TEKNIK EVALUASI AKTIVITAS ANTIDISPEPSI
Sindrom
dispepsi adalah suatu kumpulan gejala dari berbagai penyakit yang diakibatkan
oleh kelainan fungsi dan anatomik organ-organ
di sistem pencernaan. Manifestesi dari sindrom dispepsi adalah gangguan
pencernaan antara lain berupa rasa mual, vomitus, kembung, dispagia,
diare/konstipasi, nyeri daerah perut dan lain-lain.
Mekanisme
kerja antidispepsia tergantung pada patofisiologi dispepsi itu sendiri seperti
perbaikan gangguan motilitas saluran cerna, pengendalian kadar zat-zat yang
berperan dalam sistem pencernaan. Oleh karena itu metoda aktivitas antidispepsi
dapat diturunkan dari mekanisme kerjanya seperti :
A. Dispepsi yang disebabkan Hiperkhlorida
Sekresi asam lambung dapat dstimulasi
dengan pemberian suntikan histamin secara i.v. pada tikus yang pilorusnya
terikat dan dipuasakan sebelumnya selama 48 jam. Obat antagonis histamin dan
obat lain yang dapat menekan sekresi asam lambung yang diberikan sebelum
pemberian histamin akan dapat mengurangi sekresi asam lambung yang berlebihan.
Prosedur
Hewan yang
dipuasakan makan 48 jam dengan air tetap diberi secukupnya, dikelompokkan
menurut tingkat dosis yang telah direncanakan sebelumnya. Kemudian hewan dibius
dengan eter atau obat bius lain, kemudian dibedah dan daerah pilorus dipaparkan
dan pilorus diikat dengan benang. Pemberian sediaan uji dapat dilakukan 30
menit sebelum hewan dibius, atau untuk antagonis H2 diberikan secara i.v.
dengan dosis 0.12 mg/100g BB.
Setelah
pilorus terikat, kepada semua hewan diberikan suntikan histamin (i.v.) dengan
dosis 0.12 mg/100g BB. Selesai pengikatan pilorus dan pemberian histamin,
hewan dikembalikan ke dalam kandang
masing-masing. Dari masing-masing kelompok diperiksa volume dan pH cairan
lambung selang satu jam selama 5 jam, tiap kali pada 3 ekor hewan dikorbankan
dari masing-masing kelompoknya.Persen pengurangan sekresi asam lambung untuk
setiap kelompok dibandingkan dengan kelompok kontrol.
No comments:
Post a Comment