FARMAKOLOGI OBAT ASMA
Pengenalan Asma
Asma adalah suatu
penyakit yang dikarakteristikkan dengan adanya respon yang berlebihan dari
trakea dan bronki terhadap berbagai rangsangan dan bermanifestasi dengan
penyebaran penyempitan saluran napas
yang beratnya dapat berubah secara spontan atau sebagai hasil dari terapi.
Secara klinik, asma bronkial ini ditandai dengan serangan spasme bronkus hebat
dengan batuk, mengi, dan dispnea (sesak napas).
Asma atau bengek
merupakan suatu penyakit yang bercirikan peradangan yang disertai serangan
sesak napas akut yang berkala, mudah sengal-sengal dan batuk (dengan bunyi
khas). Ciri lain adalah hipersekresi dahak yang biasanya lebih parah apada
malalm hari dan meningkatnya ambang rangsang (hiperreaktivitas) bronchi
terhadap rangsangan alergi maupun non alergi. Asma atau bengek terjadi karena
hiperresponsivitas bronkus, inflamasi saluran pernafasan, dan bronkokonstriksi.
Di pengaruhi oleh faktor lingkungan dan genetik.
KLASIFIKASI ASMA
Intermiten
Gejala : siang hari ˂
2x/ minggu. Malam hari ˂ 2x/ bulan, serangan singkat, intensitas serangan
bervariasi.
Persisten ringan
Gejala : siang hari ˃
2x/ minggu, tetapi ˂ 1x/ hari, malam hari ˃ 2x/bulan, serangan dapat
mempengaruhi aktifitas.
Persisten sedang
Gejala : siang hari
ada gejala, malam hari ˃ 1x/ minggu serangan mempengaruhi aktifitas, serangan ˃
2x/minggu serangan berlangsung berhari-hari, sehari hari menggunakan inhalasi
beta 2 agonis short acting.
Persisten berat
Gejala : terus
menerus ada gejala disiang hari, setiap malam hari sering timbul gejala,
aktifitas fisik terbatas.
Obat-Obat Asma
Berdasarkan mekanisme
kerjanya,obat dapat di bagi dalam beberapa kelompok,yaitu
1.antialergika
Adalah zat zat yang
berkhasiat menstabilisasi mastcells ,sehinnga tidak pecah dan mengakibatkan
terlepasnya histamine dan mediator peradang lainnya.yang terkenal adalah
kromoglikat dan nedocromil,tetapi juga antihstaminnika (ketotipen,oksatomida)
dan β2-adrenergika (lemah) memiliki daya kerja ini. Obat ini sangat berguna
untuk prefensi serangan asma dan rhinitis alergis (hay fever) .
Penggunaan
kromoglikat sangat efektif sebagai obat pencegah serangan asma dan bronchitis
yang bersifat alergi serta conjunctivitis alergi dan alergi akibat makanan.
Untuk profilaksis yang layak, obat ini perlu diberikan minimal 4 kali sehari
yang efeknya baru menjadi nyata sesudah 2-4 minggu. Pada serangan akut kromolin
tidak efektif karena tidak memblok reseptor histamine.
Resorpsi didalam usus
tidak terjadi, dari suatu dosis inhalasi (serbuk halus) senyawa ini hanya 5-10%
mencapai bronchi dan diserap, yang segera diekskresikan lewat kemih dan empedu
secara utuh.
Efeksampingnya berupa
rangsangan local pada selaput lender tenggorokan dan tracea, dengan gejala
batuk-batuk, kadang-kadang kejang, dan serangan asma selewat . Untuk mencegah hal
ini dapat digunakan inhalasi salbutamol terlebih dahulu. Rangsangan mukosa
dapat terjadi pada penggunaan nasal (Rynacrom, Lomusol) dan pada mata. Wanita
hamil dapat menggunakan kromoglikat.
Dosis inhalasi
minimal 4 dd 1 puff (20mg) sebagai serbuk halus dengan menggunakan alat khusus
(spinhaler) atau sebagai larutan (aerosol). Nasal 4 dd 10 mg serbuk dan untuk
mata 4-6 dd 1-2 tetes dari larutan 2%.
2. Bronchodilator
Pelepasan kejang dan
bronchodilasi dapat dicapai dengan dengan merangsan adrenergic dengan
adrenergika atau melauai penghambatan sistim kolinergis dengan antikolinergika, juga dengan teofilin.
a.
agonis
β adrenerrgik atau (β-mimetika)
salbutamol,terbutalin,
klenbuterol, salmeterol, fenoterol, formoterol dan prokaterol.
