Data Dasar dan
Data Demografi
No. RM : 00
Nama : WY
Tanggal dirawat : 13 Desember 2012
Ruangan dirawat : KR Obgyn Kelas III
Jenis kelamin : Perempuan
Umur :
15 tahun
Berat badan : -
Tinggi badan : 150 cm
Pekerjaan : Pelajar
Keluhan Utama
Pasien usia 15 tahun datang ke KB IGB pada
tanggal 13 Desember 2012, kiriman bidan dengan eklampsia.
Riwayat
Penyakit Sekarang
Pasien merasa kesakitan dan nyeri mengejan sejak 10 menit lalu. Nyeri
pinggag menjalan ke ari-ari sejak 18 jam yang lalu, nyeri semakin lama semakin
sering dan kuat. Menurut bidan yang mengantar, pasien datang pada pukul 07.00
WIB dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari, didapatkan tekana darah
pasien tinggi dengan pembukaan 4 cm. pada saat menunggu, pasien kejang-kejang 1
kali selama 15 detik, lalu pasien sadar kembali. Selama di tempat bidan, pasien
diberikan infus dengan MgSO4 dosis inisial yang dilanjutkan dengan dosis
maintenance. Kateter urin terpasang, setelah itu pasien tidak pernah kejang
lagi.
Pasien sampai ke RS dengan MgSO4 terpasang. Nyeri kepala
(-), nyeri ulu hati (-), pandangan mata kabur (-), keluar ari-ari banyak dari
kemaluan sekitar setengah jam yang lalu berwarna jernih berbau amis, keluar
darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.
Demam (-),
nyeri (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI +/+. Kondisi umum sedang, kesadaran
CMC, tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 84 x/menit, laju pernafasan 20
x/menit, temperature 36,8oC.
Riwayat
Penyakit Dahulu
Pasien tidak
pernah menderita sakit jantung, paru, hati, ginjal, DM, ataupun hipertensi.
Riwayat alergi disangkal.
Riwayat
Keluarga/Sosial
Tidak ada
anggota keluarga yang menderita sakit keturunan, kejiwaan, ataupun menular.
Riwayat Pengobatan
-
Riwayat
Pekerjaan dan Sosial-Ekonomi, Kejiwaan, dan Kebiasaan
Riwayat
perkawinan tidak ada, G1A0H0, riwayat imunisasi tidak ada, riwayat kontrasepsi
tidak ada, riwayat pendidikan SLTP, riwayat pekerjaan tidak ada.
Alergi
Makanan/Obat
Alergi obat : -
Alergi makanan : -
Hasil
Pemeriksaan Fisik (hari ke-1)
Umum
|
Kesadaran: compos mentis cooperative
TD: 140/100 mmHg
Nadi: 92 x/menit
Suhu: 37oC
Nafas: 20 x/menit
Sianosis: (-)
Keadaan umum: sedang
Keadaan gizi: sedang
Tinggi badan: 150 cm
Berat Badan (sebelum hamil): 47 kg
Edema: (-)
Anemis: (-)
Ikterik: (-)
|
Kulit
|
Tidak ada kelainan
|
Kelenjar
getah bening
|
Tidak
ada pembesaran KGB
|
Kepala
|
Tidak ada kelainan
|
Rambut
|
Tidak ada kelainan
|
Mata
|
Konjungtiva
tidak anemis
Sklera
tidak ikterik
|
Telinga
|
Tidak ada kelainan
|
Hidung
|
Tidak ada kelainan
|
Tenggorokan
|
Tidak ada kelainan
|
Gigi
dan mulut
|
Caries dentis: (-)
|
Leher
|
Kelenjar
tiroid tidak membesar
|
Dada
|
Paru:
Inspeksi:
simeteris kiri = kanan
Palpasi:
fremitus kiri – kanan
Perkusi:
sonor kiri = kanan
Auskultasi:
vesikuler, ronki (-/-), wheezing (-/-)
Jantung:
Inspeksi:
ictus cordis tidak tampak
Palpasi:
ictus cordis teraba 1 jari
Perkusi:
batas jantung dalam batas normal
Auskultasi:
ronki – bising (-)
|
Perut
|
Status
obstetrikus
|
Punggung
|
Tidak
ada kelainan
|
Alat
kelamin
|
Status
obstetrikus
|
Anus
|
Tidak
diperiksa
|
Anggota
gerak
|
R.
