PERDARAHAN INTRA SEREBRAL HIPERTENSIVE
DEFINISI :
ETIOLOGI
1. Hipertensi khronik penyebab
utama perdarahan spontan nontrauma.
2. Diagnosa perdarahan intra
serebral didasarkan pada :
a. Adanya riwayat hipertensi.
b. Perdarahan kedalam tempat
yang spesifik pada kawasan arteri penetrasi seperti putamen, talamus, pons dan
serebelum.
c. Tidak ada penyebab lain
perdarahan.
3. Peran penyebab lain
hipertensi disokong dengan adanya kardiomegali pada foto toraks, LVH pada EKG,
disfungsi ginjal dan funduskopi.
4. Tingginya tekanan darah pada
saat masuk bukanlah indikasi, tetapi dapat menggambarkan perobahan hemodinamik
oleh karena meningkatnya tekanan intrakranial.
5. Dalam populasi resiko
relative (RR) dari hipertensi pada PIS adalah 3,9. Sedangkan hipertensi dengan
LVH dengan atau kardiomegali adalah 5,4.
PATOFISIOLOGI dan PATOGENESIS
1. Patologi
40-50% PIS hipertensi
terjadi diputamen.
20% didaerah subkortikal
substansia alba.
11% didaerah thalamus.
8% didaerah serebelum.
8% didaerah pons.
8% didaerah nukleus
kaudatus.
Daerah ini dialiri oleh arteri perfprans
kecil termasuk;
·
arteri lentikulostriata lateral/medial.
·
cabang Hubner's arteri serebri anterior.
·
cabang perforans thalamus dari arteri komunikans posterior.
·
cabang thalamogenikulatum
arteri serebri posterior.
·
cabang median/paramedian arteri
basilaris dan arteri serebeli superior.
Umumnya
PIS, perdarahan berasal dari arteri yang berdiameter 50-200 mikrometer. Ruptur
arteri menyebabkan penumpukan darah dengan menghancurkan dan menekan parenkhim
otak lokal. Jika hematom besar, terjadi pergeseran struktur tengah dan pusat
vital dibatang otak sehingga akan terjadi koma dan kematian.
1 jam
sesudah PIS terjadi edema oleh karena penumpukan protein serum yang berasal
dari retraksi bekuan darah.
2-4
hari kemudian terjadi penumpukan deposit hemosiderin laden makrofag dan
hematoidine ekstraseluler.
Kemudian
hematom menjadi kavum dibatasi oleh tumpukan hemosiderin laden makrofag dan
terjadi proliferasi astrosit pada sekitar parenkhim.
2.
Patogenese
Hipertensi menimbulkan PIS melalui 2
mekanisme.
a.
Ruptur arteri karena rusaknya
dinding pembuluh darah karena menderita hipertensi yang lama.
b. Peningkatan tekanan darah
dan aliran darah akut / subakut didaerah yang sebelumnya normal, pembuluh darah
kecil dan kapiler pembuluh darah yang rusak tersebut sebelumnya telah terjadi
mikroaneurisma/milliaris aneurisma, lipohialinosis. Mikroaneurisma dan
lipohialinosis dengan fibrinoid nekrosis akan menyebabkan rupture.
GAMBARAN KLINIK
- Gejala dan defisit neurologik berlangsung lambat oleh karena hematom juga berkembang lambat, dan mencapai maksimum 10-30 menit (pada umumnya sampai sekitar 3 jam.
- Terjadi ketika penderita sedang aktive, dan jarang ketika sedang tidur (3%)
- Sekitar 60% pasien dengan PIS memperlihatkan gangguan kesadaran. Koma adalah umum pada pasien dengan perdarahan kedalam thalamus dan pons, karena terlibat langsungnya formasiuo retikularis. Bila stupor dan koma berkembang pada pasien dengan perdarahan putamen dan lobus, maka prognosa adalah jelek.
- Nyeri kepala terdapat pada 60% pasien, karena meningkatnya tekanan intrakranial atau tekanan lokal yang mendesak isi otak sehingga cukup merangsang ujung syaraf yang peka nyeri pada meningen dan permukaan arteri.
- Muntah secara diagnostik adalah gejala yang penting, yang dapat terjadi pada 50% pasien, dimana hal ini disebabkan karena penekanan lantai ventrikel IV.
- Kejang terjadi sekitar 20% pasien terutama pada perdarahan lobar bilamana darah meluas ke korteks serebri. Kejang jarang terjadi pada perdarahan ganglia basal, dan tidak pernah terjadi dengan perdarahan thalamus, pons dan serebelum. Kejang biasanya dimulai fokal dan terjadi dalam 24 jam onset. Hematom yang luas menghasilkan suatu gejala yang khas yang dimulai dari tanda neurologik fokal yang secara bertahap berkembang, berhubungan dengan muntah, nyeri kepala dan menurunnya kesadaran.
