TEKNIK
EVALUASI AKTIVITAS HEPATOPROTEKTOR
Kerusakan
hati dapat disebabkan oleh obat, berbagai senyawa kimia, virus seperti virus
Hepatitis B dan C. Dalam percobaan senya kimia yang sering digunakan sebagai
hepatotoksik untuk menginduksi kerusakan sel hati adalah karbon tetra klorida
(CCl4). Kerja hepatotoksik dari senyawa ini karena
biotransformasinya di hati oleh enzim sitokrom P450 reduktase dengan
kofaktor NADPH menjadi radikal triklorkarbon yang berikatan secara kovalen pada
membran hepatosit dan merubah permiabelitas sel. CCl4 dapat
menimbulkan gambaran hepatotoksisitas yang khas yaitu hati berlemak, nekrosis,
hepatotoksik menyerupai gambaran klasik hepatitis virus, maka senyawa ini
sering digunakan dalam percobaan pengujian laboratorium pada mencit atau tikus.
Senyawa
lain yang bersifat hepatotoksik untuk menginduksi kerusakan hati eksperimental
adalah parasetamol, brombenzena, tioasetamida yang diberikan secara oral dengan
dosis masing-masing 0.5-1 g/kg BB; 0.25 ml/kg BB; 50 mg/kg BB.
Pengujian
aktivitas hepatoprotektor adalah berdasarkan kemempuan suatu zat uji untuk memproteksi
atau menghambat serta memperbaiki kerusakan sel hati yang disebabkan oleh suatu
zat yang bersifat hepatotoksi (inducer hepatotoksik). Percobaan hepatoprotektor
dapat dilakukan secara in-vivo maupun secara in-vitro
Metoda
induksi dengan Karbontetraklor (CCl4)
Prosedur
Sebelum percobaan sesungguhnya
dilakukan percobaan pendahuluan untuk melihat kepekaan hewan percobaan terhadap
karbontetraklorida.
Dosis CCl4 yang
digunakan yang menyebabkan hepatotoksisitas yang nyata pada hati yang dapat
dilihat secara makropatologinya tanpa mematikan hewan percobaan dalam waktu
terlalu singkat (kurang dari 24 jam).
Mencit yang telah dikelompokkan
secara acak menurut tingkatan dosis sediaan uji yang telah direncanakan
sebelumnya, dipuasakan makan dengan air tetap diberi secukupnya.
Sediaan uji, kontrol maupun
senyawa pembanding diberikan selama 7 hari berturut-turut dengan interval
pemberian 1 kali sehari. Kemudian diberikan CCl4 dalam parafin liq
secara oral dengan dosis yang sesuai dengan percobaan kepekaan pendahuluan
(buasanya untuk mencit 5.6 ml/kg BB).
Pada hari ketiga setelah
penginduksian dengan CCl4 diambil darahnya melalui sinus orbitalis
matanya menggunakan pipa kapiler yang dibasahi dengan larutan heparin. Darah
dimasukkan kedalam tabung kapiler (mikrocentrifuge), lalu disentrifuge pada
3.000 rpm selama 10 menit. Plasma dipisahkan dan digunakan untuk penentuan aktivitas SGOT dan SGPT menggunakan
seperangkat pereaksi untuk penentuan aktivitas kedua enzim aminotransferase
tersebut dengan spektrofotometer pada 334 nm.
Aktivitas SGOT dan SGPT yang
dinyatakan dalam UI/liter untuk tiap mencit merupakan parameter tingkat
kerusakan dari hati hewan tersebut.
Percobaan yang sama dapat juga
dilakukan terhadap tikus dengan dosis CCl4 2 ml/kg BB.
No comments:
Post a Comment