Tuesday, June 16, 2015

MENINGITIS TUBERKULOSA



MENINGITIS TUBERKULOSA

     ICD = G.01*

SINONIM : Tbc Susunan Saraf Pusat.

DEFINISI :
Meningitis tbc dari diseminasi tbc milier yang berkontak dengan meningen.
Nodul dibungkus oleh jaringan sekitarnya, kemudian pecah dan basil dikeluar kan kedalam ruang sub-arachnoid.kedalam ruang sub-arachnoid.
Dijumpai penebalan dengan eksudat yang terbentuk dalam cisterna basal dengan       infiltrasi nervi kranialis dan menyumbat ventrikel dan cisterna basal.

ETIOLOGI : Kuman Mycobactrium tbc.

PATOLOGI :
1.      Biasanya berhubungan dengan infeksi tbc primer tubuh, terutama di paru-paru atau komplikasi tbc milier yang menyebar ke meningen, sebagai bagian dari tbc bakteremia.
2.      Terbentuk beberapa fokus pada meningen dan otak, oleh karena pecahnya fokus yang kemudian mengalami diseminasi kedalam ventrikel dan ruang sub-arachnoid.
3.      Proliferasi arachnoiditis dengan proteinaceus dalam cisterna basal dapat membungkus nervi kranialis sekaligus merusaknya, kemudian terjadi vaskulitis inflamasi dinding arteri dan thrombosis.
4.      Yang paling umum melibatkan arterai cerebri media dan menyebabkan terjadinya infark serebri.
5.      Hidrosefalus oleh karena peradangan eksudat di-cisterna basal, dan tuberkuloma yang   berefek lesi massa (SOL) dan  granuloma sehingga terjadi tuberkulosis abses.

GAMBARAN KLINIK :
1.         Gejala berkembang secara per-lahan lahan,.didahului dengan gejala non spesifikselama 2-8 minggu berupa malaise, anoreksia, fatigue, demam, mialgia dan sering dengan nyeri kepala.
2.         Nyeri kepala makin lama makin bertambah.
3.         Pada anak, gejala prodromal berupa iritabel, mengantuk, susah makan dan nyeriperut  dan demam sub febris, retraksi leher dan 'fontanella bulging'
4.         Pada orang tua, nyeri kepala disertai konfus dan kaku kuduk.
5.         Kelumpuhan saraf otak sering terjadi, terutama N.VI diikuti dengan N.III, N.IV, N.VII, N.X, N.XI dan N.XII.
6.         Gangguan visus terjadi karena arakhnoiditis optiko-chiasmatis dan tuberkuloma yang menekan N. Optikus serta terjadi 'gaze palsy' dan oftalmoplegia internal.
7.         Hemiparese dengan gangguan gerakan berupa khorea, hemibalismus dan athetosis, ataksia serebelr dan mioklonus oleh karena terjadinya tuberkuloma atau abses tbc.
8.         Kejang serta perobahan mental dan demam dengan meningismus.
9.         Dapat tidak dijumpainya tbc sistemik yang aktive. Namun ‘skin test’ biasanya positive.
10.     Rontgen foto thorak paru dapat atau tanpa dijumpai adanya gangguan paru paru.
DIAGNOSIS :
1.         Lumbal Punksi :
a.       CSS dijumpai peninggian tekanan.
b.      Limfositosis, pleositosis, kadar gula CSS menurun.
c.       Kadar protein meningkat .
d.      ‘Acid fast stain positive’ sampai 30% dan
e.       Kultur positive sampai 90%.
2.         CT-Scan :
a.       Dilatasi Ventrikel difus dengan Hidrosefalus oleh karena obstruksi
b.      CSS pada cisterna dan batang otak.
3.         Arteriografi Serebral :
Tampak spasme arteri karotis interna pada bagian intra kranial dan segmen proksimal.

DIAGNOSA BANDING :
1.      Tahap  awal meningitis tbc diragukan dengan meningitis virus.
2.      Meningitis granulomatous dengan adanya demam, rangsangan meningeal, ensefalopati dan pleositosis.
3.      Meningitis kriptokokus.
4.      Neurosarkoidosis dengan adanya gangguan nervus kranialis.

PENATALAKSANAAN
Medikamentosa :
1.      INH 300 mgr / hari.
2.      Ethambutol 15 mgr/KgBB/hari.
3.      Rifampisin 600 mgr/hari
Diberikan selama 2 tahun.
            Ulangi pemeriksaan CSS setelah 1 minggu diagnosa dibuat.

PROGNOSA dan KOMPLIKASI .
 'Outcome' klinis meningitis tbc berhubungan dengan stadium penyakit.
1.      Stadium I        : (dini) adanya gejala dan tanda non-spesifik tanpa perobahan  
                                kesadaran.
2.      Stadium II       : (intermidate) gangguan kesadaran tanpa koma atau delirium dan   
                                tanda neurologik ringan.
3.      Stadium III      : (lanjut) adanya stupor dan koma dengan defisit neurologik,    
                                kejang dan gerakan abnormal.
4.      Penyembuhan komplit atau kadang kadang dengan sekuele neurologi ringan, dapat terjadi pada stadium I, sedangkan penyembuhan dengan sekuele neurologi berat,  umumnya terjadi pada stadium III

No comments:

Post a Comment