Fisiologis: (+/+)
R.
Patologis: (-/-)
Udem:
(+/+)
|
Status
Ginekologis
Genitalia: v/u
tenang, PPV (-), VT: lengkap, ketuban (-) sisa jerinh, terapa kepala UUK depan
HIII-IV, dinding samping panggul sulit dinilai, sacrum sulit dinilai, os
coccygis mudah digerakkan, arcus pubis >90o. Dit dapat dilalui
satu tinju dewasa (>10,5 cm), panggul luas.
Hasil
Pemeriksaan Laboratorium
Parameter
|
Nilai
Normal
|
Tanggal
|
||||
13
Des
|
14
Des
|
15
Des
|
16
Des
|
|||
KIMIA DARAH
|
||||||
WBC
|
6,2
- 17,0
|
10^3/uL
|
21,3
|
12,5
|
||
RBC
|
P
= 4,5 - 5,5
|
10^6/uL
|
||||
W
= 3,8 - 5,5
|
10^6/uL
|
2,5
|
||||
HGB
|
P
= 13,0 - 16,0
|
g/dL
|
||||
W
= 12,0 - 14,5
|
g/dL
|
11,1
|
6,1
|
|||
HCT
|
P
= 40 - 48
|
%
|
||||
W
= 30 - 43
|
%
|
35
|
19
|
|||
MCV
|
P
= 80 - 94
|
fL
|
||||
W
= 82 - 92
|
µm3
|
74
|
74
|
|||
MCH
|
27
- 31
|
pg
|
23,8
|
24,2
|
||
MCHC
|
32
- 36
|
g/dL
|
32,3
|
32,7
|
||
Trombosit
|
150
- 400
|
10^3/uL
|
291
|
237
|
||
Glukosa
Sewaktu
|
0,0
- 200
|
mg/dL
|
114
|
99
|
||
ELEKTROLIT
|
||||||
Natrium
|
139
- 145
|
mmol/L
|
132
|
139
|
||
Kalium
|
3,5
- 5,1
|
mmol/L
|
3,4
|
3,4
|
||
Calsium
|
8,6
- 10,3
|
mg/dL
|
8,9
|
7,6
|
||
Chloride
|
97
- 111
|
mmol/L
|
106
|
106
|
||
LDH
|
<480
|
u/L
|
413
|
353
|
||
FUNGSI PEMBEKUAN DARAH
|
||||||
PT
|
10,0
- 13,6
|
detik
|
13,2
|
11,9
|
||
APTT
|
29,2
- 39,4
|
detik
|
29,2
|
29,2
|
||
INR
|
<1,2
|
1,2
|
1
|
|||
FUNGSI HATI
|
||||||
SGOT
|
P
<25 W <31
|
UI
|
12
|
11
|
||
SGPT
|
P
<41 W <34
|
UI
|
9
|
5
|
||
Alkali
Phosphatase
|
74
- 311
|
UI
|
||||
Gama
GT
|
P
<38 W <25
|
UI
|
||||
BUN
|
6
- 19
|
mg/dL
|
||||
Bilirubin
Total
|
0,2
- 1
|
mg/dL
|
0,31
|
|||
Bilirubin
Direk
|
0,0
- 0,2
|
mg/dL
|
0,13
|
|||
Bilirubin
Indirek
|
0,0
- 0,0
|
mg/dL
|
0,18
|
|||
Protein
Total
|
RJ
= 6,6 - 8,3
|
g/dL
|
||||
RI
= 6,0 - 7,8
|
g/dL
|
6,1
|
5,5
|
|||
Albumin
|
RJ
= 3,8 - 5,5
|
g/dL
|
||||
RI
= 3,5 - 5,2
|
g/dL
|
3,2
|
3
|
|||
Globulin
|
0,0
- 0,0
|
g/dL
|
2,9
|
2,5
|
||
FUNGSI GINJAL
|
||||||
Asam
Urat
|
P
= 2,5 - 7
|
mg/dL
|
||||
W
= 2 - 6
|
mg/dL
|
|||||
Ureum
darah
|
18
- 45
|
mg/dL
|
7
|
16
|
||
Creatinin
darah
|
0,6
- 1,2
|
mg/dL
|
0,5
|
0,7
|
||
Fartor Risiko
Persalinan
·
Primipara (skor
1)
·
Tidak menikah
(skor 1)
·
Eklampsia (skor
5)
Total skor = 7
Diagnosis Utama
G1P0A0H0 parturient aterm
kala II dan eklampsia intrapartum dalam regimen SM dosis maintenance dari luar.
