BISAKODIL
(Ditjen Binfar, 2007)
1.
Indikasi
Ø
Laksatif
stimulan
Ø
Persiapan
sigmoidoskopi, proktoskopi, radiologi, atau pembedahan.
2.
Mekanisme Aksi
Laksatif stimulan menginduksi defekasi dengan merangsang
aktivitas peristaltik usus yang bersifat
mendorong (propulsif) melalui iritasi lokal mukosa atau kerja yang lebih
selektif pada plexus saraf intramural dari otot halus usus sehingga
meningkatkan motilitas. Akan tetapi, studi terbaru menunjukkan bahwa obat-obat
ini mengubah absorpsi cairan dan elektrolit, menghasilkan akumulasi cairan usus
dan pengeluaran feses. Beberapa obat ini dapat secara langsung merangsang
sekresi ion usus aktif. Peningkatan konsentrasi cAMP dalam sel-sel mukosa kolon
setelah pemberian laksatif stimulan dapat mengubah permeabilitas sel-sel ini
dan menyebabkan sekresi ion aktif sehingga
menghasilkan akumulasi cairan serta aksi laksatif.
3.
Dosis, cara pemberian dan lama pemberian
–
ORAL:
5-15 mg sehari sebagai dosis tunggal sampai dengan 30 mg per hari.
–
REKTAL:
pada pagi hari pembedahan atau pemeriksaan.
4. Farmakologi
Ø
Bisakodil
merupakan laksatif stimulan.
Ø
Absorbsi
bisakodil minimal setelah pemberian oral atau rektal.
Ø
Obat
dimetabolisme di hati dan diekskresi melalui urin dan/atau didistribusikan ke
dalam ASI.
Ø
Setelah
pemberian dosis terapi oral turunan difenilmetan, pengosongan kolon tercapai
dalam waktu 6-8 jam.
Ø
Pemberian
rektal menyebabkan pengosongan kolon dalam waktu 15 menit sampai 1 jam.
5.
Efek Samping
Ø
Pada
dosis oral terapetik, laksatif stimulan dapat memberikan beberapa rasa tidak
nyaman pada perut, mual, kram ringan, lemah.
Ø
Pemberian
suppositoria bisakodil rektal dapat menyebabkan iritasi dan rasa terbakar pada
mukosa rektum serta proktitis ringan.
6.
Kontraindikasi
–
Pasien
dengan sakit perut akut, mual, muntah, dan gejala-gejala lain apendisitis atau
sakit perut yang tak terdiagnosa.
–
Pasien
dengan obstruksi usus.
No comments:
Post a Comment