- Pada ekstrim yang lain hematom yang kecil dapat menyebabkan sindroma lakunar yang menyerupai infark.
- Tanda neurologik fokal tergantung pada lokasi, ukuran dan efeks masa dari perdarahan. Misalnya perdarahan yang melibatkan bagian anterior putamen dapat menyebabkan kelemahan kontralateral dari wajah, lengan dan tungkai. Jika lesi lebih ke-posterior, maka akesemutan yang lebih menonjol. Tanda klasik PIS pada berbagai tempat dapat dilihat dalam ringkasan dibawah ini.
DIAGNOSIS
1.
Pasien dengan PIS harus
dilakukan pemeriksaan parameter koagulasi
(hitung trombosit, PT, dan PTT) serta hemogram dan kimia darah.
2.
CT Scan sangat sensitive untuk
penentuan hematom, karena densitas
tinggi menggambarkan nilai absorbsi pada rentang 40-90 Hounsfield unit. Densitas tinggi terutama
karena Hb protein (globin) yang terdapat dalam darah diluar pembuluh. CT Scan
tidak hanya memungkinkan lokasi yang tegas dari perdarahan serta efeknya
(pergeseran struktur tengah, edema yang mengelilingi dan pembesaran ventrikel),
tetapi juga mempercepat diagnosa pada perdarahan yang kecil yang dimasa lalu
diduga (misdiagnosis) sebagai infark. CT Scan dengan kontras dapat mengatasi DD
pada AVM atau neoplasma sebagai yang mendasari penyebab pada pasien non
hipertensi. Studi kontras dapat memperbaiki dapat
memperlihatkan 'ring enhancement' antara 1-6 minggu setelah onset perdarahan.
'Enhencement' ini hilang antara 2-6 bulan. Hal ini karena terjadinya
hipervaskularisasi diperifer daerah yang mengalami hematom dan terputusnya
'blood brain barier'. Pada hematom akut umumnya dikelilingi oleh lingkaran
tipis dengan densitas rendah (edema) pada parenkhim disekitarnya. Sesudah 7-10
hari , 'high attenuate valve' dari hematom mulai menurun yang selalu dari
pinggir kearah sentral, kemudian seluruh hematom akan jadi isodense dalam 2-3
minggu jika ia kecil, dan 2 bulan jika ia besar.
3. Berkurangnya ukuran dan nilai atenuasi (penisipisan) pada PIS ditaksir
sekitar 0,65 mm/1,4 Hounsfield unit setiap hari. Tingkat akhir pada evaluasi CT
Scan dari PIS adalah penyerapan komplit dari jaringan nekrotik dan perdarahan,
meninggalkan residu suatu rongga sesudah 2-4 bulan. Pada saat itu residual
kavum dari PIS yang sudah lama dapat diragukan (tidak dapat dibedakan) dengan
infark serebri yang lama.
4. MRI (Magnetic Resonance
Imaging) tidak hanya membedakan perdarahan
dari infark tetapi juga memastikan informasi yang tegas dan tepat pada
perjalanan (evolusi) PIS. Kemampuan MRI membedakan antara hematom akut, sub-akut
dan khronik didasarkan pada deteksi dari bermacam macam perobahan kimia dari Hb
didalam substrat perdarahan.
5 tingkat perjalanan hematom
yang telah dideteksi;
·
hiperaktive (24 jam pertama).
·
akut (1-3 hari).
·
sub-akut dini (>3 hari).
·
sub-akut lanjut (>7 hari).
·
khronik (>2 minggu).
4 zona
juga telah dideteksi yaitu 'inner core', 'outer core', 'rim', dan 'reactive
brain'. (lihat tabel)
- Angiografi serebral.Angiografi serebral hanya digunakan pada kasus tertentu untuk konfirmasi lebih lanjut atau perencanaan pengobatan dari AVM, aneurisma, tumor dan vaskularisasi.
PENATALAKSANAAN
Penanganan sangat individual sesuai dengan lokasi
dan ukuran hematom, usia pasien, tekanan darah dan adanya komplikasi lain.
1. Pelihara jalan nafas dan
oksigenasi yang adekuat.
Oksigenasi yang adekuat jika
diperlukan untuk memelihara saturasi O2 > 95%. Intubasi endotrakheal
diindikasikan pada ventilasi yang tidak cukup ditandai oleh adanya hipoksia
(PO2 < 60 mmHg dan PCO2 > 50 mmHg).
