Wednesday, July 29, 2015

TEKNIK PEMBEDAHAN HEWAN



TEKNIK PEMBEDAHAN HEWAN

Pembedahan hewan dilakukan secara hati-hati dengan keterampilan yang tinggi, agar selama pembedahan hewan tidak mengalami kesakitan, tidak kehilangan banyak cairan dan tidak kehilangan banyak darah.
Ada beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembedahan hewan percobaan seperti :
Teknik pembiusan
Teknik kanulasi
Teknik penyiapan larutan fisiologis
Teknik isolasi organ
Teknik mengorbankan hewan

A. Teknik pembiusan
Pembiusan terhadap hewan yang akan dioperasi harus disesuaikan dengan tujuan operasi, seperti operasi ringan hanya doperlukan pembiusan lokal sedangkan untuk operasi berat diperlukan pembiusan total (anestesi umum)
Untuk anesteri lokal biasa digunakan suntikan prokain atau lidokain HCl, sedangkan untuk anestesi umum biasa digunakan injeksi pentobarbital sodium, urethane. Kloralhidrat, Ketamin, Xylazin dan senyawa yang bersifat hipnotik. Secara inhalasi dapat pula dipakai dietileter, CHCl3, fluothane. Pembiusan secara inhalasi dapat dilakukan secara openfield atau dengan half openfield. Teknik openfield dapat dilakukan dengan memberikan zat penganestesi melalui kapas yang didekatkan dengan saluran pernafasan (hidung) hewan percobaan, sedangkan teknik half open field dapat dilakukan dengan pembiusan hewan percobaan dalam suatu kaleng, atau botol yang mengandung uap penganestesi.

B. Teknik kanulasi pada tikus
Untuk memberi keselesaan pernafasan spontan pada hewan percobaan, dilakukan tracheotomi dengan cara berikut: Sedikit kulit dibahagian leher dibuang dan otot di atas trakea disingkirkan sehingga jelas kelihatan 2 cm trakea. Trakea dipotong setengahnya dan kanula berukuran garis tengah bagian dalam  1.77 mm dan garis tengah bagian luar 2.80 mm (PE 260) dimasukkan ke dalamnya, dan diikat dengan benang supaya tidak mudah lepas.
Vena femoral kanan dikanulasi dengan cara sebagai berikut: Sedikit kulit bahagian lipat paha kanan tikus dibuang, kemudian  vena femoral 1.5 sm dibersihkan secara hati-hati dan dipisahkan dari jaringan penghubung. Bahagian distal vena femoral diikat dengan seutas benang dan bahagian proksimal diangkat dengan forsep agar darah tertahan mengalir. Sebahagian vena dipotong, kemudian kanula bersaiz garis pusat dalam 0.58 mm dan garis pusat luar 0.95 mm (PE 50) yang berisi larutan salin dimasukkan ke dalam vena dan diikat dengan seutas benang. Infusi salin (NaCL 0.9%) diberikan melalui vena, untuk pengekalan pembiusan dilanjutkan dengan pemberian campuran kloralos/ uretan (12 mg dan 180 mg/ml), 0.1 ml setiap 5 min (6-7 kali pemberian), kemudian dilanjutkan dengan 0.05 ml setiap 30 minit sesuai dengan keperluan. Semasa percubaan berlangsung, tikus diberikan infus salin  melalui vena femoral kanan dengan kecepatan 3 ml/jam.
Arteri femoral yang berada berjajaran dengan vena femoral kanan dikanulasi dengan cara berikut: Arteri femoral dibersihkan secara hati-hati dan diasingkan daripada tisu-tisu penghubung, Bahagian distal arteri femoral diikat dengan seutas benang dan bahagian proksimal pula diangkat dengan pinset agar darah tertahan mengalir. Dipotong sebahagian arteri, kemudian kanula PE 50 berisi campuran larutan salin dan heparin (60 U/ml) dimasukkan ke dalam arteri dan diikat dengan seutas benang.
Untuk memberi keselesaan pengeluaran urin spontan pada tikus percubaan, pundi kencing (bladder)  juga dikanulasikan dengan cara berikut: Sebahagian pundi kencing dipotong untuk memasukkan kanula bersaiz garis pusat dalam 0.86 mm dan garis pusat luar 1.52 mm, kemudian diikat dengan benang. Urin yang dihasilkan ditampung dengan sebuah tiub.

