Thursday, July 2, 2015

BISAKODIL



BISAKODIL (Ditjen Binfar, 2007)
1.        Indikasi
Ø  Laksatif stimulan
Ø  Persiapan sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi, atau pembedahan.

2.        Mekanisme Aksi
Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan merangsang aktivitas peristaltik  usus yang bersifat mendorong (propulsif) melalui iritasi lokal mukosa atau kerja yang lebih selektif pada plexus saraf intramural dari otot halus usus sehingga meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan bahwa obat-obat ini mengubah absorpsi cairan dan elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan usus dan pengeluaran feses. Beberapa obat ini dapat secara langsung merangsang sekresi ion usus aktif. Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa kolon setelah pemberian laksatif stimulan dapat mengubah permeabilitas sel-sel ini dan  menyebabkan sekresi ion aktif sehingga menghasilkan akumulasi cairan serta aksi laksatif.

3.        Dosis, cara pemberian dan lama pemberian
        ORAL: 5-15 mg sehari sebagai dosis tunggal sampai dengan 30 mg per hari.
        REKTAL: pada pagi hari pembedahan atau pemeriksaan.

4.    Farmakologi
Ø  Bisakodil merupakan laksatif stimulan.
Ø  Absorbsi bisakodil minimal setelah pemberian oral atau rektal.
Ø  Obat dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin dan/atau didistribusikan ke dalam ASI.
Ø  Setelah pemberian dosis terapi oral turunan difenilmetan, pengosongan kolon tercapai dalam waktu 6-8 jam.
Ø  Pemberian rektal menyebabkan pengosongan kolon dalam waktu 15 menit sampai 1 jam.

5.    Efek Samping
Ø  Pada dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat memberikan beberapa rasa tidak nyaman pada perut, mual, kram ringan, lemah.
Ø  Pemberian suppositoria bisakodil rektal dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada mukosa rektum serta proktitis ringan.

6.    Kontraindikasi
        Pasien dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain apendisitis atau sakit perut yang tak terdiagnosa.
        Pasien dengan obstruksi usus.

No comments:

Post a Comment