Janin hidup tunggal intra uterin UUK depan HIII-IV.
Daftar Masalah
(Diagnosis)
- Primipara
- Kala II
- Eklampsia intrapartum (diagnosis IGD: eklampsia antepartum)
- Tidak menikah
Tindakan
1.
Persalinan dengan forseps ekstraksi (FE)
2.
Perbaikan kondisi umum
Pengobatan yang
Diberikan
No.
|
Nama
Obat
|
Rute
|
Dosis
|
Regimen
|
Hari
ke-
|
Ket
|
||||||
Dosis
|
1
|
2
|
3
|
4
|
5
|
6
|
7
|
|||||
1
|
IVFD RL
|
injeksi
|
iv
|
v
|
v
|
v
|
||||||
2
|
Nifedipine
|
oral
|
100 mg
|
1x1
|
v
|
|||||||
3
|
MgSO4 8 g%
|
injeksi
|
iv
|
v
|
v
|
v
|
||||||
4
|
Cefixime
|
oral
|
100 mg
|
3x1
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
|
5
|
Antalgin
|
oral
|
3x1
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
||
6
|
Methyldopa
|
oral
|
3x1
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
||
7
|
Benovit C
|
oral
|
3x1
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
v
|
||
8
|
Sulas Ferrosus
(Ferrous Sulfate Haptahydrate)
|
oral
|
300
mg
|
1x1
|
v
|
Follow Up
Pasien
13 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 140/100 mmHg, nadi 102 kali/menit, laju pernafasan
20 kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Hasil kontrol
neurologi: A/ eklampsia intrapartum: saat ini secara klinis tidak ditemukan
defisit neurologis fokal atas pasien. Advis: diazepam iv bolus 1 amp bila
kejang.
Diagnosis: P1A0H1
post FE atas indikasi eklampsia intrapartum.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
14 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 100/60 mmHg, nadi 89 kali/menit, laju pernafasan 21
kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar, kontraksi
baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Diagnosis: P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH1
ibu dan anak dalam perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
15 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 140/90 mmHg, nadi 88 kali/menit, laju pernafasan 20
kali/menit, suhu tubuh 37o.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Diagnosis: P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH2
ibu dan anak dalam perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
16 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 140/90 mmHg, nadi 87 kali/menit, laju pernafasan 22
kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Diagnosis: P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH3
ibu dan anak dalam perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
17 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 130/80 mmHg, nadi 84 kali/menit, laju pernafasan 22
kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-), sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Diagnosis: P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH4
ibu dan anak dalam perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
18 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 120/90 mmHg, nadi 82 kali/menit, laju pernafasan 21
kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik, Pe tympani, AV BU(+)N.
Status
genitalis: v/u tenang, PPV (-), lokhea (+).
Diagnosis: P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH5
ibu dan anak dalam perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
Antalgin 3x1
-
Benovit C 1x1
|
19 Desember 2012
Demam (-),
BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI (+/+).
Kondisi umum
sedang, kesadaran CMC, TD 140/100 mmHg, nadi 79 kali/menit, laju pernafasan
20 kali/menit, suhu tubuh afebris.
Mata:
konjungtiva anemis (-),sklera ikterik (-).
Status
obstetrik: perut tampak sedikit membuncit, TFU teraba 3 jari di bawah pusar,
kontraksi baik.