Contoh :
Kerja singkat (1-3 jam) :
epinefrin, isoproterenol, isoetarin
Kerja sedang (3-6 jam) :
salbutamol, bitolterol, fenoterol, metaproterenol. pributerol, terbutalin.
Kerja lama (lebih dari 12 jam) :
formoterol, salmeterol, bambuterol.
Zat zat ini bekerja
selktif tehadap reseptor β adrenergic (bronchospasmolysis) dan praktis tidak
terhadap reseptor β1 (stimulasi jantung). Obat dengan efek terhadap kedua
reseptor sebaiknya jangan digunakan lagi berhubung efeknya terhadap jantung. Seperti
efedrin,isoprenalin, dan orsiprenalin.pengecualian ada adrenalin (reseptor-α
dan – β) dan yang sangat efektif pada keadaan kemelut.
·
Mekanisme
kerjannya adalah melaui stimulasi reseptor β2 yang banyak terdapat di trachea
(batang tenggorok dan bronchi yang menyebabkan aktivasi dari
adenilsiklase.Enzim ini memperkuat pengubahan adenosintrifosfat (ATP) yang kaya
energi menjadi cyclic-adenosine-monophosphape (cAMP) dengan pembebasan enersi yang digunakan
proses-proses dalam sel.Meningkatnya kadar (cAMP) didalam sel menghasilkan beberapa efek
melalui enzim fosfokinase,a.1.bronchodilatasi dan penghambatan pelepasan
mediator oleh mastcells.
·
Farmakodinamika
: Zat zat ini bekerja selektif terhadap reseptor beta-2 adrenergik (bronchospasmolysis) dan praktis tidak
terhadap reseptor beta-1 (stimulasi jantung).
·
Indikasi
: Untuk mencegah dan untuk mengatasi bronkospasme.
·
Farmakokinetik
: diadsorbsi minimal dari saluran cerna,tidak melintasi blood-brain barier
,dimetabolisme secara ekstensif dalam hepar menjadi metabolit in
aktif,dieksresi secara cepat melaui urin dan feses.
·
Efek
samping :
- kerja pendek :mulut kering,tremors,tachycardia,paradoxial bronchospasm
- Kerja lama: bronchospasm, tachycardia
Penggunaanya
semula sebagai monoterapi kontinu,yang ternyata berangsur meningkatkan HRB dan
akhirnya memperburuk fungsi paru
karena tidak menanggulangi peradangan dan peningkatan kepekaan
bagi allergen . Pada pasien alergis.oleh karena itu sejak
beberapa tahun sejak beberapa tahun hanya untuk
melawan serangan dan sebagai
pemeliharaan dalam kombinasi dengan zat
anti radang.yaitu kortikosteroid
inhalasi. Salbutamol dan butalin
dapat di gunakan oleh wanita hamil,begitu pula penoterol dan hekso-
prenalin settelah minggu ke
16.salbutamol, terbutalin dan salmeterol mencapaiair susu ibu.dari obat lain
nya belum terdapat data untuk menilai
keamanannya tetapi cukup pada binatang percobaan salmeterol
ternyata merugikan janin.
Contoh obat
·
Dosis
: 2mg, 4mg/tab, 2mg/5ml
Anak-anak : 3-4x 1/4-1/2 tab
Dewasa : 3-4x 2 tab
·
Indikasi
: asma bronkial, bronkitis kronik, emfisema pulmonum,
·
Efek
samping : kejang otot, tremor,takikardia, sakit kepala, ketegangan, gugup,mual,
vasodilatasi perifer, dan susah tidur.
·
Kontraindikasi
: Hipersensitif
b.
antikolinergik
Ipratropium,tiotropiumdan
deftropin. Di dalam sel sel otot polos terdapat keseimbangan antara sistem
adrenergic dan sistem kolinergis. Bila karena sesuatu sebab reseptor beta-2
dari sistem adrenergic akan berkuasa dengan akibat bronchokonsttriksi. Antikolinergika
memblock reseptor muskarin dari saraf saraf kolinergik di otot polos bronchi,
hingga aktivitas saraf adrenergic menjadi dominan dengan efek bronchodilatasi.