C. Teknik Penyiapan/Penyediaan larutan  fisiologis
Larutan fisiologis dapat dipersiapkan/dibuat sesuai dengan kebutuhan/keperluan pembedahan. Larutan fisiologis yang umum digunakan adalah larutan NaCl 0.9% atau disebut juga dengan larutan sline.
Biasanya larutan saline selalu dibuat segar, namun bila larutan ini disimpan di dalam suasana dingin (lemari es) maka dapat digunakan dalam seminggu.
Penggunaan salin untuk langsung pada hewan hendaklah pada suhu tubuh, namun kalau digunakan untuk mempertahankan kehidupan organ/jaringan maka pemakaiannya disamping  pada suhu tubuh juga harus diaerasi (diberi gas O2/CO2 95/5%).

D. Teknik Isolasi Organ
Isolasi organ dapat dilakukan segera setelah hewan di bius atau dimatikan agar organ yang diperoleh masih hidup dan segera dimasukkan ke dalam larutan fisiologis dengan aerasi dan pengadukan yang cukup.
Isolasi organ biasa digunakan untuk percobaan in-vitro untuk menentukan sifat kontraksi atau relaksasi suatu organ, ataupun untuk menentukan tempat kerja (reseptor) dari suatu calon obat.
Berikut adalah salah satu bentuk pembedahan hewan yang bertujuan untuk menidentifikasi dan mengisolasi saraf ginjal pada tikus percobaan untuk keperluan evaluasi aktivitas saraf tersebut.
Pembedahan dilakukan pada bahagian punggun (“retroperitoneal”) tikus yang dilakukan dengan cara berikut : Bahagian epidermis belakang kiri tikus (yang sudah dibuang bulunya) digunting sejajar tulang belakang sepanjang 6-7 sm. Kemudian diasingkan bahagian otot belakang tikus dari tisu-tisu penghubung secara hati-hati hingga ginjal, vena dan arteri ginjal terlihat dengan jelas. Bahagian perut diasingkan daripada otot belakang tikus menggunakan alat tisu spreader (Weitlaner BV 76). Saraf simpatetik ginjal (dilihat dengan bantuan mikroskop) dibersihkan daripada tisu-tisu penghubung secara hati-hati, kemudian diasingkan. Saraf simpatetik ginjal yang telah terasing dikait dengan bantuan spatel gelas yang tumpul, lalu diletakkan di atas elektroda perak, dan dilekatkan dengan Wacker Sil Gel 604 (Wacker-Chemie, Munich, Germany). Pelekat Wacker Sil Gel 604 dibuat segera dengan cara mencampurkan 9.9 ml Wacker RTV-2E 604 A dengan 0.1 ml Wacker RTV-E 604 B dalam tiub, dipanaskan dengan suhu 600 C sambil diaduk sampai jernih, kemudian dibiarkan sampai suhu badan untuk dapat digunakan.
Setelah hewan dibiarkan selama 1-2 jam untuk menghilangkan stres akibat pembedahan, maka pesrlakuan siap untuk dimulai.

Untuk organ-organ yang terdapat di dalam rongga dada atau rongga perut dapat dilakukan dengan membuka terlebih dahulu bagian kulit pada dada dan perut hewan percobaan. Kemudian dengan pertolongan gunting yang tajam dapat dilakukan pembedahan bahagian perut dan dada hewan sehingga organ-organ yang akan diisolasi dapat terpapar ke luar tubuh. Segera dibasahi dengan larutan fisiologis agar organ tersebut tidak mati.

F. Tekni mengorbankan hewan
Hewan percobaan dapat dikorbankan dengan cara dislokasi tulang leher (hewan yang ukuran kecil), memberikan secara injeksi obat-obat hipnotik sedativ dengan dosis tinggi, atau dengan menyuntuikan sejumlah volume udara melalui i.p. atau i.v. Dalam pengorbanan hewan harus dijaga agar seminimal mungkin menimbulkan perasaan nyeri atau sakit dan secepat mungkin dapat dimatikan.
Hewan-hewan yang sudah dimatikan harus dibungkus dan dikubur pada tempat-tempat tertentu untuk menghindari polusi udara, air maupun lingkungan.Hidari membuang hewan-hewan yang sudah dikorbankan  ke dalam tong sampah atau selokan, sebab akan dapat mencemari lingkungannya.

No comments:

Post a Comment