Aspirasi sebelumnya terutama adanya muntah
dan difagia. Dan gangguan kesadaran.
2. Tekanan darah.
Penurunan TD
yang agresive dapat membahayakan perfusi serebral, karena:
·
autoregulasi serebral bergeser menjadi lebih tinggi pada pasien HT
khronik.
·
Terganggunya autoregulasi pada hemisferium yang terkena.
·
Zona iskhemik yang mengelilingi hematom oleh karena efek masa.
Secara empiris MAP
dipelihara antara 100 - 120 mmHg, atau bila setelah dioperasi MAP sebaiknya
< 110 mmHg.
3. Tekanan Intrakranial.
·
Peninggian tekanan intrakranial dikatakan jika TIK meningkat > 20
mmHg selama lebih dari 5 menit. Efek masa hematom dan hidrosefalus sekunder
menyebabkan peninggian TIK. Terapi untuk peninggian TIK termasuk osmoterapi,
hiperventilasi dan barbiturat koma.
·
Mannitol 20% IV (dosis 0,75 - 1,0 gr/KgBB) diikuti dengan 0,25-0,50 mg/
KgBB setiap 4 jam merupakan terapi yang efektive. Karena efek fenomena
'rebound'nya hanya digunakan selama 5 hari.
·
Furosemide (10 mg IV tiap 2-8 jam) dapat digunakan sendiri sendiri atau
bersama dengan Mannitol untuk mendapatkan efek potensiasi. Osmolalitas serum
harus diukur 2 kali sehari pada pasien yang menerima osmoterapi dan ditargetkan
nilai osmolnya sekitar 310 mOsm/L.
·
Kontrol hiperventilasi dengan hipokarbia merupakan suatu yang mendesak,
walau puncak TIK berkurang dapat berlangsung sampai 30 menit sesudayh PCO2
berobahn Jika peningkatan TIK tidak dapat dikontrol dengan terapi terdahulu,
induksi barbiturat koma dapat merupakan pilihan selanjutnya.
·
Ventrikulostomi untuk CSS drainase adalah efektive dalam mengurangi TIK
dan memperbaiki 'outcome' pada penderita dengan hidrosefalus, tapi tidak
menguntungkan bila adanya potensiasi perdarahan dan komplikasi infeksi.
4. Aritmia jantung dan
Iskhemia.
Biasanya supraventikuler
takhiaritmia dan sub-endocardial aritmia yang dapat berkomplikasi PIS terutama
pada adanya PSA. EKG monitor yang berkelanjutan dan enzim jantung
serial harus dilakukan.
5. Kejang.
a. Jika dijumpai kejang, pasien
harus diobati dengan Fosphenitoin IV
Nama Obat : Fosphenitoin IV
Dosis
satu kali : ..............................................
Dosis sehari
:
..............................................
Lama terapi :
..............................................
b. diikuti dengan Dilantin oral
sebagai maintenans.
Nama Obat :
Dilantin oral
Dosis satu kali :
..............................................
Dosis sehari
:
..............................................
Lama terapi :
..............................................
c.
Tidak diperlukan terapi kejang
profilaks, namun pasien dengan perdarahan kortikal dan sub-kortikal dapat
diberi antikonvulsan sebagai profilaksis, walau data yang menyokong
keuntungannya belum jelas.
6. Tindakan suportive lainnya.
Keseimbangan
cairan dan elektrolit harus dimonitor terutama yang diberi osmolar agent dan
diuretika. SIADH dapat terjadi pada pasien dengan PIS. Umumnya pasien tidak
boleh diberi makan lewat mulut pada 24-48 jam pertama, sementara nutrisi
enteral/parenteral normokalori harus diberikan dalam 48 jam.
Pasien
ditempatkan pada ruang yang agak gelap dan tenang, dengan posisi kepala keatas
30-45 derajat (head up).
Pengunjung
dibatasi seminimal mungkin.
Diberi
pencahar untuk memudahkan buang air besar.
Nama
Obat : ............................................
Dosis
satu kali :
..............................................
Dosis sehari :
..............................................
Lama terapi :
..............................................
Untuk
mencegah emboli paru terutama selama fase penyembuhan pada pasien dengan
hemiplegia, maka terjadinya DVT dapat dicegah dengan heparin 5000 unit subkutan
setiap 12 jam. Pneumatic device juga menurunkan resiko emboli
pasien.
7. Terapi operative.
Hematom supratentorial yang kecil
( <20 cm2 ) tak perlu dilakukan operasi, dan biasanya baik sendiri. Hematom
yang besar dari 60 cm2 mungkinperlu tindakan operative.