Penggunaannya untuk terapi pemeliharaan HRB ,tetapi juga berguna untuk meniadakan
serangan asma akut (melalui inhalasi efek pesat). Iprat ropium dan tiotropium
khusus digunakan sebagai inhalasi, kerjanya lebih panjang dari pada salbutamol.
kombinasinya dengan β2 mimetika sering kali igunakan karena mencapai efek
adiktif. Deptropin (brontin) berdaya mengurangi HRB tetapi kerja spasmolitisnya
ringan, sehingga diperlukan dosis tinggi dengan risiko efek samping yang lebih
tinggi pula. Adakalahnya senyawa ini masih digunakan pada anak-anak kecil
dengan hipersekresi dahak, yang belum mampu diberikan terapi inhalasi.
Efek samping yang tidak
dikehendaki adalah sifatnya yang mengentalkan dahak dan tachycardia, yang tak
jarang mengganggu terapi. Begitu pula efek atropine lainnya seperti mulut
kering, obstipasi, sukar kemih, dan penglihatan kabur akibat gangguan
akomodasi. Penggunaannya sebagai inhalasi meringankan efek samping ini.
3.
Derivate
Xantin : Teofilin, Aminofilin
Derivat metilxanttin
mencangkup teofilin, aminofilin, dan kafein. Xantin juga merangsang saraf pusat
dan pernafasan, mendilatasi pembuluh pulmolar dan koronaria, dan menyebabkan
diuresis karena efeknya terhadap respirasi dan pembuluh pulmolar, maka xantin
dipakai untuk mengobati asma.
Daya
bronchorelaksasinya diperkirakan berdasarkan blockade reseptor adenosine.
Selain itu, teofilin seperti kromoglikat mencegah meningkatnya hiperreaktivitas
dan berdasarkan ini bekerja profilaktis. Resorpsi dari turunan teofilin sangat
berfariasi yang terbaik adalah teofilin microfine (particle size :1-5 micron)
dan garam-garam aminofilin dan kolinteofilinat.
Penggunaan secara
terus menerus pada terapi pemeliharaan ternayata efektif mengurangi frekuensi
serta hebatnya serangan. Pada keadaan akut (injeksi aminofilin) dapat
dikombinasi dengan abat asma lain , tetapi kombinasi dengan beta-2 mimetika
hendaknya digunakan dengan hati-hati berhubung kedua jenis obat saling
memperkuat efek terhadap jantung. Kombinasinya dengan efedrin (asmadex,
asmasolon) praktis tidak meningkatkan efek bronchodilatasi. Sedangkan efeknya
terhadap jantung dan efek sentralnya sangat diperkuat. Oleh karena ini, sediaan
kombinasi demikian tidak dianjurkan terutama untuk pasien pemula.
·
Farmakokinetik
: diabsorbsi dengan baik setelah diberikan secara oral, tetapi absorbsi dapat
bervariasi sesuai dengan dosis. Teofilin dapat diberikan secara i.v dalam
cairan i.v. obat-obat teofilin dimetabolisasi oleh enzim hati, dan 90% dari
obat ini dikeluarkan melalui ginjal.
·
Farmakodinamik
: Teofilin meningkatkan kadar siklik AMP, menyebabkan terjadinya
bronkodilatasi.
·
Efek
samping : Mual, muntah, nyeri lambung karena peningkatan sekresi asam lambung,
pendarahan usus, disritmia jantung, palpitasi (berdebar), hipotensi berat,
hiperrefleks, dan kejang.
Teofilin adalah suatu
bronkodilator dengan potensi sedang.
·
Mekanisme
: menghambat aktifitas fosfodiesterase yang dihasilkan oleh peningkatan kadar
cAMP dalam otot polos saluran napas. Teofilin menghambat degranulasisel
mastosit, mengurangi kebocoran mikrovaskular, dan meningkatkan bersihan
mukosiliar.
·
Efek
samping : teofilin berkaitan dengan kadar plasma (20 mg/1), termasuk kegugupan, tremor ansietas, mual, anoreksia,
perut tidak enak, aritmia jantung, dan kejang.
·
Indikasi
: sebagai terapi penunjang untuk asma kronis yang gejalanya masih sulit dikontrol
oleh kombinasi agonis beta-2 dan obat
antiinflamasi. Memperbaiki fungsi paru dan kelemahan diafragma.
·
Farmakokinetik
:
·
Absorbsi
teofilin lebih komplet dan cepat pada pemakaian peroral.
