Saturday, June 20, 2015

PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)



 PENYAKIT PARU OBSTRUKSI KRONIK (PPOK)

No. ICD-10 : J. 44

I
Batasan
Adalah penyakit paru kronik yang ditandai dengan hambatan aliran udara di saluran nafas yang tidak sepenuhnya reversibel. Hambatan aliran udara ini bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi paru terhadap partikel atau gas yang bercun / berbahaya.
 
II
Patofisiologi


III
Gejala Klinis











Klasifikasi diagnosis
Faktor resiko
·           Laki-laki
·           Usia > 40 tahun
·           Riwayat pajanan : asap rokok, polusi udara, polusi tempat kerja

Gejala klinis
·           Sesak nafas
·           Batuk kronik, produksi sputum
·           Keterbatasan aktiviti


PPOK Stabil
  1. Derajat 0 : Beresiko
  2. Derajat 1 : PPOK Ringan
  3. Derajat 2 : PPOK Sedang
  4. Derajat 3 : PPOK Berat
PPOK eksaserbasi akut

IV
Pemeriksaan dan Diagnosis
Pemeriksaan fisik : bervariasi tergantung berat penyakit
1.         Normal
2.         Kelainan
·               Bentuk dada : barel chest
·               Penggunaan otot bantu nafas
·               Pelebaran sela iga
·               Hipertropi otot bantu nafas
·               Fremitus melemah, sela iga melebar
·               Hipersonor
·               Suara nafas vesikuler melemah atau normal
·               Ekspirasi memanjang
·               Mengi (wheezing)
Pemeriksaan penunjang
4.1. Umum
·           Laboratorium : Darah rutin
·           Foto toraks PA dan Lateral untuk menyingkirkan penyakit lain atau untuk melihat adanya infeksi sebagai faktor pencetus atau penyulit
Foto toraks curiga PPOK
1.             Normal
2.             Kelainan
o     Hiperinflasi
o     Hiperlusen
o     Diafragma mendatar
o     Corakan bronkovaskuler meningkat
o     Bulla
o     Jantung pendulum

·           Analisa gas darah (AGDA)

4.2. Khusus
·           Arus puncak ekspirasi (APE)
·           Spirometri
·           Uji bronkodilator*
·           a 1 anti tripsin*
·           DLCO*
Catatan : * bila ada sarana

V
Diagnosis Banding
·           Asma bronkial
·           Bronkiektasis
·           Tuberkulosis
·           Sindroma Obstruksi Pasca Tuberkulosis (SOPT)
·           Gagal jantung kongestif
·            
VI
Penyulit / Komplikasi
6.1. Karena penyakit



6.2. Karena tindakan

·           Kor pulmonale
·           Pneumotoraks
·           Gagal nafas

Intoksikasi oksigen

VII
Penatalaksanaan
Terapi jangka panjang
7.1. Non-Farmakologi





















































































7.2. Farmakologi






























































Terapi pada serangan akut
Non-Farmakologi






7.5.  Farmakologi


·           Hindari faktor pencetus
·           “Domiciliary oxygen therapy” dengan aliran rendah ± 15 jam/hari bila PaO2 < 55 mmHg
·           Fisioterapi
o      Latihan relaksasi
o      Latihan bernafas
·           Rehabilitasi psikis
·           Rehabilitasi pekerjaan
·           Pendidikan kesehatan kepada keluarga

Sesuai derajat PPOK
1.         Derajat I : PPOK Ringan
Bronkodilator kerja singkat  (Short Acting β-2Agonis/SABA, Antikolinergik kerja pendek) inhalasi kalau perlu
o      Ipratroprium bromide, MDI 20 mcg/semprot, 3-4 x 40 mcg/hari (Kombinasi dengan SABA)
Antikolinergik kerja lama untuk pemeliharaan
o      Tiotroprium, HandiHaler, 1 x sehari

2.         Derajat II : PPOK Sedang
Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator
o      Antikolinergik kerja lama sebagai pemeliharaan
Tiotropium bromide, HandiHaler, 1 x sehari
o      Long Acting β-2  Agonis (LABA)
Salmeterol, MDI 25 mcg/semprot, 2 x 2-4 semprot/hari
Formeterol, MDI 4,5; 9 mcg/semprot, 1-2 x 4,5-9 mcg
o      Xantin : Aminofilin 3 x 150 – 200 mg, oral
                       Aminofilin lepas lambat 2 x 225 mg, oral
                      Terbutalin 3 - 4 x 1,5 - 2,5 mg, oral
                      Teofilin 2-3 x 130-260 mg, oral
                      Teofilin lepas lambat 2 x 125 – 300 mg, oral
                      Eufilin retard 1-2 x 125-250 mg, oral
o      Simptomatik : mukolitik, ekspektoran
ü   Ambroksol 3 x1 tablet, p.o atau sirup 3 x cth1
ü   Bromheksin 3 x 1 tablet , p.o atau sirup 3 x cth 1
ü   N-asetilsistein 3 x 1 kapsul, p.o atau 3 x 1 sachet
o      Rehabilitasi