DIAGNOSA BANDING
CT Scan efektive membdedakan perdarahan dengan
infeksi, sekalipun temuan klinik meragukan. Penentuan penyebab PIS didasarkan
pada demografi dan faktor resiko dan lokasi yang muncul dari lesi pada CT atau
MRI.
DD utama yang perlu dipertimbangkan adalah;
1.
Amiloid angiopati.
Adalah bentuk khusus dari
amiloid vaskuler serebral. Ditandai dengan mikroinfark, PIS, PSA dan demensia
terjadi pada orang tua. Sering terjadi perdarahan multiple kemudian dan
dibeberapa tempat dalam hemisferium serebral, terutama pada bagian posterior
hemisferium pada lobus oksipital dan parietal. Perdarahan
pada ganglia basalis, talamus, pons dan serebelum jarang.
2.
PIS yang berhubungan dengan obat.
Obat obatan
simpatomimetik dan stimulan yang berhubungan dengan PIS termasuk amfetamin,
kokain, phensyclidine, phenylpropanolamine, epidrine, methylphenidate dan
phenotragine. Diagnosa
tergantung pada penggunaan obat pada 1-2 hari sebelumnya, dibuktikan dengan
penyaringan obat yang postitive dan perdarahan pada orang usia muda. Pasien
biasanya mengeluh nyri kepala, mengantuk, dan bingung, dan kadang muncul
psikotik. Lokasi dari PIS yang berhubungan dengan obat ini berhubungan erat
dengan PIS hipertensi.
3.
PIS yang berhubungan dengan antikoagulan. PIS
merupakan komplikasi yang jarang dari pengobatan antikoagulan (<2%). Faktor
resiko termasuk usia lanjut, penggunaan jangka panjang warfarin, hipertensi,
dan lesi vaskuler sebelumnya dengan infark serebari.
Bolus heparin
dosis besar lebih memungkinkan terjadinya perdarahan kedalam suatu infark
dibanding infus lambat intravena.
PIS yang
berhubungan dengan antikoagulan lebih sering terjadi dilobus, tapi hal ini
terjadi pada serebelum dan ganglia basalis. Hal ini berkembang lebih lambat dan
terjadi selama periode yang cukup panjang, dan bila ini terjadi lebih sering
fatal dibanding pada PIS hipertensive.
4.
PIS yang berhubungan dengan terapi trombolitik.
Pasien dengan
infark miokard akut yang menerima obat trombolitik mempunyai resiko perdarahan
yang kecil (0,36%), tPA menghasilkan stroke lebih sering daripada
streptokinase.
Studi NIH
dari tPA pada stroke iskhemik akut memperlihatkan bahwa PIS simptomatik dalam
36 jam sesudah onset stroke terjadi pada 6,4% dan pasien yang diberi tPA IV
tetapi hanya 0,6% pada penderita yang diberi plasebo.
Rasio PIS
asimptomatik yang menyerupai pada 2 grup (4% versus 3%), tPA berhubungan dengan
PIS dapat lebih dalam, atau pada regio infark.
5.
Gangguan Hematologik.
Sejumlah gangguan yang berhubungan dengan
hemostasis, seperti koagulasi, fibrinolitik dan kelainan platelet, menyebabkan
PIS. Kecuali hemofilia, trombositopenia dan leukemia. Diagnosa berdasarkan
gangguan laboratorium dan putusan klinik.
6.
Malformasi vaskuler dan
Aneurisma.
Pasien muda dengan PIS
subependimal dan lobar yang tidak menderita hipertensi harus dinilai untuk
malformasi vaskuler. AVM biasanya dibatasi oleh suatu pola yang khas menyerupai
dinding dengan pembesaran arteri dan vena, yang diperlihatkan pada suatu
kontras yang di-'enhancement' pada CT dan MRI. Penundaan CT Scan dapat lebih
membantu diagnosa, sementara beberapa lesi dapat diragukan pada fase akut, diduga
sebagai suatu hasil yang menekan sekitar hematom. Ruptur aneurisma kadang
kadang menyebabkan PIS yang berkembang jadi PSA.
7.
Tumor Otak.
Diantara tumor otak primer,
glioblastoma multiforme dan glioma malignant yang lain lebih sering menyebabkan
PIS (0,8-3,7%). Bronkhogenik Ca paling sering menyebabkan tumor otak metastase
yang menyebabkan PIS.
Ada beberapa PIS yang relative secara proporsional
menyebabkan terjadinya metastase serebelum yaitu Chorio Ca (50%), melanoma
malignant (29%.