·
Metabolisme
: oleh sitokrom P-450 dan kecepatan
metabolisme bervariasi luas diantara subjek-subjek.
4.
kortikosteroid : Hidrokortison, Prednisone, Dexametason
Kortikosteroi
berkhasiat meniadakan efek mediator, seperti peradangan dan gatal gatal. Daya
antiradang ini berdasarkan blockade enzim fosfolipase A2, sehingga pembentukan
mediator peradangan prostaglandin dan leukotrien dari asam arachidonat tidak
terjadi. Kortikosteroid menghambat mekanisme kegiatan allergen yang melalui IgE
dapat menyebabkan degranulasi mastcells, juga meningkatkan kepekaan reseptor
beta 2 hingga efek beta mimetika diperkuat. Penggunaannya terutama bermanfaat
pada serangan asma akibat infeksi virus,selain itu juga pada infeksi
bakteri,dan melawan reaksi perdangan .zat zat ini dapat diberikan inhalasi atau
per oral pada kasus gawat dan statuis asthmatikus,obat ini di berikan secara iv
(perinfus)disusul pemberian oral. Penggunaan oral dalam jangka waktu lama
hendaknya di hindari karena menekan funsi aank ginjal yang mengakibatkan
osteoporosis maka hanya diberikan untuk satu kurunsingkat.
·
Steroid
inhalasi → untuk asma nokturnal
(budesonid,beklometason,flunisolid,flutikason dan triamcinolon cetonide)
·
Steroid
intravena → untuk penanganan asma akut berat ( hydrocortisone sodium succinate.
Metylprednisolon sodium succinate)
·
Oral
→ prednisolon, prednison
·
Indikasi
: pengobatan asma sedang dan asma berat.
·
Mekanisme
: bekerja dengan jalan berikatan dengan reseptor cytosolic yang penting untuk
regulasi gen tertentu. Kortikosteroid meningkatkan densitas reseptor beta 2
dalam otot polos saluran naps yang dapt mencegah potensial toleransi terhadap
agonis beta 2.
Contoh obat
·
Dosis
: 4mg, 8mg, dan 16mg
Anak –anak : 0,4-1,6 mg/kg BB
Dewasa : 4-48 mg/hari
·
Kontraindikasi
: infeksi jamur ,sistemik, dan hipersensitif.
·
Indikasi
: asma bronkial, gangguan endokrin, gastrointestinal,
reumatik,eksema,alergi,meningitis tuberkulosa.
·
Efek
samping : gangguan elektrolit dan cairan tubuh,gangguan pencernaan, keringat
berlebih, kelemahan otot, hambatan pertumbuhaan pada anak, DM, glaukoma,
katarak, meningkatnya tekanan darah.
·
Farmakokinetik
:
Prednison oral dapat
diabsorbsi dengan cepat dalam sal. Cerna dimetabolisme secara ekstensif dalam
hepar menjadi metabolit aktif prednisolone .Bentuk iv mempunyai onset cepat
.Bentuk inhalasi diabsorbsi minimal (absorbsi linier dengan penambahan dosis)
Kortikosteroid bekerja dengan
banyak mekanisme yaitu :
Relaksasi bronkospasme
Mengurangi sekresi mukosa
Potensiasi dengan reseptor
adrenergik beta
Mengantagonis aksi aksi
kolinergik
Stabilisasi lisosom
Memiliki sifat antiinflamsi
Menghambat pembentukan antibodi
dan mengantagonis kerja histamin.
Kortikosteroid tidak menghambat
pembebasan mediator dari sel mastosit, dan tidak pula menghambat respon awal
terhadap alergen , tetapi memblok respon
lambat dan hiperresponsif selanjutnya.
Steroid yang aktif pada pemberian
topikal dan dapat mengontrol asma tanpa menyebabkan efek sistemik atau suspersi
adrenal adalah beklometason dipropionat, budesonid, triamsinolon asetat, dan
flunisolid.
Efek samping : yang umum dari
steroid inhalasi adalah kandidiasis orofaringeal dan disfonia yang dapat
dikurangi dengan penggunaan aerosol spacer dan higiene orofaringeal yang baik. Efek
samping trerois per oral adalah osteoporosis, penambahan berat badan,
hipertensi, diabetes, miopati, gangguan psikiatri, kulit rapuh, katarak, dan
supresi adrenal.