Status
genitalis: tenang, PPV (-).
Diagnosis:
P1A0H1 post FE atas indikasi eklampsia intrapartum NH6 ibu dan anak dalam
perawatan.
|
Instruksi:
-
Kontrol KU,
VS
-
Mobilisasi
-
Breast
careluka hygene
Terapi:
-
Methyldopa
3x250 mg
-
Cefixime
3x100 mg
-
SF 1x1 tab
Pasien diperbolehkan pulang.
|
ANALISIS
KASUS
Pasien usia 15 tahun datang ke KB IGB pada tanggal 13 Desember 2012, kiriman bidan dengan eklampsia.
Riwayat penyakit sekarang: Pasien merasa kesakitan dan nyeri mengejan sejak 10
menit lalu. Nyeri pinggag menjalan ke ari-ari sejak 18 jam yang lalu, nyeri
semakin lama semakin sering dan kuat. Menurut bidan yang mengantar, pasien
datang pada pukul 07.00 WIB dengan keluhan nyeri pinggang menjalar ke ari-ari,
didapatkan tekana darah pasien tinggi dengan pembukaan 4 cm. pada saat menunggu,
pasien kejang-kejang 1 kali selama 15 detik, lalu pasien sadar kembali. Selama
di tempat bidan, pasien diberikan infus dengan MgSO4 dosis inisial yang
dilanjutkan dengan dosis maintenance. Kateter urin terpasang, setelah itu
pasien tidak pernah kejang lagi.
Pasien sampai ke RS dengan MgSO4
terpasang. Nyeri kepala (-), nyeri ulu hati (-), pandangan mata kabur (-),
keluar ari-ari banyak dari kemaluan sekitar setengah jam yang lalu berwarna
jernih berbau amis, keluar darah yang banyak dari kemaluan tidak ada.
Demam
(-), nyeri (-), BAK (+), BAB (-), PPV (-), ASI +/+. Kondisi umum sedang,
kesadaran CMC, tekanan darah 130/80 mmHg, denyut nadi 84 x/menit, laju
pernafasan 20 x/menit, temperature 36,8oC.
Pasien
didiagnosis G1P0A0H0
parturient aterm kala II dan eklampsia intrapartum dalam regimen SM dosis
maintenance dari luar. Janin hidup tunggal intra uterin UUK depan HIII-IV.
Analisis
Penatalaksanaan Terapi Eklampsia
Eklampsia adalah kelainan akut pada wanita hamil dalam kehamilan,
persalinan atau nifas yang ditandai dengan timbulnya kejang dan atau koma, yang
sebelumnya wanita tersebut menunjukkan gejala preeklampsia. Eklampsia intrapartum maksudnya adalah eklampsia yang terjadi pada
saat persalinan.
Standar
terapi untuk penatalaksanaan eklampsia adalah:
1. Aktif
Bila ditemukan 1 atau lebih keadaan dibawah ini:
- Ibu dengan:
- Kehamilan lebih dari 37 minggu
- Adanya tanda-tanda impending eklampsia
- Kegagalan terapi konservatif, setelah 6 jam pengobatan medikamentosa terdapat kenaikan tekanan darah
- Setelah 24 jam terapi medikamentosa tidak ada perbaikan
- Janin dengan:
- Adanya tanda-tanda gawat janin
- Adanya tanda-tanda IUGR
- Ditemuinya Hellp Syndrom
Pengobatan
medikamentosa
1.
Segera masuk
Rumah Sakit
2.
Tidur baring,
miring kesalah satu sisi (sebaiknya kearah kiri)
3.
Infus dextrose
5% setiap 1 liter diselinggi dengan larutan ringer laktat 500ml (60-125ml/jam)
4.
Antasida
5.
Diet cukup
protein, rendah karbohidrat, lemak dan garam
6.
