TEKNIK PEMBEDAHAN HEWAN
Pembedahan hewan dilakukan
secara hati-hati dengan keterampilan yang tinggi, agar selama pembedahan hewan
tidak mengalami kesakitan, tidak kehilangan banyak cairan dan tidak kehilangan
banyak darah.
Ada beberapa hal yang harus
diperhatikan dalam pembedahan hewan percobaan seperti :
Teknik pembiusan
Teknik kanulasi
Teknik penyiapan larutan
fisiologis
Teknik isolasi organ
Teknik mengorbankan hewan
A. Teknik pembiusan
Pembiusan terhadap hewan yang
akan dioperasi harus disesuaikan dengan tujuan operasi, seperti operasi ringan
hanya doperlukan pembiusan lokal sedangkan untuk operasi berat diperlukan
pembiusan total (anestesi umum)
Untuk anesteri lokal biasa
digunakan suntikan prokain atau lidokain HCl, sedangkan untuk anestesi umum
biasa digunakan injeksi pentobarbital sodium, urethane. Kloralhidrat, Ketamin,
Xylazin dan senyawa yang bersifat hipnotik. Secara inhalasi dapat pula dipakai
dietileter, CHCl3, fluothane. Pembiusan secara inhalasi dapat dilakukan secara
openfield atau dengan half openfield. Teknik openfield dapat dilakukan dengan
memberikan zat penganestesi melalui kapas yang didekatkan dengan saluran
pernafasan (hidung) hewan percobaan, sedangkan teknik half open field dapat
dilakukan dengan pembiusan hewan percobaan dalam suatu kaleng, atau botol yang
mengandung uap penganestesi.
B. Teknik kanulasi pada tikus
Untuk memberi keselesaan pernafasan spontan pada hewan percobaan, dilakukan
tracheotomi dengan cara berikut: Sedikit kulit dibahagian leher dibuang dan
otot di atas trakea disingkirkan sehingga jelas kelihatan 2 cm trakea. Trakea
dipotong setengahnya dan kanula berukuran garis tengah bagian dalam 1.77 mm dan garis tengah bagian luar 2.80 mm
(PE 260) dimasukkan ke dalamnya, dan diikat dengan benang supaya tidak mudah
lepas.
Vena femoral kanan dikanulasi dengan cara sebagai berikut: Sedikit kulit
bahagian lipat paha kanan tikus dibuang, kemudian vena femoral 1.5 sm dibersihkan secara
hati-hati dan dipisahkan dari jaringan penghubung. Bahagian distal vena femoral
diikat dengan seutas benang dan bahagian proksimal diangkat dengan forsep agar
darah tertahan mengalir. Sebahagian vena dipotong, kemudian kanula bersaiz
garis pusat dalam 0.58 mm dan garis pusat luar 0.95 mm (PE 50) yang berisi
larutan salin dimasukkan ke dalam vena dan diikat dengan seutas benang. Infusi
salin (NaCL 0.9%) diberikan melalui vena, untuk pengekalan pembiusan
dilanjutkan dengan pemberian campuran kloralos/ uretan (12 mg dan 180 mg/ml),
0.1 ml setiap 5 min (6-7 kali pemberian), kemudian dilanjutkan dengan 0.05 ml
setiap 30 minit sesuai dengan keperluan. Semasa percubaan berlangsung, tikus
diberikan infus salin melalui vena
femoral kanan dengan kecepatan 3 ml/jam.
Arteri
femoral yang berada berjajaran dengan vena femoral kanan dikanulasi dengan cara
berikut: Arteri femoral dibersihkan secara hati-hati dan diasingkan daripada tisu-tisu
penghubung, Bahagian distal arteri femoral diikat dengan seutas benang dan
bahagian proksimal pula diangkat dengan pinset agar darah tertahan mengalir.
Dipotong sebahagian arteri, kemudian kanula PE 50 berisi campuran larutan salin
dan heparin (60 U/ml) dimasukkan ke dalam arteri dan diikat dengan seutas
benang.
Untuk
memberi keselesaan pengeluaran urin spontan pada tikus percubaan, pundi kencing
(bladder) juga dikanulasikan dengan cara
berikut: Sebahagian pundi kencing dipotong untuk memasukkan kanula bersaiz
garis pusat dalam 0.86 mm dan garis pusat luar 1.52 mm, kemudian diikat dengan
benang. Urin yang dihasilkan ditampung dengan sebuah tiub.