2.3
Pendekatan Baru Terapi Asma
1.
mukolitika
dan expetoransia : Asetil-krbosistein, Mesna, bromheksin,dan ambroksol,kaliummiodida
dan amoniumklorida.
semua obat ini
mengurangi kekentalann dahak, mukolitik dengan merombak mukoproteinnya dan
ekspektoransia dengan mengencerkan dahak, sehingga pengeluarannya di permudah.
Obat ini dapat meringankan perasaan sesak napas dan terutama berguna pada
serangan asma hebatyang dapat mematikan bila sumbatan lender sedemikian kental
tidak dapat dikeluarkan. kalimiodida sebaiknya jangan digunakan untuk jangka
waktu lama berhubung efek sampingnya udema, urticaria, acna. Penangan
simtomatis dengan menghirup uap air panas dapat membantu pencairan dahak yang
kental sehingga mudah di keluarkan. Penderita dianjurkan untuk berbatuk
sehingga mengeluarkan dahak.
2.
Antihistaminika
: Ketotipen, oksatomida
Obat obat ini memblokir reseptor histamine dengan demikian
mencegah efek bronchokonstriksinya. Antihistaminika sangan efektif terhadap
sejumlah gejal rhinitis allergic, urticaria, kepekaan terhadap obat-obat,
pruritus, dan gigitan serangga. Namun efeknya terhadap asma terbatas dan kurang
memuaskan karena antihistaminika tidak menghambat bronchokonstriksi dari
mediator lain yang di lepaskan mastcells. Banyak antihistamin memiliki daya
antikolinergik dan sedative, mingkin inilah mengapa obat ini masih banyak
digunakan untuk terapi pemeliharaan. Ketotifen dan oksatomida berdaya
menstabilkan mastcell, oksatomida bahkan bekerja sebagai antiserotonin dan
antiluekortin. Antihistamin lain (cetrizin, azelastin) memiliki khasiat
antiluekotrin.
Antihistaminika
generasi pertama (klorpeniramin.prometazin) memiliki daya kerja antimuskarin
dapat menumbus barrier darah otak sehinnga mengakibatkan mabuk dan gangguan
penggerakan. Genrasi ke tiga dari senyawa ini (setrizin,feksofenadin) tidak
memiliki daya kerja atropine dan praktis tidak menimbulkan mabuk karena tidak
menembus barrier darah otak.
Antihistamin genrasi
kedua (ketotifen,terfenadin,astemizol,loratadin,setirizin,akrivastin,dan
azelastin). Salahsatu senyawa ini ketotifen digunakan untuk profililaksis untuk
mengontrol asma.
·
Mekanisme
kerja : bekerja memblok reseptor H1 secara kompetitif atau non kompetitif untuk
mengurangi kotraksi otot polos saluran nafas, mngurangi permeabilitas vaskular,
dan mengurangi reflex serabut sensoris yang membebaskan neuro peptida dari
serabut sensoris.
·
Kerja
Utama : mencegah degranulasi sel mastosid dan basofil serta mencegah kebebasan
mediator inflamasi
·
Efek
samping : mengantuk ringan dan mulut kering . Ketotifen dan Astemizol menimbulkan efek samping kenaikan berat
badan.
3.
Zat-zat
antileukotrien (LT)
Pada pasien asma
leoukotrien turut menimbulkan bronchokonstriksi dan sekresi mucus. Kerja
antileoukotrien bisa berdasarkan penhambatan sintesa LT dengan jalan blockade
enzim lipoksigenase atau berdasarkan penempatan resptor LT dengan LTC4
/D4-blocker. Leukotrien merupakan mediator yang bersifat bronkokontsriktor
(memicu asma) . Obat ini bekerja dengan cara menghambat bronkokontsriktor dan
leukotrien . Contoh Obat : Zafirlukast 20mg/tab.
·
Farmakodinamik
: bekerja memblok reseptor sisteinil leukotrien C4,D4,dan E4. Sitein leukotrien
adalah suatu bronkokontsriktor yang kuat
,kira-kira 100-1000 kali lebih kuat dari histamin. Dengan memblok reseptor yang
memperantai bronkokontsriktor,permeabilitas vaskular, dan sekresi mukus,
zafirlukast secara bermakna memperbaiki gejal mengi,batuk, dan sesak nafas pada
penderita asma.
·
Indikasi
: untuk terapi asma kronik.