Pemberian obat
anti kejang MgSO4
Cara pemberian:
§ Londinodose 4gr MgSO4 dalam 250 ml dextrose 10% dalam 15 menit
§ Maintenance dose: diberikan 8gr dalam larutan 500cc dextrose 10%
diberikan dalam 4-6 jam
Syarat-syarat pemberian MgSO4:
- Harus tersedia antidotum MgSO4 yaitu kasium glukosa 10% diberikan intravena 3 menit
- Reflek patella positif
- Frekuensi pernafasan lebih 16 kali per menit
- produksi urine lebih 100 ml dalam 4 jam sebelumnya (0,5 ml/kg berat badan/jam)
- Sulfas magnesium dihentikan bila :
- Adanya tanda intoksikasi
- Setelah 24 jam pasca persalinan
- Dalam 26 jam pasca persalinan sudah terjadi perbaikan (normotensi)
- Bila persyaratan MgSO4 tidak dipenuhi, diberikan diazepam, 20mg diberikan intravena dilanjutkan 40mg dalam dextrose 10% selama 4-6 jam.
- Diuretika diberikan bila terdapat tanda-tanda :
- Edema paru-paru
- Payah jamtung kongestif
- Edema ansarka
- Anti hipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik diatas 180mmHg, diastolic lebih dari 110 mmHg.
- Kardiotonika diberikan bila ada tanda-tanda mengarah ke payah jantung. Perawatan dilkukan bersama-sama bagian kardiologi
- Obat-obatan lain :
- Anti piretika diberikan bila suhu rectal diatas 38,5 C. Dapat dibantu dengan pemberian kompres dingin atau alcohol.
- Antibiotika diberikan bila ada indikasi
- Anti nyeri diberikan bila penderita kesakitan gelisah, karena kontraksi rahim dapat diberikan pethidin HCl 50-75 mg pada fase aktif persalinan, sekali saja 2jam sebelum janin lahir.
Tindakan
obstetrik:
1. Terminasi kehamilan
a. belum inpartu
§ Induksi persalinan
§ Dilakukan amniotomi dan oksitosin drip bila skor bishop lebih dari
4.
§ Seksio sesaria bila :
1.
Syarat
oksitoksin tidak dipenuhi atau adanya kontra indikasi oksitosin drip
2.
12 jam sejak
dimulainya drip oksitoksin belum masuk fase aktif atau 4 jam tidak ditemui
respon oksitosin pada primigravida lebih diarahkan terminasi dengan seksio
sesarea.
b. Inpartu
§ Kala I
§ Fase laten : seksio sesarea
§ Fase aktif
1.
Amniotomi
2.
bila 6 jam
setelah amniotomi tidak terjadi pembukaan lengkap, dilakukan seksio sesarea.
§ Kala II persalinan pervaginam diselesaikan dengan partus buatan.
§ Amniotomi dan oksitosin drip diberikan minimal 30 menit setelah
pengobatan medika mentosa
§ Pada kehamilan kecil dari 37 minggu bila memungkinkan terminasi
kehamilan ditunda 2x24 jam untuk pemberian kortikosteroid
2. Tindakan konservatif
Berarti kehamilan tetap dipertahankan bersamaan dengan pemberian
pengobatan medisinal.
a.
Indikasi
Kehamilan
dibawah 37 minggu tanpa disertai tanda-tanda impending eklampsia dan keadaan
janin baik.
b.
tindakan
medikamentosa sama dengan perawatan medisinal pengelolaan aktif.
c.
Pengobatan
obstetric.
Selama
pengobatan konservatif observasi dan evaluasi sama seperti perawatan aktif
hanya disini tidak ada terminasi.
MgSO4
dihentikan bila ibu sudah mencapai tanda-tanda preeklampsia ringan
selambat-lambatnya dalam waktu 24 jam. Bila setelah 24 jam tidak didapatkan
perbaikan dianggap pengobatan medisinal gagal dan harus diterminasi.
