TUBERKULOSIS
MILIER
1. BATASAN
Tuberkulosis
Milier adalah suatu bentuk Tuberkulosa paru dengan terbentuknya granuloma.
Granuloma yang merupakan perkembangan penyakit dengan ukuran kurang lebih sama
kelihatan seperti biji ‘milet’ (sejenis gandum), berdiameter 1-2 mm. Tuberkulosis jenis ini bisa terjadi pada
semua golongan umur, namun sebagian besar penderita berumur kurang dari 5 tahun
(Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan
Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
2. PATOGENESIS
Pada
anak dan orang dewasa, Tuberkulosis Milier terjadi bila fokus di paru pecah dan
masuk ke dalam arteri atau vena sehingga terjadi bakterimia. Kuman penyebab
penyakit kronis seperti tuberkulosa ini sering menyebabkan berbagai macam
reaksi imunologi, yang akibatnya bisa lebih parah dari pada akibat erosif
kuman. Dalam hal tuberkulosis terbentuk granuloma-granuloma yang berbatas tegas
oleh sifat kronis penyakit tuberkulosis dan reaksi imunologik penderita.
Apabila bakteri pirogen memasuki pembuluh darah, artinya terjadi septisemia.
Maka reaksi antara septisemia dan reaksi imunologik ini menentukan apakah nantinya
tanda dan gejala penyakit akan menjadi ringan atau berat. Begitu pula dengan
prognosisnya baik atau buruk, serta apakah penyebaran basil tuberkulosis
terkendali atau tidak (Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
3. GAMBARAN
KLINIS
Gejala
TBC Milier timbul perlahan-lahan dan sifatnya tidak spesifik. Gejala bisa
berupa : febris, letargi, keringat malam, nafsu makan berkurang, dan berat
badan menurun. Febris yang bersifat turun naik sampai 40 C dan berlangsung lama
adalah gejala yang paling sering dijumpai. Di negara berkembang TBC milier
harus dicurigai, bila setelah menderita campak, batuk rejan atau infeksi
interkuren lainnya, anak sakit-sakitan dan berat badanya menurun. Walaupun terdapat
febris, penderita TBC Milier biasanya tidak tampak sakit berat. Batuk biasanya
tidak ada atau ringan saja. Sesak nafas dan sianosis mungkin dijumpai pada
kasus yang berat. Pada pemeriksaan paru sering tidak didapatkan kelainan.
Krepitasi mungkin terdengar bila anak disuruh bernafas dalam. Limpa biasanya
membesar, sedang hepar tidak selalu. Pemeriksaan funduskopi mata sering
menunjukkan gejala patognomonik pada sebagian besar kasus, yaitu ditemukannya
tuberkel koroid. Dan pada sebagian penderita bisa ditemukan tanda-tanda
meningitis (Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Pedoman Nasional
Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
4. PEMERIKSAAN
4.1. Pemeriksaan Darah
Tidak
ada perubahan hematologi yang spesifik pada TBC Milier. Laju enap darah tidak
informatif. Anemia biasanya ringan, namun pada kasus lama dan berat mungkin
dijumpai anemia berat. Sering ditemui lekopeni, kadang-kadang lekositosis dan
monositosis.
Dalam
pemeriksaan sumsum tulang didapatkan tuberkel-tuberkel dan gambaran darah tepi
dapat menyerupai leukemia berupa leukositosis dan lekosit-lekosit muda, anemia
leukoeritroblastik berupa lekosit muda dan normoblas. Kadang-kadang terdapat
gambaran hematologik anemia aplastik berupa pansitopenia (Departemen Kesehatan
Republik Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke
8, 2009).
4.2. Tes Tuberkulin (Mantoux)
Hasil
tes tuberkulin biasanya positif kuat. Pada sebagian penderita mungkin positif
lemah bahkan negatif. Tetapi bila diulang satu bulan kemudian setelah
mendapatkan pengobatan, praktis semua berubah menjadi positif (Departemen
Kesehatan Republik Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis.
Cetakan ke 8, 2009).
4.3. Pemeriksaan Radiologi
Gambaran
patologik pada pemeriksaan radiologi tidak selalu dijumpai pada kasus TBC
Milier. Oleh karenanya gambaran radiologi normal belum pasti menyingkirkan
diagnosa TBC Milier. Gambaran normal radiologi mungkin disebabkan oleh :
- fokus di paru memecah
ke cabang vena, yang menyebabkan tidak terjadinya infiltrat di paru.
-
ukuran infiltrat yang sangat kecil.