·
Efek
Samping : sakit kepala,infeksi mual dan diare.
a.
lipoksigenase-bloker
Misalnya
antihistamin generasi ke 2,yang di samping memblok reseptor H1 juga menghambat
pembentukan leoukotrien dan mediator radang lainnya (prostatglandin dan
kinnin).contohnya setrizin dan loratadin, azelastin, dan ebastin.
b.
LT-receptroblockers
(Leoukotrien
receptorantagonis LTRA) yang kini tersedia adalah muntelukast zafirlukas dan
pranlukas. Obat obat anti asma dari golongan baru ini berdaya menempati
reseptor LTB4 dan LT-cisteyi-myl (C4 D4 E4). Antagonis leukotrin ini mengurangi
efak konstriksi bronchi dan inflamasi dari LTD4.
2.4
Terapi Non Farmakologi
·
Memberikan edukasi atau penjelasan kepada penderita/
yang merawat penderita mengenai berbagai hal tentang asma, misalnya tentang
terjadinya asma, bagaimana mengenal pemicu asmanya dan mengenal tanda-tanda
awal keparahan.
·
Mengenali dan mengontrol faktor-faktor pemicu
serangan asma
·
Mengatur kegiatan aktifitas fisik
·
Melakukan olahraga
secara teratur, misalnya senam asma untuk latihan pernafasan.
Selain
obat obatan yang dikonsumsi terdapat alat-alat bantu yang biasa digunakan untuk
membantu memudahkan pernapasan pada anak. Perawatan ini umumnya diberikan 4
kali sehari dan dalam waktu 10-15 menit. Namun frekuensinya tergantung kapada
dokter.
Alat bantu untuk asma yaitu :
INHALER
Inhaler
adalah alat kesehatan (medical device) yang digunakan untuk mengatar obat
kedalam tubh melalui paru paru.pada umum nya inhaler merupakan sistim yang
bergantung pada kekuatan dari liquid gas yang berkompresi untuk menularkan isi
dari kontainer.
Aerosol
terdiri dari 2 komponen yaitu :
·
Produk terkonsentrat yang terdiri dari zat aktif
obat atau campuran dari zat aktif dan bahan penting lainnya seperti pelarut
antioksidan,dan surfaktan.
·
Propellant (penndorong obat)
Selain
itu dapat digunakan alat sebagai berikut :
1.
Masker
wajah
Biasanya digunakan untuk anak
dibawah usia empat tahun. Saat anak mengalami kesulitan bernapas masker wajah
yang disambungkan pada spacer atau tabung semprot sebelum anak mulai menghirup
obat asma.
2.
Inhaler
dengan dosis terukur
Inhaler dengan ukuran segenggaman
tangan digunakan untuk menyemprotkan obat kedalam mulut. Alat ini dapat
digunakn pada anak usia sekolah.
3.
Nebulizer
Berfungsi untuk menyemprotkan
obat dalam dosis tinggi ke paru-paru. Ini adalah alat yang paling sering
digunakan untuk anak-anak dan dapat mengubah obat menjadi partikel kecil yang
dihirup melalui masker wajah. Pada balita, alat ini digunakan dengan dosis yang
lebih ringan.
4.
Inhaler
dengan bubuk kering
Bubuk yang dihirup ini lebih umum
digunakan untuk anak anak di atas usia empat tahun karena memerlukan teknik
pernapasan dalam.
Cara memakai inhaler yang benar adalah sebagai berikut :
·
Cuci
tangan bersih bersih
·
masukkan tabung obat kedalam plastik pemegang.
·
kocok inhaler sebelum dipakai.lepaskan bagian
mulut kedalam mulut,pegang inhaler .
·
bibir diusahakan untuk tetap mengelilingi bagian
mulut dan tarik nafas,tekan tabung obat sekali.
·
tahan nafas selama beberapa detik ,keluarkan tabugng
dari mulut dan keluarkan nafas perlahan2.
·
jika diperlukan
dosis kedua,tunggu 2 menit dan ulangi prosedur dengan terlebih dahulu
mengocok tabung obat yang ada dalam tabung plastik pemegang dengan penutup terpasang.
·
bersihkan bagian mulut ,jika inhaler tidak dipakai
belakangan ini atau pertama kali dipakai uji “uji semprot dulu sebelum melakuakan
pemberian dosis terukur.
·
jika inhalat glukokortikoid akan digunakan bersama2
dengan bronkodilator tunggu selama 5 menit sebelum memakai inhaler yang
mengandung steroid agar tersedia cukup waktu untuk bronkodilator dapat bekerja.
No comments:
Post a Comment