Dengan lesi yang diperjelas
dengan kontras pada hematom dan memperlihatkan pola edema vasogenik yang khas
disubstansia alba pada CT Scan dan MRI adalah sugestive dari PIS yang
berhubungan tumor.
8.
Infark Hemohagik.
Hemorhagik transformasi dari
infark serebral biasanya hasil dari suatu emboli serebri. Defisit neurologik
pada infark hemoarhagik biasanya mencapai maksimum pada permulaan. CT Scan
memperlihatkan suatu penampilan bercak bercak atau burik burik seperti
corengan dengan atenuasi yang tinggi
disamping infark.
9.
Penyebab yang jarang dari PIS.
Keadaan
berikut ini semuanya terdapat umum pada peninggian tekanan darah ak
Csangat dingin, manipulasi nyeri gigi, manipulasi nervus trigeminus, end arterectomi carotis dan koreksi dari kelainan jantung kongenital dan transplantasi jantung pada usia muda.
Csangat dingin, manipulasi nyeri gigi, manipulasi nervus trigeminus, end arterectomi carotis dan koreksi dari kelainan jantung kongenital dan transplantasi jantung pada usia muda.
Lokasi
hematom pada keadaan ini identik dengan PIS pada pasien hipertensi khronik.
PROGNISIS dan KOMPLIKASI
1.
Kematian total pada PIS sekitar
25-50%.
2.
Tingkat kesadaran, ukuran dan
lokasi dari PIS adalah faktor prognosa utama.
3.
Koma berhubungan dengan
kematian sekitar 64%.
4. Depresi dini tingkat kesadaran berkorelasi dengan distorsi otak (efek masa)
dengan pergeseran horizontal pada
kasus lesi supratentorial. Pergeseran horizontal (midlineshift) dini korpus
pineal 8-13 mm dari garis tengah berhubungan dengan koma, 6-8,5 mm menyebabkan
stupor dan 3-4 mm menimbulkan somnolen.
5. Mortalitas meningkat secara
dramatis dengan perdarahan talamus dan serebelum berpenampang > 3 cm dan perdarahan
pontine yang berpenampang > 1 cm.
6.
Prognosa lebih baik dan perbaikan fungsional lebih besar dengan
perdarahan lobar yang menyebar ke-intraventrikuler adalah indikasi yang lain
dari prognosa.
7.
45% dari perdarahan intraventrikuler
meninggal, hanya 8% dari perdarahan intraventrikuler yang tidak bertahan. Dalam
mempredikasi 'outcome' selanjutnya, ukuran perdarahan dan usia pasien adalah
indikasi utama.
8.
Prognosa PIS hipertensive dengan penampang < 1,5 cm umumnya baik,
kecuali pada usia lanjut atau bila ada perdarahan intraventrikuler yang
bermakna.
9.
Edema perihematom yang bermakna
dapat berkembang dalam beberapa jam pertama sesudah onset. Efek gabungan dari
lesi dan edema biasanya menyebabkan peningkatan TIK, yang lebih lanjut
menyebabkan komplikasi herniasi supratentorial dan herniasi tonsiler ke-fossa
posterior yang merupakan konsekwensi serius terhadap kematian pada fase akut.
Faktor lain untuk perobahan dini adalah perdarahan ulang. PIS yang berulang
adalah gambaran AVM, gangguan koagulasi dan angiopati amiloid, tapi jarang pada
hipertensi khronis. PIS hipertensi secara khas terjadi suatu saat sekalipun
mikroaneurisma multipel dan menyebar luasnya lipohialinosi pada arteriu
perforans.
10. Pada suatu studi prospektive, 892 pasien dengan PIS hipertensi, hanya 47
pasien yang ditemukan terjadinya perdarahan rekuren (5,3%) selama 2 tahun
follow up. Kurang terkontrolnya tekanan darah diduga sebagai faktor resiko yang
bermakna terjadinya perdarahan rekuren ini. Ekspansi dini PIS dapat dijumpai.
Ekspansi substansial dari perdarahan (>33%) terjadi pada 26% dari 103 pasien
antara 'the baseline' (dalam 3 jam onset) dan 1 jam CT Scan.
11. 12% penderita mempunyai perkembangan substansial dari perdarahan antara 1
dan 20 jam CT Scan. Dengan demikian ekspansi dalam beberapa jam pertama sesudah
onset walaupun hal ini dapat terjadi sampai 24 jam sesudah onset. Sekitar
setengah dari penderita yang mengalami aperubahan neurologi, hal ini
berhubungan dengan ekspansi perdarahan.
No comments:
Post a Comment