C.
Teknik Penyiapan/Penyediaan larutan
fisiologis
Larutan
fisiologis dapat dipersiapkan/dibuat sesuai dengan kebutuhan/keperluan
pembedahan. Larutan fisiologis yang umum digunakan adalah larutan NaCl 0.9%
atau disebut juga dengan larutan sline.
Biasanya
larutan saline selalu dibuat segar, namun bila larutan ini disimpan di dalam
suasana dingin (lemari es) maka dapat digunakan dalam seminggu.
Penggunaan
salin untuk langsung pada hewan hendaklah pada suhu tubuh, namun kalau
digunakan untuk mempertahankan kehidupan organ/jaringan maka pemakaiannya
disamping pada suhu tubuh juga harus
diaerasi (diberi gas O2/CO2 95/5%).
D.
Teknik Isolasi Organ
Isolasi
organ dapat dilakukan segera setelah hewan di bius atau dimatikan agar organ
yang diperoleh masih hidup dan segera dimasukkan ke dalam larutan fisiologis
dengan aerasi dan pengadukan yang cukup.
Isolasi
organ biasa digunakan untuk percobaan in-vitro untuk menentukan sifat kontraksi
atau relaksasi suatu organ, ataupun untuk menentukan tempat kerja (reseptor)
dari suatu calon obat.
Berikut
adalah salah satu bentuk pembedahan hewan yang bertujuan untuk menidentifikasi
dan mengisolasi saraf ginjal pada tikus percobaan untuk keperluan evaluasi
aktivitas saraf tersebut.
Pembedahan
dilakukan pada bahagian punggun (“retroperitoneal”) tikus yang dilakukan dengan
cara berikut : Bahagian epidermis belakang kiri tikus (yang sudah dibuang
bulunya) digunting sejajar tulang belakang sepanjang 6-7 sm. Kemudian
diasingkan bahagian otot belakang tikus dari tisu-tisu penghubung secara
hati-hati hingga ginjal, vena dan arteri ginjal terlihat dengan jelas. Bahagian
perut diasingkan daripada otot belakang tikus menggunakan alat tisu spreader
(Weitlaner BV 76). Saraf simpatetik ginjal (dilihat dengan bantuan mikroskop)
dibersihkan daripada tisu-tisu penghubung secara hati-hati, kemudian
diasingkan. Saraf simpatetik ginjal yang telah terasing dikait dengan bantuan
spatel gelas yang tumpul, lalu diletakkan di atas elektroda perak, dan
dilekatkan dengan Wacker Sil Gel 604 (Wacker-Chemie, Munich, Germany). Pelekat
Wacker Sil Gel 604 dibuat segera dengan cara mencampurkan 9.9 ml Wacker RTV-2E
604 A dengan 0.1 ml Wacker RTV-E 604 B dalam tiub, dipanaskan dengan suhu 600
C sambil diaduk sampai jernih, kemudian dibiarkan sampai suhu badan untuk dapat
digunakan.
Setelah
hewan dibiarkan selama 1-2 jam untuk menghilangkan stres akibat pembedahan,
maka pesrlakuan siap untuk dimulai.
Untuk
organ-organ yang terdapat di dalam rongga dada atau rongga perut dapat
dilakukan dengan membuka terlebih dahulu bagian kulit pada dada dan perut hewan
percobaan. Kemudian dengan pertolongan gunting yang tajam dapat dilakukan
pembedahan bahagian perut dan dada hewan sehingga organ-organ yang akan
diisolasi dapat terpapar ke luar tubuh. Segera dibasahi dengan larutan
fisiologis agar organ tersebut tidak mati.
F.
Tekni mengorbankan hewan
Hewan
percobaan dapat dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher (hewan yang
ukuran kecil), memberikan secara injeksi obat-obat hipnotik sedativ dengan
dosis tinggi, atau dengan menyuntuikan sejumlah volume udara melalui i.p. atau
i.v. Dalam pengorbanan hewan harus dijaga agar seminimal mungkin menimbulkan
perasaan nyeri atau sakit dan secepat mungkin dapat dimatikan.
Hewan-hewan
yang sudah dimatikan harus dibungkus dan dikubur pada tempat-tempat tertentu
untuk menghindari polusi udara, air maupun lingkungan.Hidari membuang hewan-hewan
yang sudah dikorbankan ke dalam tong
sampah atau selokan, sebab akan dapat mencemari lingkungannya.
No comments:
Post a Comment