3.         Derajat III : PPOK Berat
Pengobatan reguler dengan 1 atau lebih bronkodilator
o      Antikolinergik kerja lama sebagai pemeliharaan
Tiotropium bromide, HandiHaler, 1 x sehari
o      Long Acting β-2  Agonis (LABA)
Salmeterol, MDI 25 mcg/semprot, 2 x 2-4 semprot/hari
Formeterol, MDI 4,5; 9 mcg/semprot, 1-2 x 4,5-9 mcg
o      Xantin : Aminofilin 3 x 150 – 200 mg, oral
                       Aminofilin lepas lambat 2 x 225 mg, oral
                      Terbutalin 3 - 4 x 1,5 - 2,5 mg, oral
                      Teofilin 2-3 x 130-260 mg, oral
                      Teofilin lepas lambat 2 x 125 – 300 mg, oral
                      Eufilin retard 1-2 x 125-250 mg, oral
o      Pengobatan komplikasi, misalnya infeksi
Antibiotika oral
1         Awal terapi bersifat empirik
Ko-amoksiklav, 3 x  625 mg
Ciprofloksasin, 2 x 500 mg
Levofloksasin, 1 x 500 mg
Azitromisin, 1 x 500 mg hari I, dilanjutkan
                   1 x 250 mg hari berikutnya
Eritromisin, 4 x 500 mg
Metronidazol, 3 x 500 mg
2         Setelah keluar hasil kultur, antibiotika diberikan sesuai kultur
o      Kortikosteroid inhalasi/sistemik bila memberi respon klinis atau eksaserbasi berulang
ü  Budesonid, MDI, 100 – 800 mcg/hari
ü  Metil prednisolon oral, 2 x 4 – 8 mg/hari
o      Simptomatik : mukolitik, ekspektoran
ü  Ambroksol 3 x1 tablet, p.o atau sirup 3 x cth1
ü  Bromheksin 3 x 1 tablet , p.o atau sirup 3 x cth 1
ü  N-asetilsistein 3 x 1 kapsul, p.o atau 3 x 1 sachet
o      Rehabilitasi
o      Terapi oksigen jangka panjang bila gagal nafas

·           Terapi Oksigen
·           Terapi cairan
·           Terapi nutrisi
·           Rehabilitasi fisik dan respirasi
·           Evaluasi progresifiti penyakit
·           Edukasi

Optimalisasi penggunaan obat-oabtan
1.         Bronkodilator
o      Kombinasi Agonis β-2 kerja singkat + antikolinergik inhalasi (mis. Salbutamol + Ipratroprium bromide) 4-6 x 1 nebules / hari
o      Xantin intravena
Aminofilin bolus 5-6 mg/KgBB/kali
Aminofilin drip 0,5-0,6 mg/KgBB/jam

o      Agonis β-2 kerja singkat inhalasi (mis. Salbutamol nebules 200 mcg) 4 – 6 x sehari
Atau Agonis β-2 kerja singkat injeksi (mis. Terbutalin injeksi) 4-6 x 0,3-0,5 cc SC

2.         Kortikosteroid sistemik
o      Metil prednisolon injeksi 2 x 62,5 – 125 mg
o      Atau Budesonide inhalasi 2-4 x 1 nebules
o      Atau Fluticasone propionat inhalasi 2-4 x 1 nebules

3.         Antibiotika
·               Awal terapi bersifat empirik
o   Oral :
Ko-amoksiklav, 3 x  625 mg
Ciprofloksasin, 2 x 500 mg
Levofloksasin, 1 x 500 mg
Azitromisin, 1 x 500 mg hari I, dilanjutkan
                   1 x 250 mg hari berikutnya
Eritromisin, 4 x 500 mg
Metronidazol, 3 x 500 mg

o   Injeksi :
Ko-amoksiklav, 3 x  625 mg IV
Ciprofloksasin, 2 x 200 – 400 mg IV
Levofloksasin, 1 x 500 mg IV
Ceftriakson, 2 x 1 gr IV
Amoksisilin, 3 x 500 mg IV
Metronidazol, 3 x 500 mg IV
·               Setelah keluar hasil kultur, antibiotika diberikan sesuai kultur

1.       Mukolitik / Ekspektoran :
o      Ambroksol 3 x1 tablet, p.o atau sirup 3 x cth1
o      Bromheksin 3 x 1 tablet , p.o atau sirup 3 x cth 1 atau injeksi 3 x 1 ampul
N-asetilsistein 3 x 1 kapsul, p.o atau 3 x 1 sachet
5.       Rawat ICU bila terjadi gagal nafas

VIII
Catatan Tambahan
Pencegahan
·           Menghindari faktor-faktor seperti polusi udara, rokok, pekerjaan tertentu, infeksi
·           Menegakkan diagnosis sedini mungkin terutama menentukan ada tidaknya obstruksi saluran nafas agar dapat diberikan pengobatan maksimal dan mengembalikan/memelihara fungsi paru normal

IX
Daftar Pustaka
1.       Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Cabang Jakarta. Standard Pelayanan Medik Paru. Jakarta: PDPI Cabang Jakarta: 1998
2.       Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. PPOK (Penyakit Paru Obstruksi Kronik): Pedoman Praktis Diagnosis & Penatalaksanaan Di Indonesia. PDPI. Jakarta: 2003

No comments:

Post a Comment