiklorokuin : bila kelainan dominan
pada kulit/mukosa dengan atau tanpa artritis.
a. Dosis 5 mg/kgBB/hari p.o. (maksimal 300
mg).
b. Dosis tinggi (6 – 8 mg/kgBB/hari) dapat
diberikan untuk mengurangi dosis kortikosteroid.
c. Karena bersifat toksik pada retina,
kontrol oftalmologik tiap 6 bulan untuk melihat degenerasi makula.
3. Kortikosteroid
a. Prednison (p.o.) :
¨ Dosis rendah < 0,5 mg/kgBB/hari :
·
Pleuritis
·
Demam
berkepanjangan
·
Kelainan
kulit
·
Gejala
konstitusional yang berat
¨ Dosis tinggi 1 – 2 mg/kgBB/hari (maksimal
60 – 80 mg/hari) p.o. dibagi dalam 3 – 4 x bersama makanan :
·
Lupus
fulminan akut
·
Lupus
nefritis akut
·
Lupus
SSP akut
·
Anemia
hemolitik autoimun akut
·
Purpura
trombositopenia
a.
Metilprednisolon
(Solu-medrol) (parenteral)
¨ Dosis 15 – 30 mg/kgBB/hari i.v. untuk 3
hari berturut-turut.
¨ Diberikan pada penderita dengan penyakit
aktif yang berat yang tidak terkontrol dengan pemberian kortikosteroid dosis
tinggi peroral
4. Obat sitotoksik/imunosupresif : pada
penderita yang tidak responsif/mendapat efek simpang yang serius pada pemberian
kortikosteroid. Obat yang biasa digunakan :
a. Azatioprin (Imuran) : 1,25 – 2,5 mg/kgBB/hari p.o.
b. Siklofosfamid (Sitoksan) : 1 – 3 mg/kgBB/hari p.o., 10 – 20 mg/kgBB/hari i.v., 1 –
3 bulan
c. Merkaptopurin : 50 – 100 mg/hari
d. Klorambusil (Leukeran) : 0,1 mg/kgBB/hari
e. Karena efek simpang yang berat antara lain
sterilitas, infeksi, dan keganasan, maka penggunaan obat-obat tersebut hanya
untuk kasus yang berat dan diberikan hati-hati. Penggunaan pada lupus nefritis
masih kontroversial, namun biasanya diberikan pada anak dengan kelainan ginjal
berat atau keterlibatan organ vital lain yang berat (SSP).
Topikal :
Diberikan bila ada kelainan kulit
Obat yang biasa digunakan : Betametason 0,05%, flusinosid 0,05%, untuk 2
minggu, selanjutnya diganti dengan hidrokortison
Terapi Non-Farmakologi
- Pencegahan terhadap pemaparan sinar matahari
- Fisioterapi
- Terapi penyulit
- Suportif
- Pendidikan/edukasi
PROGNOSIS
Mayoritas
kematian disebabkan oleh penyulit ginjal, otak, paru, dan jantung yang berat.
Dengan diagnosis dini dan terapi mutakhir, 80 – 90% penderita dapat mencapai
harapan hidup 10 tahun dengan kualitas hidup yang hampir normal.
No comments:
Post a Comment