MENINGITIS
TUBERKULOSA
ICD = G.01*
SINONIM
: Tbc Susunan Saraf Pusat.
DEFINISI :
Meningitis
tbc dari diseminasi tbc milier yang berkontak dengan meningen.
Nodul
dibungkus oleh jaringan sekitarnya, kemudian pecah dan basil dikeluar kan
kedalam ruang sub-arachnoid.kedalam ruang sub-arachnoid.
Dijumpai
penebalan dengan eksudat yang terbentuk dalam cisterna basal dengan infiltrasi nervi kranialis dan menyumbat
ventrikel dan cisterna basal.
ETIOLOGI : Kuman Mycobactrium tbc.
PATOLOGI :
1.
Biasanya berhubungan dengan
infeksi tbc primer tubuh, terutama di paru-paru atau komplikasi tbc milier yang
menyebar ke meningen, sebagai bagian dari tbc bakteremia.
2.
Terbentuk beberapa fokus pada
meningen dan otak, oleh karena pecahnya fokus yang kemudian mengalami
diseminasi kedalam ventrikel dan ruang sub-arachnoid.
3.
Proliferasi arachnoiditis
dengan proteinaceus dalam cisterna basal dapat membungkus nervi kranialis
sekaligus merusaknya, kemudian terjadi vaskulitis inflamasi dinding arteri dan
thrombosis.
4.
Yang paling umum melibatkan arterai cerebri media dan menyebabkan
terjadinya infark serebri.
5.
Hidrosefalus oleh karena
peradangan eksudat di-cisterna basal, dan tuberkuloma yang berefek lesi massa (SOL) dan granuloma sehingga terjadi tuberkulosis
abses.
GAMBARAN KLINIK :
1.
Gejala
berkembang secara per-lahan lahan,.didahului dengan gejala non spesifikselama
2-8 minggu berupa malaise, anoreksia, fatigue, demam, mialgia dan sering dengan
nyeri kepala.
2.
Nyeri kepala makin lama makin
bertambah.
3.
Pada anak, gejala prodromal
berupa iritabel, mengantuk, susah makan dan nyeriperut dan demam sub febris, retraksi leher dan
'fontanella bulging'
4.
Pada orang tua, nyeri kepala
disertai konfus dan kaku kuduk.
5.
Kelumpuhan saraf otak sering
terjadi, terutama N.VI diikuti dengan N.III, N.IV, N.VII, N.X, N.XI dan N.XII.
6.
Gangguan visus terjadi karena
arakhnoiditis optiko-chiasmatis dan tuberkuloma yang menekan N. Optikus serta
terjadi 'gaze palsy' dan oftalmoplegia internal.
7.
Hemiparese dengan gangguan
gerakan berupa khorea, hemibalismus dan athetosis, ataksia serebelr dan
mioklonus oleh karena terjadinya tuberkuloma atau abses tbc.
8.
Kejang serta perobahan mental dan demam dengan meningismus.
9.
Dapat tidak dijumpainya tbc sistemik yang aktive. Namun ‘skin test’
biasanya positive.
10. Rontgen foto thorak paru
dapat atau tanpa dijumpai adanya gangguan paru paru.
DIAGNOSIS
:
1.
Lumbal Punksi :
a. CSS dijumpai peninggian
tekanan.
b.
Limfositosis, pleositosis,
kadar gula CSS menurun.
c.
Kadar protein meningkat .
d.
‘Acid fast stain positive’
sampai 30% dan
e.
Kultur positive sampai 90%.
2.
CT-Scan :
a.
Dilatasi Ventrikel difus dengan
Hidrosefalus oleh karena obstruksi
b.
CSS pada cisterna dan batang
otak.
3.
Arteriografi Serebral :
Tampak
spasme arteri karotis interna pada bagian intra kranial dan segmen proksimal.
DIAGNOSA BANDING :
1.
Tahap awal meningitis tbc diragukan dengan
meningitis virus.
2.
Meningitis granulomatous dengan
adanya demam, rangsangan meningeal, ensefalopati dan pleositosis.
3.
Meningitis kriptokokus.
4.
Neurosarkoidosis dengan adanya
gangguan nervus kranialis.
PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
1. INH 300 mgr / hari.
2. Ethambutol 15 mgr/KgBB/hari.
3. Rifampisin 600 mgr/hari
Diberikan selama 2
tahun.
Ulangi pemeriksaan CSS setelah 1 minggu
diagnosa dibuat.
PROGNOSA dan KOMPLIKASI .
'Outcome' klinis meningitis tbc berhubungan
dengan stadium penyakit.
1.
Stadium I : (dini) adanya gejala dan tanda
non-spesifik tanpa perobahan
kesadaran.
2.
Stadium II : (intermidate) gangguan kesadaran tanpa
koma atau delirium dan
tanda neurologik
ringan.
3.
Stadium III : (lanjut) adanya stupor dan koma dengan
defisit neurologik,
kejang dan
gerakan abnormal.
4.
Penyembuhan komplit atau kadang
kadang dengan sekuele neurologi ringan, dapat terjadi pada stadium I, sedangkan
penyembuhan dengan sekuele neurologi berat, umumnya terjadi pada stadium III
No comments:
Post a Comment