TITRASI OKSIDASI-REDUKSI (REAKSI REDOKS)
Oksidasi adalah
pelepasan satu atau lebih elektron dari suatu atom, ion atau molekul. Sedang reduksi adalah penangkapan satu
atau lebih elektron oleh suatu atom, ion atau molekul. Tidak ada elektron bebas
dalam sistem kimia, dan pelepasan elektron oleh suatu zat kimia selalu disertai
dengan penangkapan elektron oleh bagian yang lain, dengan kata lain reaksi
oksidasi selalu diikuti reaksi reduksi.
Dalam reaksi oksidasi reduksi (redoks)
terjadi perubahan valensi dari zat-zat yang mengadakan reaksi. Disini terjadi
transfer elektron dari pasangan pereduksi ke pasangan pengoksidasi.
Reaksi redoks secara luas digunakan dalam
analisa titrimetrik dari zat-zat anorganik maupun organik. Untuk menetapkan
titik akhir pada titrasi redoks dapat dilakukan secara potensiometrik atau
dengan bantuan indikator.
Analisis volumetri yang berdasarkan reaksi
redoks diantaranya adalah bromatometri, yodometri, yodimetri, yodatometri,
permanganometri dan serimetri.
Yodometri dan Yodimetri
Yodida
merupakan oksidator yang relatif lemah. Oksidasi potensial sistem yodium yodida
ini dapat dituliskan sebagai reaksi berikut ini :
I2 + 2 e- -------> 2 I- Eo = + 0,535 volt
Yodimetri
merupakan titrasi langsung dengan baku yodium terhadap senyawa dengan potensial
oksidasi yang lebih rendah, yodometri merupakan titrasi tidak langsung, metode
ini diterapkan terhadap senyawa dengan potensial oksidasi yang lebih besar dari
sistem yodium yodida. Yodium yang bebas dititrasi dengan natrium tiosulfat.
Satu
tetes larutan yodium 0,1 N dalam 100 ml air memberikan warna kuning pucat.
Untuk menaikkan kepekaan titik akhir dapat digunakan indikator kanji. Yodium
dilihat dengan kadar yodium 2 x 10-4 M dan yodida 4 x 10-4 M. Penyusun utama
kanji adalah amilosa dan amilopektin. Amilosa dengan yodium membentuk warna
biru, sedangkan amilopektin membentuk warna merah. Sebagai indikator dapat pula
digunakan karbon tetraklorida. Adanya yodium dalam lapisan organik menimbulkan
warna ungu.
Yodatometri
Kalium
yodat merupakan oksidator yang kuat. Dalam kondisi tertentu kalium yodat dapat
bereaksi secara kuantitatif dengan yodida atau yodium. Dalam larutan yang tidak
terlalu asam, reaksi yodat dengan garam yodium, seperti kalium yodida, akan
berhenti jika yodat telah tereduksi menjadi yodium.
Reaksi : IO3- + 2 I- + 3 Cl- ------> 3 H2O + 3 I2
I2 yang
terbentuk dapat dititrasi dengan natrium tiosulfat baku. Jika konsentrasi
asamnya tinggi yaitu lebih dari 4 N, yodium yang terbentuk pada reaksi diatas
akan dioksidasi oleh yodat menjadi ion yodium, I_. Konsentrasi ion
klorida yang tinggi menyebabkan terbentuknya yodium monoklorida yang stabil
terhadap hidrolisis karena adanya asam klorida.
IO3- + 2 I- + 3 Cl- + 6H+ ------------> 3 ICl + 3 H2O
Pada
reaksi ini untuk mengamati titik akhir reaksi dapat digunakan kloroform atau
karbon tetraklorida. Pada awal titrasi timbul yodium sehingga larutan kloroform
berwarna ungu. Pada titrasi selanjutnya yodium yang terbentuk akan dioksidasi
lagi menjadi I- dan warna lapisan kloroform menjadi hilang.
Permanganometri
Permanganometri adalah penetapan kadar
zat berdasar atas reaksi oksidasi reduksi dengan KMnO4. Dalam suasana asam reaksi dapat dituliskan sebagai berikut:
MnO4- + 8 H+ + 5 e --------> Mn++ + 4 H2O
Dengan demikian berat ekivalennya
seperlima dari berat molekulnya atau 31,606. Asam sulfat merupakan asam yang
paling cocok karena tidak bereaksi dengan permanganat. Sedangkan dengan asam
klorida terjadi reaksi sebagai berkut:
2 MnO4- + 10
Cl- +
16 H+ --------> 2 Mn++ + 5
Cl2 +
8 H2O
Untuk larutan tidak berwarna, tidak
perlu menggunakan indikator, karena 0,01 ml kalium
permanganat 0,1 N dalam 100 ml larutan
telah dapat dilihat warna ungunya. Untuk memperjelas titik akhir dapat
ditambahkan indikator redoks seperti feroin, asam N-fenil antranilat.
Penambahan indikator ini biasanya tidak diperlukan, kecuali jika menggunakan
kalium permanganat 0,01 N .
No comments:
Post a Comment