Pada
kasus ini, pasien diberikan Mg SO4 8 g% dosis maintenance pada hari pertama
hingga ketiga. Magnesium merupakan kation ke empat
terbanyak dalam tubuh dan penting dalam fungsi kerja enzim, termasuk yang
terkait dalam proses pentransferan kelompok phosfat, semua reaksi yang terkait
dengan ATP dan setiap tahap yang berkaitan dengan replikasi dan transkripsi DNA
serta translasi mRNA. Magnesium juga dibutuhkan untuk metabolisme energi sel
dan ikut serta dalam stabilisasi membran, konduksi syaraf, transpot zat besi,
dan aktifasi saluran kalsium. Pada masa
pemberian, tekanan darah pasien masih belum mencapai normotensi sehingga
pemberian magnesium sulfat masih tetap diberikan.
Berdasarkan
standar terapi, antihipertensi diberikan bila tekanan darah sistolik diatas
180mmHg, diastolic lebih dari 110 mmHg. Akan tetapi, meskipun pasien tidak
memiliki indikasi tersebut, pasien tetap diberikan terapi antihipertensi dengan
nifedipine pada hari pertama. Nifedipine bekerja menghambat ion kalsium
ketika memasuki slow channel,atau area sensitif tegangan pada otot polos
vaskular dan myokardium selama depolarisasi, relaksasi otot polos vaskular
koroner dan vasodilatasi koroner, meningkatkan penghantaran oksigen pd pasien angina
vasospastik
Pemberian methyldopa dimaksudkan untuk
membantu menurunkan tekanan darah pasien. Methyldopa melalui
gastrointestinal, dengan efek antihipertensi maksimal terjadi 4-6 jam setelah
pemberian. Kadar plasma tidak berkorelasi dengan efek hipotensifnya. Metildopa
dapat menembus sawar otak dan juga plasenta. Obat ini terdistribusi juga dalam
ASI, namun jumlahnya tidak signifikan. Durasi antihipertensi 12-24 jam dan
eliminasi terjadi bifasik, dengan 95% diekskresikan pada fase awal (T½ plasma 2
jam), sisanya diekskresi lebih lambat. Pada gagal ginjal akan memperlambat
ekskresi dan meningkatkan T1/2 obat menjadi 4-6 jam. Obat yang tidak
terabsorpsi akan diekskresikan melalui feses. Setelah melewati sawar otak,
metildopa mengalami dekarboksilasi membentuk alpha-methylnorepinephrine.
Metabolit ini akan menstimulasi penghambatan reseptor alpha-adrenergic,
sehingga mengurangi resistensi perifer dan menurunkan tekanan darah.
Analisis
Penatalaksanaan Terapi Suportif
Terapi
lain yang diperleh pasien berupa pemberian cefixime 3x1 tab, antalgin 3x1, benovit
C 3x1, dan Sulfas Ferrosus 1x1. IVFD RL digunakan
sebagai terapi cairan.
Cefixime
diberikan sebagai antibiotik untuk mencegah infeksi pasca luka persalinan. Cefixime
merupakan sefalosforin generasi ketiga dengan
spectrum luas, aktivitas pada gram negative. Bekerja menghambat sintesis
dinding sel dengan berikatan dengan satu atau lebih protein terikat penisilin.
Efek antimikroba karena mengganggu sintesis peptidoklikan, suatu komponen utama
dari dinding sel bakteri. Berdasarkan
standar terapi, lini pertama untuk luka pasca operasi persalinan yang aman
digunakan untuk ibu menyusui adalah amoxicillin. Dari segi keamanan, cefixime
masih tergolong baru sehingga belum ada data yang memadai mengenai keamanan
penggunaan antibiotik tersebut bagi ibu menyusui. Berdasarkan sifat
fisikokimianya, cefixime diduga cukup aman bagi ibu yang menyusui.
Antalgin
digunakan sebagai analgetik pasca persalinan yang tergolong aman digunakan oleh
ibu menyusui.
Benovit
C mengandung vitamin dan mineral yang dapat membantu meningkatkan kondisi umum
pasien dalam masa penyembuhan.
Sulfas
ferrosus digunakan sebagai preparat Fe yang ada dalam
hemoglobin, myoglobin dan enzim lainnya, memfasilitasi pengangkutan oksigen
melalui hemoglobin. SF diberikan untuk mengatasi kondisi anemia ringan yang
biasa terjaid pada pasien pasca persalinan.
No comments:
Post a Comment