-
atau karena pemeriksaan dilakukan pada fase dini dari penyakit.
Dalam
hal demikian sebaiknya pemeriksaan diulang setelah 1-4 minggu.
Gambaran
klasik Rongent foto dari TBC Milier adalah gambaran badai salju.
Infiltrat-infiltrat yang halus berukuran beberapa mm, tersebar di kedua
lapangan pandang paru. Namun perlu diketahui bahwa gambaran badai salju juga
bisa ditemukan pada kasus lain seperti : fungosis paru, sarkoidosis,
hemosiderosis, dan histositosis X. Gambaran radiologik juga bisa berupa lesi
paru yang lebih besar, yaitu berupa infiltrat lober atau linfadenopati hilus.
Disamping itu dapat ditemukan pula efusi pleura, penebalan pleura dan kavitasi.
Pada anak biasanya didapat gambaran campuran (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
4.4. Pemeriksaan Diagnostik Spesifik
Dari
uraian di atas terlukis sulitnya menegakkan diagnosa TBC Milier, dan lebih
sulit lagi bila anak sudah mendapatkan vaksinasi BCG, karena:
-
Vaksinasi BCG merubah reaksi imunologi penderita.
-
Vaksinasi BCG mengurangi nilai diagnosa tes tuberkulin.
Pemeriksaan
diagnostik spesifik berupa :
1.
Pemeriksaan BTA sputum
Hanya 75 % kasus TBC Milier positif
dalam pemeriksaan BTA sputum.
2.
Pemeriksaan bilasan lambung
Karena sulitnya mendapatkan sputum pada
bayi dan anak, maka bisa dilakukan pemeriksaan bilasan lambung. Dalam hal ini
ternyata hanya ditemukan 34,8 – 56 % yang positif.
3.
Pemeriksaan cairan cerebrospinal
TBC Milier sering disertai Meningitis
yang kadang-kadang asimtomatik, oleh karenanya perlu dipertimbangkan punksi
lumbal untuk memeriksa cairan cerebrospinal. Gambaran yang didapat adalah :
pleiositosis, kadar glukosa rendah dan atau kadar protein yang tinggi. Hasil
biakan positif hanya didapat pada 18,2 % kasus.
4.
Pemeriksaan biopsi
Angka positif tergantung dari jaringan
yang didapat. Hanya 60 % kasus positif dari pemeriksaan kelenjar limfa dengan
granuloma yang mengeju dan yang tidak mengeju (Departemen Kesehatan Republik
Indonesia : Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
5. DIAGNOSA
Diagnosa
ditegakkan bila memenuhi kriteri minimal :
1.
Anamnesa : ada riwayat kontak dengan penderita TBC dewasa dan aktif.
2.
Mantoux test positif.
3.
Ditemukan TBC extra paru (Departemen Kesehatan Republik Indonesia : Pedoman
Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Cetakan ke 8, 2009).
6. PENATALAKSANAAN
TERAPI
Pengobatan
TBC Milier pada prinsipnya sama dengan pengobatan TBC pada umumnya, yaitu perpaduan
dari beberapa jenis antituberkulosa baik yang bakteriostatik maupun bakterisid,
yaitu :
1.
Isoniasid (H): Selama 6-12 bulan
a.
Dosis
terapi: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sehari sekali
b.
Dosis
Profilaks: 5-10 mg/kgBB/hari diberikan sehari sekali
c.
Dosis maksimum:
300 mg/hari
2.
Rifampisin (R): selama 6-12 bulan
a.
Dosis:
10-20 mg/kgBB/hari sehari sekali
b.
Dosis
maksimum: 600 mg/hari
3.
Pirasinamid (Z): selama 2-3 bulan
a.
Dosis:
23-35 mg/kgBB/hari ddiberikan sehari dua kali
b.
dosis
maksimum: 2 g/hari
4.
Streptomisin (S): selama 1-2 bulan pertama
a.
dosis:
15-40 mg/kgBB/hari diberikan sehari sekali intamuskular
b.
dosis
maksimum: 1 g/hari
5.
Etambutol (E): selama 2-3 bulan pertama
a. dosis: 15-20 mg/kgBB/hari diberikan 1-2 kali
sehari
b.
dosis
maksimum: 1250 mg/hari
6.
Prednison
Kortikostreroid diberikan pada keadaan
khusus seperti TB millier. Dosis yang diberikan 1-2 mg/kgBB/hari selama 1-2
bulan.
(PDT, Ilmu Kesehatan Anak, 2010)
No comments:
Post a Comment